2/12/2018 : Cerita Legenda Abunawas Pesan Bagi Para Hakim

loading...
Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama besar ini sufi, tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab", la juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad. 

Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

 Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan mendo'akannya, maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya. 

Namun... demi mendengar rencana sang Sultan.

 Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila. 

Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya. 

Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita. 

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.

 Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.

 "Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana." kata wazir utusan Sultan.

 "Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya."jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

 "Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu."

 "Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar." kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

 Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas. 

"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?" kata wazir

 "Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau." kata Abu Nawas. 

"Apa maksudnya Abu Nawas?" tanya wazir dengan rasa penasaran.

 "Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu." sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.

 Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

 Dengan geram Sultan berkata,"Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa." 

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja. 

Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja. 

"Abu Nawas bersikaplah sopan!" tegur Baginda.

 "Ya Baginda, tahukah Anda....?"

 "Apa Abu Nawas...?"

 "Baginda... terasi itu asalnya dari udang !"

 "Kurang ajar kau menghinaku Nawas !"

 "Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?"

 Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya. "Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali"

 Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar. 

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga. 

"Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?" 

"Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?" 

"lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?" 

"Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!" 

"Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda." 

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila. 

Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.

 Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid. 

"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda."

 Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya."Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?" 

Berkata Abu Nawas,"Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pukulan itu." 

"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang itu?" tanya Baginda. 

"Tuanku,"kata Abu Nawas."Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya. Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya." 

"Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian seperti itu dengan Abu Nawas?" tanya Baginda.

 "Benar Tuanku,"jawab penunggu pintu gerbang.

 "Tapi        hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan." 

"Hahahahaha        IDasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!"sahut Baginda."Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka narget, suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu!" 

"Ampun Tuanku,"sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar. 

Abu Nawas berkata,"Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau istirahat, tiba-tiba diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba." 

Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha...jangan kuatir Abu Nawas." 

Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira. 

Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan. 

Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para menterinya. 

"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?" 

Wazir atau perdana meneteri berkata,"Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi." 

Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama. 

"Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi." 

"Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja." 

Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad. 

Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang bernama Polan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyetujuinya. 

Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.

"Alhamdulillah  aku telah terlepas dari balak yang mengerikan. Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja." 

Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Ceritanya begini:

Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai. 

Berkata bapaknya,"Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku." 

Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk. 

"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?" 

"Benar Bapak!" 

"Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku ini." 

"Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi... yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?" 

"Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?" 

"Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini." 

Berkata Syeikh Maulana "Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi.

Nan, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi, seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.

itulah Cerita Legenda Abunawas Pesan Bagi Para Hakim, lihat biografi profil abi nawas di wikipedia Kisah 1001 Malam Abu Nawas Sang Penggeli Hati sorce https://kisahabunawas.wordpress.com

3/23/2016 : Cerita Rakyat Datu Pamona Sulawesi Tengah

loading...
CERITA LEGENDA DUNIA~ Datu Pamona dikenal sebagai raja yang memerintah kawasan Pamona, yang punyaIstana Langkanae dan beristri Monogu. Dia bukan berasal dari masyarakat setempat. Konon, cerita rakyat Indonesia menyebutkan bahwa Datu Pamona datang dari seberang lautan. Dia putra Raja Hindu yang datang ke Pamona dan membuat ramai kawasan setempat. Hal ini terjadi dulu sekali, saat orang-orang di Danau Pamona masih primitif.

Dikisahkan bahwa para penduduk Danau Pamona masih hidup secara nomaden. Mereka bertahan hidup dengan cara berburu binatang dan mengambil buah-buahan dari alam. Kebiasaan ini berubah tatkala datang tujuh orang Hindu dari seberang lautan. Ketujuh orang Hindu ini kemudian menetap di kawasan Danau Pamona sampai mereka beranak pinak.

Ketujuh orang ini mengajarkan kepada masyarakat keahlian yang mereka punyai, yaitu melukis, mematung, dan bercocok tanam. Sejak itu, kehidupan masyarakat setempat berubah. Dari hidup nomaden menjadi hidup menetap. Dari berburu kini menjadi pembuat makanan. Kedatangan ketujuh orang Hindu ini membuat kawasan tersebut perlahan-lahan ramai. Kemudian, mereka juga mengajak kelompok mereka tinggal di Pamona. Bahkan, populasi manusia di wilayah Pamona makin meluas sampai ke Bada dan Napu.

Ketika makin meluas, tanah untuk bermukim semakin sedikit. Orang-orang mulai berselisih mengenai patok tanah. Karena itu, timbullah keinginan untuk memiliki seorang pemimpin yang bisa dipanuti, adil, serta bijaksana. Dicarilah orang-orang lokal. Rupanya, agak sulit mencari seseorang dengan spesifikasi dari masyarakat setempat. Memang ada beberapa calon, namun masyarakat masih kurang sreg.

Di saat seperti itu, datanglah dua orang berkulit sawo. Keduanya putra Raja Hindu. Sebenarnya ada tiga, namun yang pertama sudah menetap dan dijadikan raja di Sigi. Kedua orang itu disambut dengan baik oleh masyarakat setempat, karena perbawa mereka yang santun dan bisa mengayomi.

Setelah tinggal selama kurang lebih enam bulan lamanya, yang termuda di antara kedua putra Raja Hindu pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Luwu disertai 6 orang pemuda Pamona. Mereka berangkat menggunakan perahu melalui Danau Poso ke Tandompomuaka. Kemudian, menuju ke Kuala Kodina. Sesampainya di sana, ketiga orang dari enam orang pengantar kembali ke Pamona. Sisanya ikut si pemuda sampai ke Luwu. Di Luwu, si pemuda dijadikan raja dan tiga pengantarnya kemudian dijadikan pengawalnya.

Sedangkan, si pemuda yang tetap tinggal di Pamona, yang bernama Lelealu, dipandang masyarakat Pamona bisa dijadikan sebagai panutan. Karena sikap-sikap yang ditunjukkannya selama ini. Mereka sepakat menjadikan Lelealu jadi Raja Pamona. Untuk lebih afdolnya, Lelealu juga dinikahkan oleh gadis setempat bernama Monogu.

Pasca menikah dengan Monogu, Lelealu segera diangkat jadi raja bergelar Datu Pamona-Rombenunu. Datu Pamona pun dihadiahi Istana bernama Langkanae. Dia memerintah Pamona dengan keadilan yang biasa ditunjukkannya sehari-hari.

Demikianlah artikel Cerita Rakyat Datu Pamona Sulawesi Tengah, Baca juga Kumpulan Cerita Legenda Lainya Yaitu Cerita Aryo Menak

3/06/2016 : Cerita Motivasi Sang Tikus

loading...
CERITA LEGENDA DUNIA ~Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani Dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Ada makanan pikirnya? Dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan. “Awas, Ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, Ada perangkap tikus di dalam rumah!”
Sang ayam dengan tenang berkokok Dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya Dan berkata, “Ya maafkan aku, Pak Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak Ada masalahnya. Jadi jangan buat aku peninglah.”

Tikus berbalik Dan pergi menuju sang kambing, katanya, “Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!” “Wah, aku menyesal dengar kabar ini,” si kambing menghibur dengan penuh simpati, “tetapi tak Ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa Ada dalam DOA – doaku!”

Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. ” Oh? Sebuah perangkap tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu itu sambil ketawa. Jadi tikus itu kembalilah ke rumah, kepala tertunduk Dan merasa begitu patah hati, kesal Dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.

Malam itu juga terdengar suara bergema diseluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsanya. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa.

Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit.  Dia kembali ke rumah dengan demam. Sudah menjadi kebiasaan setiap orang akan memberikan orang yg sakit demam panas minum sup ayam segar, jadi petani itu pun mengambil goloknya Dan pergilah dia ke belakang mencari bahan-bahan untuk supnya itu.

Penyakit isterinya berkelanjutan sehingga teman-teman Dan tetangganya datang menjenguk, dari jam ke jam selalu Ada saja para tamu. Petani itupun menyembelih kambingnya untuk memberi makan para tamu itu.

Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Dia mati, jadi makin banyak lagi orang-orang yang datang untuk pemakamannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat memberi makan para pelayat itu.

*Moral kisah*:

Apabila Kita mendengar Ada seseorang yang menghadapi masalah; janganlah berpikir bahwa itu tidak Ada kaitannya dengan diri Kita, ingatlah bahwa sebuah perangkap tikus dapat menyebabkan seluruh ‘ladang pertanian’ ikut menanggung risikonya.

Ladang Pertanian Ibarat Lingkungan Kita Sehari-Hari. Berhentilah Mementingkan Diri Sendiri. Berhentilah Memikirkan Keselamatan Sendiri, karena sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari baiknya. Mari Kita refleksikan sifat-sifat yang di wakili oleh si Ayam (Cuek) , si Lembu (Menertawakan orang lain), si Kambing (Munafik) atau si Ular (Lengah hingga terperangkap).

itulah sebagian cerita mitos ataupun fiksi disekitar kita, silahkan ada cari jugacerita dongeng bergambar disitus sahabat lainya, semoga kita semua bisa membacacerita dongeng rakyat dari luar negeri maupun nusantara yang semuakumpulan kisah cerita dongeng itu sangat menarik dan bisa menambah ilmu pengetahuan seperti cerita dongeng putri raja atau cerita dongeng anak-anak indonesia serta cerita dongeng bahasa inggris, yang semua sungguh menarik, luangkan waktu anda untuk membaca juga postingan sebelumnya yaitu Cerita Komik : Spiderman Nyalon

3/06/2016 : Cerita Komik : Spiderman Nyalon

loading...
CERITA LEGENDA DUNIA ~Spiderman Nyalon Peter Parker kegirangan. Nomer togel yang ia pasang tembus. Gak tanggung-tanggung, 4 angka sekaligus. Dalam perjalanan ke tempat bandar untuk mengambil uang, ia terus berpikir mau dipakai untuk apa uang tersebut nantinya. Yang jelas, berhubung selama ini hidupnya serba pas-pas-an, kemungkinan besar ia akan menggunakannya untuk membuka usaha.

Setelah memutar otak, akhirnya Peter memutuskan, ia akan membuka usaha salon! Ya, salon potong rambut. Kebetulan saat ini sudah mendekati musim panas. Pasti banyak orang yang akan potong rambut agar tidak gerah, pikirnya.

Begitulah.

Tidak sampai seminggu salon yang diimpikan telah usai dibangun. Maklum, ia minta bantuan kepada Flash yang bisa bergerak secepat kilat itu. Salon itu ia beri nama “Salon SiLabi”, singkatan dari “Si Laba-laba Imut”.

Selain mempersiapkan peralatan-peralatan salon, Peter turut ‘menyesuaikan’ penampilannya. Karena ia tahu salon tersebut baru akan laku apabila Spiderman sendiri yang menjadi tukang potongnya, ia pun mengenakan kustom merah birunya. Ia juga membuat wig rambut panjang dari jaring laba-labanya, menatanya dengan tren 2010, dan mengenakannya. Gak lucu dong kalau ada tukang potong yang gundul.

Begitulah.

Salon SiLabi ternyata laku keras. Branding Spiderman ditambah dengan momen pembukaan serta lokasi salon yang tepat terbukti sebagai adonan kesuksesan yang tepat. Tidak kurang 100 pengunjung tiap harinya harus Peter layani. Dari yang sekedar ingin keramas, creambath, mengeriting rambut, potong botak, shaggy, hingga memanjangkan rambut (emang bisa?). Yang jelas, hampir setiap hari salonnya penuh sesak dengan pelanggan yang antri.

Suatu hari, Bruce Wayne lewat di depan salon Silabi. Tertarik dengan kelarisan salon Spidey, otak bisnis Bruce mulai bekerja. Ia segera menghubungi Alfred untuk mengurus pembangunan salon potong rambut yang baru, dengan peralatan yang lebih canggih dan lokasi tepat di seberang salon milik Peter. Salon tersebut ia beri nama salon “Sikeli”. Singkatannya? Tentu saja, “Si Kelelawar Imut”.

Untuk memberi nilai tambah pada salonnya, agar dapat membajak pelanggan-pelanggan Silabi, Bruce tidak hanya mengenakan kostum Batman-nya. Ia juga memanfaatkan kepandaiannya untuk menciptakan robot pemotong rambut otomatis! Dengan robot ini, orang tinggal duduk manis di kursi, tekan tombol pilihan potongan rambut yang diinginkan, dan dalam 5 menit, langsung beres. Praktis kan? Supaya keren, Bruce memberi nama robotnya “RPRSKDSC v1.14254″.

Untuk mempromosikan salon barunya, Bruce memasang papan iklan yang cukup besar. Tertulis, “Salon Sikeli - Potong Rambut Kilat, Gak Pake Antri”

Begitulah.

Tidak lama, pelanggan salon Silabi sedikit demi sedikit berpindah ke salon Sikeli. Dan memang, kecanggihan robot tersebut terbukti. Siapa saja, potongan apa saja, diselesaikan dalam waktu 5 menit. Benar-benar gak pake antri. Si Batman pun gak perlu repot-repot melayani pelanggan. Ia cuma duduk di belakang kasir sambil ngitung penghasilan.

Selang beberapa hari, otak bisnis Bruce kembali berputar. Kalau buka 1/2 hari aja keuntungannya sebesar ini, bagaimana jika buka 24-jam non-stop yah?

Begitulah.

Salon Sikeli kemudian dibuka 24 jam. Non-stop. Pengunjung pun terus mengalir, siang malam. Demikian pula kantong Batman, semakin lama semakin tebal.

Tanpa disadari, karena diforsir untuk bekerja tanpa beristirahat, robot RPRSKDSC mulai berulah. Bagian dalamnya kepanasan dan menyebabkan ada 1 sirkuit yang putus. Akibatnya, hasil pemotongan rambut menjadi kacau. Ada yang minta dikeriting malah jadi gundul, ada yang minta di-shaggy malah dikasih konde, ada yang minta creambath malah dikitik-kitik, hehehe. Bruce sendiri yang terlalu sibuk dengan mesin kasirnya sama sekali tidak memperhatikan keadaan itu.

Berbeda dengan Peter. Sejak salonnya sepi, ia jadi banyak bengong di trotoar. Melihat akhir-akhir ini banyak orang yang keluar dari salon saingannya sambil ngedumel, ia pun curiga bahwa ada yang tidak beres di sana. Dengan memanfaatkan pendengaran supernya, ia menguping omelan mereka dan mengetahui masalah yang terjadi di salon Sikeli.

Setelah berpikir sejenak, Peter masuk ke dalam salon. Sejenak kemudian ia keluar sambil membawa papan iklan bertuliskan, “Salon Silabi - Merapikan Potongan Rambut Yang Kacau”. Papan tersebut ia letakkan di dekat salon Sikeli. Tidak lupa ia gambarkan arah panah yang menuju ke salonnya.

Cara ini ternyata tokcer. Pelanggan salon Sikeli yang kecewa dengan layanan robot si Batman, begitu melihat papan iklan tersebut, langsung berjalan menuju salon Silabi. Sedikit demi sedikit, pengunjung salon Sikeli berkurang, dan sebaliknya, salon Silabi kembali laris.

source;http://dongengmotivasi.com/spiderman-nyalon.htm
itulah sebagian cerita mitos ataupun fiksi disekitarkita, silahkan ada cari jugacerita dongeng bergambar disitus sahabat lainya, semoga kita semua bisa membacacerita dongeng rakyat dari luar negeri maupun nusantara yang semuakumpulan kisah cerita dongeng itu sangat menarik dan bisa menambah ilmu pengetahuan seperti cerita dongeng putri raja atau cerita dongeng anak-anak indonesia serta cerita dongeng bahasa inggris, yang semua sungguh menarik, luangkan waktu anda untuk membaca juga postingan sebelumnya yaitu Cabi Belajar Berenang Cerita Dongeng Motivasi Terbaik

3/06/2016 : Cabi Belajar Berenang Cerita Dongeng Motivasi Terbaik

loading...
CERITA LEGENDA DUNIA ~Cabi Belajar Berenang Cerita Dongeng Motivasi Terbaik,Kisahnya Sudah 3 jam 20 menit lebih Cabi duduk termangu di pinggir sungai. Ia sibuk mengamati ketiga temannya — Ciplak Bebek, Ciplik Bebek, dan Cipluk Bebek — yang sedang berenang.

Iri.

Ingin rasanya ia juga ikut menceburkan diri ke sungai yang dingin dan jernih itu, dan ikut berenang dengan gaya kupu-kupu, mengejar bebek-bebek tersebut. Selama ini orang babi tuanya hanya mengajarkan cara untuk berguling-guling di lumpur dengan baik dan benar. Gak pernah sekalipun mereka menyinggung masalah berenang.

“Lagi ngapain Bi?”, sapa Libi si Musang yang tiba-tiba muncul dari balik batu.

“Itu”, jawab Cabi sembari menghela nafas dalam-dalam, “aku ingin bisa berenang seperti bebek-bebek itu.”

“Apalagi itu, si Cipluk”, lanjutnya. Hidungnya diarahkan ke arah Cipluk Bebek. “Ia bahkan bisa berenang hanya dengan menggunakan paruhnya.”

Libi terdiam. Berpikir. Sejenak kemudian matanya berkilau dan senyumnya tersungging.

“Mau aku ajarin berenang? Aku jago loh, waktu SD aja juara berenang tingkat kecamatan.”

Cabi menoleh ke arah Libi. Secercah harapan hadir di benaknya.

“Sungguh? Kamu sungguh-sungguh mau mengajari aku berenang?”, tanya Cabi tak percaya. Ekor pendeknya yang ikal mulai berputar-putar. Tanda ia sedang kegirangan.

“Yo’i”, jawab Libi dengan gaya sok gaul. “Tapi gak gratis, bos. Sekali belajar biayanya 2 juta rupiah. Itu belum termasuk ongkos transportasi, akomodasi, dan PPN.”

Cabi mencoba mengingat-ingat deretan angka di buku tabungannya. Sejak kecil, tiap hari ibunya selalu memberikan uang jajan. Dan sebagian dari uang tersebut selalu ia sisihkan dan ia tabung untuk biaya kuliah nanti. Cita-citanya adalah berkuliah dan menjadi lulusan UNBIT (UNiversitas BabI Teladan) agar ayah dan ibunya bangga.

“Baiklah, aku setuju!” jawab Cabi. Keinginan muliannya dalam sekejab tergerus oleh nafsu dan hasratnya untuk bisa berenang. Seperti ketiga temannya.

Beberapa saat kemudian mereka berdua pun kembali ke rumah masing-masing setelah berjanji untuk berkumpul kembali di tempat yang sama tiga hari lagi.

Bu Gembul gelisah. Ia kepikiran dengan kata-kata anaknya, Cabi, tadi pagi yang mengatakan kalau siang ini ia mulai kursus berenang bersama Libi Musang. Bagaimana tidak khawatir apabila reputasi Libi yang super licik itu sudah menjadi rahasia umum bagi seluruh penghuni hutan.

Tidak tahan lagi, akhirnya Bu Gembul memutuskan untuk pergi ke sungai, ke tempat yang diberitahukan oleh Cabi tadi pagi. Sesampainya di sana ia terlonjak kaget dan hampir terguling jatuh ke sungai, seandainya saja ia tidak berpegangan ke dahan pohon rambutan yang ada tepat di sampingnya.

Ya, pemandangan yang ia lihat adalah si Cabi, anaknya, sedang asyik bermain-main di tengah sungai dengan menggunakan ban pelampung yang diikatkan ke pohon beringin di tepi sungai. Libi sendiri sedang berleha-leha di bawah pohon tersebut sambil mendengarkan iPod.

“Apa-apaan ini?!”, teriak Bu Gembul.

Libi terlonjak. Kerasnya volume iPod-nya ternyata masih kalah dengan volume suara Bu Gembul yang sedang emosi.

Buru-buru ia mematikan iPod, melepas earphone, dan memasukkan keduanya ke dalam saku celananya. Ia mendatangi Bu Gembul sambil berusaha tersenyum manis.

“Ya, ada apa Bu Gembul?”

“Kata Cabi, kamu mau mengajari anakku berenang. Mana buktinya? Kalau hanya menggunakan pelampung seperti itu, Soni Semut juga bisa.”, omel Bu Gembul.

Libi melirik sepintas ke arah Cabi yang masih asik bermain air. Namun belum sempat ia membuka mulutnya untuk memberikan penjelasan, bu Gembul sudah melanjutkan omelannya ke jilid dua.

“Aku tidak mau tahu. Pokoknya sekarang, kamu harus ikut nyemplung juga ke sungai, dan ajari Cabi berenang yang benar.”

Libi mendesah pelan. “Mati aku”, gumamnya, “aku kan gak bisa berenang.”

“Tapi bu…”

Libi membatalkan niatnya untuk membantah saat melihat Bu Gembul memungut sebatang dahan pohon dengan ukuran XL di tanah. Ia merinding membayangkan kepalanya digetok dengan menggunakan dahan tersebut.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju sungai dan masuk ke dalam air. Susah payah, ia akhirnya bisa mencapai tengah sungai, tempat dimana Cabi sedang mempraktikkan ilmu si Cipluk, berenang dengan menggunakan moncong.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah selatan sungai. Keras. Memekakkan telinga.

Ketiganya terkaget-kaget. Namun kekagetan tersebut langsung berubah menjadi kepanikan saat Eli Elang melesat di langit dengan cepat sambil berteriak, “AWASSSS!!!! BENDUNGAN AMBRUKKK!!!! CEPAT MENYINGKIR DARI SUNGAIIIII!!!!”

Tanpa buang waktu, Bu Gembul langsung meraih tali pelampung Cabi dan sekuat tenaga menariknya ke pinggir sungai.

“Ayo Cabi, dorong tubuhmu ke sini”, teriaknya, memberi semangat agar Cabi cepat tiba di pinggir sungai.

Libi panik. Untuk bertahan mengapung di air saja ia sudah kewalahan, apalagi kalau sekarang harus buru-buru berenang ke pinggir. Tangannya menggapai-gapai, mencoba keberuntungan, siapa tahu bisa meraih ban pelampung Cabi.

Tapi usahanya sia-sia.

Gemuruh terdengar semakin dekat dan arus air mulai bergerak semakin deras.

Bu Gembul yang sudah berhasil menyelamatkan Cabi segera melemparkan ban pelampung tersebut ke arah Libi.

“Pegang pelampung itu Libi! Aku akan menarikmu!”

Sayang, lemparan ban tersebut agak kurang tepat sasaran. Ban jatuh dua meter dari posisi Libi berada. Dengan kepanikan yang makin melanda, Libi berusaha keras untuk meraih ban tersebut.

1 meter lagi.

80 cm lagi.

50 cm lagi.

20 cm lagi.

5 cm lagi.

BYARRRRR!!!! Gelombang air deras muncul dengan tiba-tiba, menyeret tubuh Libi yang sudah hampir menggapai ban.

“Tolongggg!!!!”, teriaknya.

Bu Gembul dan Cabi terpaku. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Keduanya hanya bisa terdiam melihat tubuh kurus Libi yang terombang-ambing arus sungai, melaju ke arah air terjun yang ada sekitar 1km di depan.

bersambung…

Moral Cerita / Bahan Renungan:

"Jika ingin menuntut ilmu, tuntutlah dari orang yang memang terbukti pintar dan menguasai ilmu tersebut"

source ; http://dongengmotivasi.com/cabi-belajar-berenang.htm

demikianlah kisah cerita dongeng terpopuler dan terbaik, semoga manfaat untuk kita semua, baca juga postingan sebelumnya yaitu cerita Legenda Rakyat Naga Hijau Dari Mordiford

2/28/2016 : Cerita Legenda Rakyat Naga Hijau Dari Mordiford

loading...
Naga Hijau dari Mordiford / the green dragon from  Mordiford dikatakan berada di luar Herefordshire desa Mordiford , pada pertemuan dari Sungai Lugg dan Sungai Wye berikut ringkasan cerita legenda dunia green dragon tersebut.

Dari awal kehidupan, naga, berwarna hijau, dikatakan telah mencintai seorang gadis kecil bernama Maud yang tinggal di Mordiford dan telah dipelihara dari bayi. Ketika itu tumbuh menjadi remaja dan dewasa, dia tetap satu-satunya orang yang aman dari pemerintahan nya. Hanya dia bisa menenangkan itu, dengan lembut membelai cakar dan memeluk dengan itu.

legenda menjelaskan bahwa naga itu ditemukan oleh seorang gadis kecil dari Mordiford, Maud, yang sangat menginginkan hewan peliharaan. Sementara berkeliaran di hutan yang berdekatan dengannya desa satu hari, Maud telah menemukan makhluk terang kecil dengan moncong dan kecil, sayap tembus berkeliaran di sekitar sekelompok kecil bunga. Gembira dengan makhluk, gadis itu membawanya pulang untuk menunjukkan kepada orang tuanya.

Segera ibu dan ayahnya menyadari itu wyvern dan memerintahkan Maud untuk mengambil kembali ke tempat dia ditemukan, jangan sampai menimbulkan masalah di desa. Maud, marah menolak, setuju melainkan membawa naga bayi ke tempat persembunyian di hutan. Di sana ia dipelihara dirinya "pet" dengan susu, bermain dengan itu dan menontonnya mencoba untuk terbang. Namun naga matang jauh lebih setiap bulan, akhirnya mencapai nada zamrud dan mengembangkan tebal, sayap kuat.

Dalam legenda, setelah mencapai kedewasaan, rasa lapar naga bisa tidak puas dengan susu lagi-sekarang memiliki rasa lapar yang sangat besar untuk daging. Tak lama kemudian, ia mulai mengganggu peternakan lokal, membunuh ternak mereka, terutama sapi dan domba, dan petani tidak toleran.

Orang-orang ini mencoba untuk menghentikan binatang itu dengan pemusnahan, tetapi segera berpesta atas mereka, menemukan daging manusia lezat. Maud memohon binatang itu selama kunjungannya sesudahnya untuk menghentikan mengamuk nya. Masih binatang, sekarang sepenuhnya matang, tewas segala sesuatu di jalan kecuali Maud, hanya temannya.

Warga kota dalam kisah yang tumbuh habis dari serangan konstan dari naga dan putus asa, bantuan dicari dari bangsawan dari Mordiford. Seorang pria dari keluarga Garstone lokal ditetapkan dalam baju besi lengkap untuk mengakhiri hidup binatang itu selamanya, menemukan binatang hampir disamarkan ke dalam banyak tanaman hutan. naga hampir seketika merilis ledakan api, Garstone hampir membelokkan itu. Ia bertujuan tombak di tenggorokan wyvern ini, melepaskannya dan sepenuhnya menembus melalui naga. Maud, gila karena marah, meledak dari hutan sekitarnya dan datang meratapi hewan peliharaan masa lalunya.

Aftermath

Kisah naga tetap menjadi bagian dari budaya Mordiford: itu terus disebutkan dalam catatan modern kota. Dari waktu naga dikatakan telah hidup sampai 1811, potret naga muncul di dinding gereja utama desa. Pada tahun 1811, bagaimanapun, pendeta memerintahkan hancur karena komodo dianggap "tanda setan". Sebuah reproduksi lukisan ini naga ditampilkan dalam gereja.

11/21/2014 : Asal-Mula Cerita Legenda Wisata Rawa Pening

loading...
Asal-Mula Cerita Legenda Wisata Rawa Pening,Alkisah di jaman dahulu kala, di Pulau Majeti ada seorang pertapa bernama Sang Aji Saka, dengan didampingi empat orang sahabatnya yaitu bernama: Dugo, Dora, Prayoga, Sembada. Terdorong oleh keinginan yang membara Sang Aji Saka ingin pergi ke pulau Angejawi (Jawa) dengan diikuti tiga sahabatnya Dugo, Prayoga dan Dora. Sedangkan Sembada ditugaskan di pertapaan menunggu keris pusaka Sang Aji Saka.

Pesan Sang Aji Saka kepada Sembada: sepergi saya ke pulau Jawa, siapapun orangnya tidak boleh mengambil keris pusaka, kecuali Sang Aji Saka sendiri. Dan Sembada teguh memegang pesan dan janji sebagaimana yang diamanatkan oleh Sang Aji Saka. Perjalanan Sang Aji Saka sampai di Pulau Jawa. Pada waktu itu keadaan di pulau Jawa sedang terjadi malapetaka dan huru-hara, karma adanya seorang raja dari negara Medang Kamolan yang berjejuluk Prabu Dewata Cengkar, yang tak henti-hentinya memakan daging manusia laki-laki.

Sehingga kehidupan masyarakat di pulau Jawa semakin gonjang-ganjing, dan masyarakatnya banyak yang mengungsi ke hutan-hutan dan gunung-gunung untuk menyelamatkan jiwa raganya.
Konon perjalanan Sang Aji Saka sampai di Pulau Jawa dan sudah berada di Kerajaan Medang Kamolan dan menginap di rumah seorang janda yang terkenal.

Kala itu Prabu Dewata Cengkar dengan seluruh punggawanya sampai di rumah janda cantik. Dan langsung rumah janda itu didobraknya. Perasaan janda sangat takut bukan kepalang, jangan-jangan sudah tahu kalau Sang Aji Saka menginap di rumahnya akan dimakannya. Kala itu Sang Aji Saka, maju perlahan-lahan dengan tenangnya menemui Prabu Dewata Cengkar dan menyambutnya dengan salam kehormatan. Seketika itu pula Prabu Dewata Cengkar dengan suara gemuruh menyuruhnya Sang Aji Saka untuk pulang ke Pulau Majeti, bila tidak mau pulang akan dimakan hari ini juga. Ternyata Sang Aji Saka tidak mau pulang dan siap menerima untuk dimakan oleh Prabu Dewata Cengkar.

Dengan muram Prabu Dewata Cengkar melihat Aji Saka langsung pulang ke Istana Negara Medang Kamolan, dan para prajurit serta hulubalang segera menangkap Aji Saka untuk dibawa ke Medang Kamolan untuk diproses kematiannya. Sebelum Aji Saka dimakannya, terlebih dahulu diberinya kesempatan, Aji Saka untuk  menyampaikan sesuatu, karena Prabu Dewata Cengkar masih menghormati bahwa Aji Saka adalah seorang pertapa. Sang Aji Saka hanya meminta secuil tanah seluas destar (udeng) yang dipakai Aji Saka.

Jawab Sang Prabu dengan kerasnya: “Untuk apa secuil tanah tersebut?”. Jawab Aji Saka: “Akan dibuatnya lobang, yang nantinya untuk menimbun tulang-tulang yang tersisa” . Permintaan Aji Saka, tanah yang seluas destar itu harus berada di halaman alun-alun kerajaan yang berdekatan dengan pesisir lautan.

Keesokan harinya sekitar pukul 06.00 diadakan upacara kehormatan atas terkabulnya permintaan Aji Saka. Kala itu Aji Saka melepas destarnya dan diletakkan di halaman alun-alun, sedangkan Prabu Dewata Cengkar tidak boleh menyentuh destar tersebut. Aneh dan ajaibnya setelah destar diletakkan di alun-alun, destar tersebut semakin meluas dan melebar dan semakin berkembang. Apa yang hendak dikata, melebar dan meluasnya ‘Destar/Udengnya Sang Aji Saka’, Prabu Dewata Cengkar semakin terdesak oleh destar tersebut, sehingga seluruh tubuh Prabu Dewata Cengkar tercebur ke dalam samudra selatan atau Segara Kidul. Eloknya keadaan tubuh sang prabu dewata cengkar berubah menjadi “Seekor Buaya Putih”,  orang jawa menyebut “Bajul Putih”, dan menyatu dengan buaya-buaya putih yang jumlahnya ribuan. Dan Buaya Putih Prabu Dewata Cengkar diangkat menjadi rajanya.

Dulu menjadi raja manusia, sekarang menjadi raja buaya, kala itu Sang Aji Saka hanya termenung melihat kejadian alam di dalam samudra kidul. Sewaktu Sang Aji Saka berjalan-jalan dipinggir pantai segara kidul di sebelah alun-alun Kerajaan Medang Kamolan, tanpa ada tanda-tanda, menyeranglah Bajul Putih dengan dahsyatnya dan terjadilah peperangan hebat dengan Aji Saka.

Bajul Putih merasa tidak dapat mengimbangi kekuatan sang Aji Saka, segera seluruh bajul putih yang ribuan jumlahnya untuk mengeroyok Sang Saka. Seluruh buaya dapat dikalahkan dengan sekejap, yang masih hidup karena ketakutan banyak yang masuk ke dalam samudra kembali. Buaya-buaya putih yang sudah berbangkai ditumpuk sepanjang pantai dan diberinya nama Gunung Kapur Selatan.

Kemenangan Sang Aji Saka menjadi kebanggaan seluruh rakyat Medang Kamolan, rakyat yang dulu takut dan sedih kini menjadi gembira dan merasa aman. Rakyat yang berlindung di hutan-hutan dan di gunung-gunung kini pulang ke kampung halamannya dan bertemu dengan sanak keluarganya. Dan Sang Aji Saka dinobatkan menjadi raja di Negara Medang Kamolan.

Gelar yang diberikan adalah “SANG MAHA PRABU AJI SAKA” Prabu Aji Saka memerintah dengan arif bijaksana, hambeg para amarta, dilengkapi dengan sabda pandita raja dan teguh memegang pusaraning keadilan. Damailah rakyat Medang Kamolan. Tepat pada hari Respati manis Sang Prabu Aji Saka menggelar Pasewakan agung yang dihadiri lengkap para menteri bupati dan brahmana serta senapati perang kerajaan Medang Kamolan. Tak ketinggalan pula sahabat kinasihnya yaitu Duga, Prayoga, dan Dora.

Setelah memberikan ajaran-ajaran dan petunjuk kesegenap yang hadir di Pasewakan, Sang Prabu Aji Saka memerintahkan kepada Dora untuk berangkat ke Majeti untuk mengambil keris pusaka di pertapaan untuk dibawa pulang ke Medang Kamolan sebagai pusaka kerajaan. Tanpa meniawab sepatahpun, Dora mohon pamit dan langsung berangkat ke Majeti untuk menemui sahabatnya Sembada.

Sesampainya di pulau Majeti, Dora bertemu dengan Sembada yang sudah sudah lama berpisah dan kala itu juga saling melepas rasa kerinduannya.  Selanjutnya Dora menyampaikan seluruh pesan Sang Prabu Aji Saka tanpa ada yang tertinggal, terutama tentang tugasnya untuk mengambil keris di pertapaan. Sembada merasa kaget mendengar keris akan diambil oleh Dora karena sepengetahuannya Sang Aji Saka sendirilah yang akan  mengambil keris tersebut. Maka bersikukuhlah Sembada tidak akan memberikan keris kepada Dora. Terjadilah pertengkaran mulut diantara keduanya dan berlanjut pada pertempuran fisik. Akhirnya mereka berdua mati bersama dalam pertempuran sengit tersebut. Kematian ini oleh orang jawa disebut sebagai “‘mati sampyuh “.

Suasana alam perti berkabung, matahari tidak mengeluarkan sinar dibarengi dengan hujan gerimis kecil putih-putih. Kala itu juga Sang Aji Saka keluar dari istana, menatap langit, samodra kidul dan memanggil para brahmana untuk bersantiaji Keprabon. Di malam harinya Sang Prabu Aji Saka mendapat ilham Ha, Na, Ca, Ra, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Va, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga, Sampai sekarang di jaman modern seperti sekarang ini, kita orang Jawa harus selalu berfilsafat dengan ajaran: Ha, Na, Ca, Ra, Ka, dst … yang berarti, apakah yang kita ketahui tentang Ha,Na,Ca … dst sebagai konsep atau idea ajaran kearifan orang jawa yang bersumber dari karya susastra jawa yang berlandaskan dengan keluhuran Cipta, Rasa, Karsa, Budi, Karya yang menjelma kedalam konsep pakarti berketahanan “Budaya Bangsa”. Sehingga orang suku Jawa yang rnenyebar di seluruh pelosok tanah air jangan sampai meninggalkan warisan leluhurnya.

Setelah sang prabu membeberkan tentang ilham tersebut ke seluruh yang hadir di pasewakan, sang maha prabu mengajak seluruh punggawa kerajaan untuk berinkognito (turba) atau turun ke desa-desa. Dengan warna baru sang prabu melihat kerajaan Mendang Kamolan yang ternyata keadaan negaranya “panjang punjung, pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, karta tata tur raharja”.

Matahari terus bergulir menuju kodrati-Nya hari semakin sore, setelah istirahat sejenak, di kala itu segera Sang Prabu Aji Saka memerintahkan ke segenap yang ada di situasi itu untuk membuat tenda-tenda alami (bivoac) yang terbuat dari daun-daun, dan dari kayu yang alami untuk beristirahat untuk persiapan tenaga di esok harinya. Saat para hulubalang beristirahat total, di sore harinya Sang Prabu Aji Saka berkelana seorang diri sambil menikmati udara sore menatap cakrawala yang terselubung mendung tipis serta ditutupi kabut gerimis seperti salju semakin meresap ke sumsum tulang.

Sambil menikmati keindahan alam di Negara Medang Kamolan sampailah posisi Sang Prabu Aji Saka di desa yang paling terpencil hampir berdekatan di pinggir hutan, sayup-sayup terdengar lantunan lesung yang jumengglung yang kadang kala diiringi bertenggernya ayam jantan. Hati Sang Prabu semakin penasaran ingin mencari dimana tempat suara itu berada.

Ternyata dilihatnya bahwa lesung itu ternyata seorang wanita cantik sedang menumbuk padi di gubuk belakang rumahnya, yang didampingi seekor ayam jantan. Sang Prabu Aji Saka semakin mendekat dan diintainya wanita penumbuk padi itu dari sela-sela lobang dinding bambu yang sudah setengah reot itu.

Dengan asyiknya wanita cantik itu menumbuk padi dan secara diam-diam Sang Prabhu Aji Saka melihat dan mengamati dari dekat wanita tersebut dan ternyata wanita ini memiliki kecantikan yang luar biasa  bagaikan dewi dari kahyangan. Begitu sang Prabhu Aji Saka melihat kecantikan wanita ini, maka munculah perasaan cinta yang tidak bisa tertahankan, dan pada akhirnya secara tidak sengaja Sang Prabhu Aji Saka mengeluarkan cairan dari tubuhnya yang membasahi tanah setempat.

Sang Prabu Aji Saka perlahan-lahan beranjak dari tempatnya berada, sambil melangkah dengan perasaan berat untuk meninggalkan tempat itu, kemudian sang prabu memberi kode aji saka yang digoreskan pada dinding bambu. Dan meninggalkan tempat tersebut, sebagai kenangan tempat wanita cantik yang menumbuk padi.

Sepeninggal Sang Aji Saka dari tempat itu, wanita cantik penumbuk padi tidak mengetahui kejadian di lingkungan lesung tersebut, kecuali si ayam jagonya yang menggodanya, maka dipukullah ayam jago itu dengan tangkai padi oleh sang prabu, sambil melompat setengah terbang si ayam jago bersuara keeoooook, jatuh tepat di tempat Sang Prabhu Aji Saka sewaktu mengintip wanita cantik penumbuk padi. Anehnya si ayam jago melihat sebutir putih seperti  beras itu lalu dipatuknya kemudian ditelannya dan kembali lagi ke lesung.

Dan disaat yang bersamaan wanita cantik ini berkemas-kemas akan meninggalkan tempatnya menumbuk padi. Sang putri masuk ke rumahnya dan langsung menuju ke pedharingan/genthong tempat menyimpan beras, setelah selesai pergilah sang putri ke sumur untuk mandi, dan kala itu bersamaan si ayam jago masuk ke dalam kandang, memang waktu itu hari sudah masuk ke saat senja menjelang malam.

Matahari sudah masuk ke cakrawala dan malam telah mengganti suasana waktu. Dengan bergesernya waktu, kala semakin malam sang putri mulai tidur, namun tidak dapat memejamkan mata (tidur-tidur ayam) entah apa yang terjadi sepertinya ada sesuatu yang tidak dapat diterjemahkan. Semakin gaduh perasaan sang putri terdengarlah bertenggernya si ayam jago yang melengkapi semakin risaunya emosi sang putri. Si ayam jago semakin berulang-ulang bertengger dan terdengarlah bertenggernya si ayam jago dengan suara ngungkung lenturan panjang sepertinya dengan disertai seluruh tenaganya.

Dengan perasaan semakin gusar bangunlah sang putri dari tempat  tidurnya dan keluar mengambil segenggam daun kelapa kering dan disulutnya ujung daun kelapa itu. Perlahan sang putri menuju kandang ayam jagonya, ternyata si jago tidak lagi berada pada tempat pagakan/pangkringannya tetapi berada di tanah dengan keadaan “Ndekem”. Terkejut hati sang putri lalu di ambilnya si ayam jago dan diletakkan di pagakan tempat tidurnya. Anehnya selesainya sang putri meletakkan kembali si jago ke pagakan, ternyata tempat ndekemnya si ayam jago tadi ada sebutir telur putih besar lonjong sebesar telur angsa.

Dengan hati senang campur iba, aneh tapi nyata. Unik dan menarik dibawanva telur pulang dan dimasukkan ke dalam genthong tempat menyimpan beras. Tujuh hari kemudian, saat sang putri mengambil beras untuk ditanak, tangan sang putri menyentuh sesuatu dan sang putri tanpa rasa takut sama sekali, malah dibelai dengan mesranya.

Dengan perasaan iba sang putri melihatnya, ternyata seekor ular sowo kembang yang berbau wangi, dengan rasa cinta diambilnya ular itu di pinang dan dibawa ke tempat tidurnya. Sang putripun tidak jadi untuk menanak nasi, seolah sudah merasa kenyang. Di manja, dipeluk, dan diciumnya, si sowo kembang dengan tak henti-hentinya seolah seperti sang bayi yang baru lahir dari kandungan sang putri.

Di pagi hari si sowo kembang, ingin keluar untuk melihat suasana dan diikuti oleh sang putri sebagai pengganti ibunya. Sampailah sowo kembang di tempat  lesung dan bermain-main seolah-olah ada sesuatu bagi dirinya. Kala itu sowo kembang tidak mau pindah dari dinding reot, dan di tempat itulah si sowo kembang dapat berbicara layaknya manusia, dan bertanyalah si sowo kembang kepada sang putri. Semula mau melontarkan pertanyaan ini agak termangu-mangu, tetapi terdorong rasa yang kuat akhirnya terlontarlah sebuah pertanyaan dengan nada yang datar, “Sang putri, siapakah sebenarnya ayahku ini?”. Dengan menoleh ke dinding reot itu sang putri menjawab, wahai ular sawo kembang yang perkasa, ayahmu adalah seorang pertapa agung, di gunung urung-urung yang bernama AJI SAKA, yang sebenarnya petapa dan juga adalah seorang raja. Dengan tanpa dipikir panjang si sowo kembang langsung mohon doa restu untuk menuju ke gunung urung-urung seketika di lingkungan pertapaan berbau wangi, dan terkejut hati sang Aji Saka.

Dengan tanpa menunggu waktu lama datanglah si sowo kembang menghadap sang maha muni, dengan menghaturkan sembah sungkem, bersamaan itu pula keluarlah suara bernada geram Sang Aji Saka, “Siapakah kamu ini?”. Jawab Sowo Kembang: “Saya diperintah oleh ibu penumbuk padi untuk datang kesini, sebab sang pertapa adalah ayahku”.  Mendengar putri penumbuk padi terkejutlah sang Aji Saka dan teringat terhadap peristiwa lamanya. Jadi kedatanganmu kesini sebenarnya mau apa? Kedatangan saya kesini adalah:

    Dengan hormat, Sang Pertapa untuk memberiku sebuah nama, agar aku senang dengan nama itu.
    Sang Pertapa berkenan untuk mengakui bahwa hamba adalah keturunan dari sang maha muni.

Sang Aji Saka memegang leher sowo kembang dan dikalungkannya sebuah klinthing dan diberilah nama “NAGA BARU KLINTHING”, dan bersabdalah sang wiku “asma kinarya japa”. Dan si Naga Baru Klinthing akan diakui sebagai anak apabila tubuhnya dapat melingkari gunung urung-urung ini dengan tuntas, artinya kepala dan ekornya dapat bertemu menjadi satu (jawa: tepung gelang).

Dengan bangga berangkatlah Naga Baru Klinthing setelah mohon doa restu untuk melingkari gunung urung-urung tersebut. Dengan penuh perjuangan untuk melingkari gunung urung-urung ternyata setelah di depan Sang Aji Saka bertapa ternyata Naga Baru Klinthing tidak dapat mempertemukan antara ekor dan kepalanya. Dengan cerdiknya Naga Baru Klinthing menjulurkan lidahnya dan ternyata dapat berhasil. tapi apa yang terjadi. begitu Sang Aji Saka melihatnya, seketika diambilnya keris yang ampuh langsung dipenggalah lidah si Naga Baru Klinthing dan putus seketika.

Potongan lidah Naga Baru Klinthing melesat ke angkasa dan suara alam mengiringi dengan tanda gaib yang mengerikan. Naga Baru Klinthing setelah terpenggal lidahnya, tubuhnya bergerak di dalam tanah di sekitar gunung urung-urung yang akhirnya tanah menjadi gundhukan (bukit kecil) dan langsung di malam itu diiringi oleh suara halilintar serta kilat thathit yang mengerikan, bersamaan suara guruh di angkasa yang mencekam, dari jauh suara gelombang tsunami samudra yang seolah menggulung jagad. Sirepnya suara alam yang mengerikan tadi, hadirlah “MANUSIA BAJANG” , (jawa bocah bajang, bocah kerdil) akan berkelana di sekitar desa.

Konon masyarakat desa tersebut akan merayakan hari bersih dusun, dan beramai-ramailah masyarakat dusun untuk membersihkan halaman rumah dan lorong-lorong jalan, serta lingkungan gundhukan tanah yang dekat dengan jalan itupun diratakan agar tidak menutupi jalan. Saat seorang pekerja yang menebang kayu di sekitar gunung urung-urung, memecok akar kayu keluarlah darah yang memancar, dan terkejutlah orang-orang di dekatnya. Kala itu membuat penasaran seluruh orang-orang yang bekerja gotong royong tersebut. Dan dibongkarlah seluruh gundhukan tanah yang melingkar, ternyata daging binatang besar.

Tidak berpikir panjang di potong-potonglah daging tersebut untuk dibawa ke rumah masing-masing persiapan untuk pesta di hari bersih dusun. Masyarakat sangat senang hatinya karena diacara bersih dusun kali ini, lauk pauknya dengan serentak menggunakan daging. Di saat masyarakat memasak daging didatangi oleh manusia bajang, dari rumah ke rumah, yang dengan sengaja meminta makan lengkap dengan lauk pauknya.

Ternyata tidak satu keluargapun yang mau memberi makan kepada si bocah bajang tersebut, bahkan diusirnya. Berjalan dengan tenanglah bocah bajang dari rumah ke rumah, dan sampailah ke rumah yang berada di sudut desa terpencil tepatnya di pinggir desa di sela-sela hutan kecil dan rawa-rawa. Dialah si janda tua renta, dalam gubuk kecil yang rajin dan bersih dipagari dengan bunga-bunga indah juga terhiasi oleh kukusnya dupa sesaji. Janda tua sedang memasak daging yang nantinya akan dibawa untuk bersih dusun, datanglah bocah bajang meminta makan lengkap dengan lauk pauknya.

Dengan lahapnya nasi dihabiskan, tak sepotong dagingpun ada yang dimakannya, dan ditinggalkan di dalam piring sambil berpesan, bersiap-siaplah sang nenek dengan enthong yang bertangkai panjang serta lesung yang nanti akan besar manfaatnya. Bersama kata akhir itu menghilanglah si bocah bajang tersebut. Si nenek tua merenung sebentar, sebenarnya si nenek adalah wanita ahli bersemedi, langsung mohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberinya perlindungan. Di waktu itu malam sudah berlalu, di pagi harinya seluruh masyarakat mulai berkumpul di balai dusun untuk melaksanakan upacara bersih dusun, lengkap dengan sesaji, makanan serta pauk pauknya.

Dikala ujub kenduri sedang berlangsung, datanglah si bocah bajang dengan suara lantang “Hentikan dulu ujub kenduri ini”, sebab akan diberinya sebuah sayembara untuk memeriahkan acara bersih dusun tersebut. Sayembaranya adalah: “barang siapa yang dapat mencabut lidi yang saya tancapkan di halaman balai dusun ini, saya bersedia untuk dipotong-potong badannya, tetapi bila tidak dapat mencabutnya seluruh masakan daging ini akan saya rampas semua tanpa terkecuali”.

Masyarakat yang sedang melaksanakan kenduri bersih dusun menjadi berang dan marah mendengar sayembara si bocah bajang tersebut. Keluarlah seluruh masyarakat yang sedang berpesta pora ke halaman balai dusun, dan melingkari si bocah bajang berusaha untuk mencabut lidi yang ditancapkannya. Setelah satu persatu mencabut, tak ada yang berhasil juga. Akhirnya berkelompoklah masyarakat untuk mencabut lidi yang tertancab. namun hasilnya pun sia-sia.

Dengan serentak masyarakat menyuruhnya si bocah bajang untuk segera mencabut lidi yang tertancap. Perasaan haru bercampur gundah, dengan tangan kirinya lidi itu dipegangnya. Wajah menatap ke langit, sambil mengucap doa pelan-pelan lidi itu dicabutnya. Tercabutlah lidi itu, dan seketika keluarlah sumber air yang jernih mengalir kearah barat. Seluruh masyarakat menjadi malu hati, karena melihat berhasilnya si bocah bajang mencabut lidi itu.

Akhirnya dikeroyoklah bocah bajang, dan larilah perlahan meninggalkan halaman balai dusun. Semakin dikeroyok semakin banjir pula sumber air tersebut. Dengan banjirnya air dari sumber mata air yang ajaib ini, seolah “BANJIR BANDANG, DAN BANYAK MANUSIA YANG TENGGELAM”, menjadi korban, yang masih hidup berteriak minta tolong. Kala itu pula si bocah bajang menghilang dari permukaan, dan akan rnenyatu dengan lidah Naga Baru Klinthing yang melesat ke angkasa, bersama itu pula hilangnya lauk pauk entah kemana. Hanya janda tua yang tempo hari memberi makan kepada si bocah bajang yang selamat karena menuruti pesannya untuk naik lesung dengan berdayung enthong sambil menanti surutnya air bah.

Ternyata setelah air banjir surut lesung berhenti di sebelah sumber mata air, dan si nenek tua menamakan sumber mata air tersebut “SUMBER BARU KLINTHING” dan terkenal sampai sekarang legendanya di Dusun Bunut, Desa Bringin, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, PropinsiJawa Timur.

Asal-Mula Cerita Legenda Wisata Rawa Pening Source;wisatarawapeningbejalen.blogspot.com

11/13/2014 : Cerita Legenda Guru Diden di Tanah Karo

loading...
Cerita Legenda  Guru Diden di Tanah Karo,Salah satu dari mereka berkata “Sebaiknya kita adu ilmu saja, kita bertujuh dengan guru dari Karo itu !“.  Sontak salah satu orang yang ada di pertemuan itu sangat gusar. Saat itu memang sedang dilakukan sebuah pertemuan, sebuah pertemuan yang dilakukan secara mendadak. Bukan sembarang pertemuan. Tapi pertemuan yang dilakukan oleh tujuh orang-orang sakti di negeri Pakpak. Ketujuh orang sakti ini disebut warga sebagai Guru Pakpak Pitu Sedalanen. Di negeri Pakpak mereka semua dikabarkan memiliki ilmu yang sangat tinggi, sangat sakti, sangat disegani dan bahkan juga sangat ditakuti.

 Tapi apa hendak mau dikata, mereka semua gusar saat mengetahui ada kabar berita yang katanya ada orang yang juga sangat sakti di negeri seberang sana. Seorang guru sakti di tanah Karo, Guru Diden namanya. Ketujuh Guru Pakpak Pitu Sedalanen ini merasa penasaran dan juga tersaingi. Karena berita kesaktian guru Karo ini dengan cepat tersebar luas, padahal lokasi tanah Karo dan negeri Pakpak sendiri bisa ditempuh dengan cara berjalan kaki selama berhari-hari.

Guru Diden, yang membuat penasaran dan gusar banyak orang, tinggal di desa Raja Tengah, Tanah Karo. Dia ditemani oleh seorang istri. Sudah banyak cerita mengenai kesaktian guru dari Karo ini. Ada yang mengatakan bila sang guru dapat mengobati segala macam penyakit, menolak bala dan kutukan, menguasai berbagai macam ilmu mistik hingga dapat meramal masa depan termasuk menentukan suatu hari itu baik atau buruk. Banyak penduduk di desa Raja Tengah yang mendengar wejangan dan arahan dari sang guru. Bila ada petani yang ingin menanam padi, sang guru dapat menentukan hari tanam yang baik. Termasuk juga mengusir hama maupun roh-roh jahat yang mengganggu petani mengolah sawahnya.

Kembali ke pertemuan orang-orang sakti di negeri Pakpak. Nampaknya para Guru Pitu Sedalenan sudah sangat “gatal”. Hingga akhirnya sebuah mufakat tercapai sudah. Mereka memutuskan sesegera mungkin berangkat ke Tanah Karo, dengan hanya satu tujuan. Menguji tingkat kesaktian sang Guru Diden. Siapa yang lebih sakti, guru dari Karo atau mereka bertujuh yang berasal dari Pakpak.

Dengan kaki telanjang mereka berjalan kaki menempuh waktu berhari-hari dalam perjalanan menuju tanah Karo. Mereka bertujuh pun sepakat tidak akan membocorkan niat mereka untuk mengadu ilmu dengan Guru Diden, kepada siapapun yang mereka temui dalam perjalanan hingga sampai di Tanah Karo. Hasrat dan rasa penasaran yang meluap-luap kepada Guru Diden, seorang guru yang mereka dengar sangat sakti, meskipun mereka bertujuh belum pernah sama sekali bertemu dengan sosoknya.

Setelah menempuh waktu beberapa hari, meninggalkan kampung halamannya, menembus dinginnya pagi dan pekatnya malam. Maka tibalah Guru Pakpak Pitu Sedalenan di bumi Karo. Mereka tidak tahu bila perjalanan mereka sudah sampai di desa Raja Tengah, desa di mana sang Guru Diden yang mereka cari tinggal. Bahkan mereka pun tidak tahu bila orang yang berpapasan dengan mereka di jalan adalah Guru Diden.

Guru Diden sendiri yang berpapasan dengan mereka tahu bila ketujuh orang yang baru dijumpainya ini bukan berasal dari kampungnya. Terlihat jelas olehnya, ketujuh musafir ini telah melakukan perjalanan yang panjang dan sangat kelelahan. Dengan ramah Guru Diden menegur mereka dan langsung mengundangnya untuk singgah ke rumahnya untuk sekedar melepaskan rasa letih dan dahaga. Jelas ketujuh guru sakti itu tak menampik tawaran yang ramah itu.

Tibalah mereka semua di rumah Guru Diden, rumah yang indah dan rindang yang juga banyak dikelilingi oleh banyak pohon-pohon kelapa. Pohon-pohon kelapa yang buahnya masih hijau, yang sangat mengundang selera.  Karena sangat kehausan maka salah seorang dari guru Pakpak itu meminta agar tuan rumah memberikan kelapa muda untuk melepas haus dahaganya. “Tolonglah turunkan tujuh tandan kelapa muda itu. “ ujar salah satu dari mereka. Lantas sambil keheranan Guru Diden kembali bertanya “Untuk apa kelapa muda sampai tujuh tandan ?  Tujuh buah saja cukup untuk kalian semua”. Mungkin karena mereka sangat kehausan, salah satu dari Guru Pakpak Pitu Sedalanen ngotot, “Tujuh buah tidak cukup untuk kami. Turunkanlah tujuh tandan, kami sangat haus.“

Malas untuk berdebat lagi, maka Guru Diden menuruti nafsu para tamunya. Diturunkanlah tujuh tandan kelapa muda itu dan dijamunya kelapa muda itu kepada ketujuh musafir yang tengah kehausan, merindukan berliter-liter air mengalir di tenggorokannya. Masing-masing musafir tersebut mendapatkan satu buah kelapa muda. Namun ternyata terjadi sebuah keanehan. Ketika air kelapa itu diminum ternyata tak satu pun dari mereka yang sanggup menghabiskan satu pun kelapa muda itu. Setiap air kelapa yang telah mereka minum ternyata bertambah kembali. Air kelapa tak habis-habis. Guru Pakpak Pitu Sedalenan pun bingung. Apa soal, ternyata pada saat itu Guru Diden sudah menggunakan kesaktiannya, sehingga air kelapa tak habis habis.

Saat mereka kebingungan, akhirnya berkatalah Guru Diden. “Tadi kan sudah kubilang, tujuh buah kelapa saja sudah cukup. Tapi kalian malah minta tujuh tandan.” Sambil berkata kesal Guru Diden pun berdiri dan menyepak semua kelapa muda yang belum sempat dilepaskan dari tandannya. Anehnya, kelapa itu melompat dan terbang melekat kembali pada tempatnya semula, pada pucuk pohon kelapa yang tinggi. Terkejutlah ketujuh tamu yang diundang, ternyata tuan rumah yang tengah menjamunya juga memiliki kesaktian. Setelah melihat ini, semakin banyak pula permintaan dari Guru Pitu Sedalanen. Mungkin karena penat dan kepanasan setelah menempuh perjalanan berhari-hari. Mereka pun meminta hujan, tak setengah hati Guru Diden pun menurunkan hujan yang sangat lebat. Bahkan hujan pun berhenti ketika saat malam tiba.

Hujan deras yang berhenti saat malam telah larut, yang akhirnya membuat Guru Diden menyarankan agar ketujuh tamunya ini menginap semalam, sebelum besok meneruskan perjalannya kembali. Sekali lagi para musafir jelas susah menolaknya. Namun lancang kali para Guru Pakpak Pitu Sedalanen, mereka kembali minta dijamu oleh tuan rumah. Tak tanggung-tanggung dimasakkan nasi dalam tujuh periuk nasi untuk mereka bertujuh. Masing-masing akan mendapatkan porsi satu periuk nasi. Sudah sangat malas Guru Diden bertanya dan berdebat kembali, dan sebagai tuan rumah yang baik dia meminta istrinya untuk segera memasakkan nasi dalam tujuh buah periuk itu.

Mungkin guru dari Karo ini juga kesal kok tidak jera-jeranya para tamunya ini. Namun tujuh nasi dalam tujuh periuk yang berbeda akhirnya disediakan. Tak ubahnya dengan air kelapa tadi maka berapa pun banyaknya nasi yang mereka makan keadaannya tak berkurang sedikit pun. Tak berubah jumlah butir-butir nasi yang mereka makan  dengan posisi saat awal nasi dalam periuk disajikan. Pada saat ini beberapa dari Guru Pitu Sedalanen sudah merasa curiga jangan-jangan tuan rumah yang menjamu mereka ini adalah sosok yang sedang mereka cari, yaitu Guru Diden.

Setelah selesai bersantap makan malam, memakan nasi dari tujuh periuk yang nasinya tak habis-habisnya. Mereka saling ngobrol tentang kisah perjalanan dan niat mereka. Setelah mendengar niat dari Guru Pitu Sedalenan, Guru Diden dengan tenang namun tegas berkata, “Akulah Guru Diden yang sedang kalian cari itu. Kalau kalian memang mau mengadu kesaktian dengan aku, sebaiknya besok saja kita lakukan. Karena kalian sudah capek, sebaiknya kalian tidur dulu.“ Terkejutlah ketujuh musafir dari Pakpak ini.

Saat hendak beranjak tidur pun mereka susah untuk memejamkan mata barang sedikit pun. Pikiran mereka semua berkelebat seperti apa pertarungan ilmu yang akan mereka lakukan esok harinya. Bayangkan saja kelapa ditendangnya bisa kembali ke pucuk pohon, hujan pun bisa diturunkannya. Kesaktian apa lagi yang akan ditunjukkan oleh Sang Guru Diden, si sakti dari dataran bumi Karo.

Hari yang ditunggu pun tiba. Saat surya “memanggil” dan setelah selesai bersantap makan pagi. Guru Diden mengajak para Guru Pakpak Pitu Sedalanen berjalan-jalan melihat keadaan di sekeliling desa, sampai berjalan menuju ke tempat yang paling tepat untuk beradu ilmu. Tibalah mereka di tempat itu. Guru Diden mengajak Guru Pakpak Pitu Sedalanen ke lokasi yang tanahnya terdapat tujuh lobang di atas tanah. Di dalam tujuh lobang itu terdapat tujuh buah telur ayam.

Kemudian Guru Diden meminta agar ketujuh guru tersebut masing-masing mengambil telur yang terdapat di dalam lobang tersebut. Sambil tertawa, jelas ketujuh guru dari Pakpak ini kembali memandang enteng tantangan yang diberikan oleh Guru Diden.

Dengan sigap dan ligat mereka masing-masing memasukkan tangannya ke dalam lobang dan berupaya mengambil telur ayam. Tapi apa yang terjadi, ternyata tangan mereka semua tidak bisa lepas kembali dari lobang tanah itu. Lobang di tanah itu tiba-tiba seperti mengecil dan mencengkram erat ketujuh tangan para guru-guru ini. Semakin berupaya mereka mengeluarkan tangannya, semakin erat pula cengkeraman lobang dari tanah itu. Akhirnya salah satu dari para guru Pakpak yang merupakan pemimpin mereka itu berteriak dan menjerit, “Guru Diden, kami bertujuh mengaku kalah. Kami mengakui kesaktianmu lebih hebat dari pada kami semua. Kami menyerah.”

Lantas apa kata Guru Diden. Dia hanya berkata dengan tenang dan perlahan,“ Aku hanya orang biasa saja. Dan aku tidak pernah bermaksud mengadu kesaktian dengan siapapun juga. Karena kesaktian dan ilmu tidak berarti apa apa.” Setelah berkata itu, sang guru pun memanggil seekor burung elang, dan menyuruh burung elang itu terbang ke negeri asal Guru Pakpak Pitu Sedalanen, jauh ke negeri Pakpak. Dengan maksud agar seluruh orang di negeri Pakpak diberitahu bila Guru Pitu Sedalenan sudah menyerah kalah ilmunya oleh Guru Diden.

Dasar baik hatinya Guru Diden, maka atas perasaan yang tidak tega, akhirnya Guru Diden dengan kesaktiannya melepaskan ketujuh tangan guru yang telah menyerah tadi. Tapi apa yang terjadi, setelah ketujuh tangan itu tercabut. Tersemburlah air yang memancar sangat deras dari ketujuh lobang itu. Air terus menerus memancar dan mengalir. Kabarnya ketujuh mata air itu sampai sekarang masih terdapat di tanah Karo. Tempat yang orang-orang percayai pernah terjadinya adu ilmu antara Guru Diden dan Guru Pakpak Pitu Sedalanen.

Demikianlah Cerita Legenda  Guru Diden di Tanah Karo source ; chrispoerba.wordpress.com

9/16/2014 : Cerita Legenda Petualangan Tom Sawyer

loading...
Cerita Legenda Petualangan Tom Sawyer ,Tom Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan. Pada suatu malam ia melarikan diri dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama Huck pergi ke pemakaman. "Hei, Huck! Kalau kita membawa kucing yang mati dan menguburnya, katanya kutil kita bisa diambil. " "Benar. Serahkan saja padaku! Masa'sih begitu saja takut. "
" Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi. "Bukankah itu dokter dan Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..." Kemudian Dokter dan Kakek Petter mulai bertengkar karena masalah uang. Untuk mendapatkan mayat, Dokter harus melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter menolak. Kemudian Kakek Petter dipukul oleh Dokter hingga terjatuh. Setelah itu, si Indian Joe memungut pisau yang dibawa Kakek Petter dan melompat menyerang Dokter. Brukk!

Beberapa hari telah berlalu. Pada suatu hari Huck mengikuti Indian Joe dan temannya sendirian. "Apakah mereka mau menyembunyikan emasnya?" Tetapi, Indian Joe dan temannya bermaksud menyerang rumah Nyonya Douglas. "Gawat! Aku harus cepat-cepat memberitahukannya pada seseorang! " Karena pemberitahuan Huck, orang yang rumahnya bertetangga dengan Nyonya Douglas segera membawa senapan dan menembak para pencuri itu. Door! Door! Indian Joe dan temannya sangat terkejut, lalu mereka melarikan diri. " Sudah tidak apa-apa, kok!! "Ini semua berkat Huck. Terima kasih atas pemberitahuannya, ya! "

Cerita Legenda Petualangan Tom Sawyer

Di lain pihak Tom, Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi, Tom dan Becky tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba, muncul asap membumbung mengelilingi keduanya. "Kyaaa! Tom, aku takut!" "Oh, ada seseorang! " Tiba-tiba muncullah sosok Indian Joe di depan Tom dan Becky. Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit untuk bemafas. "Waaaw! Ayo, lari! Dengan cepat, Tom dan Becky berlari hingga keluar dari dalam goa. Akhimya mereka pulang.
Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu. Ketika Tom pergi bermain ke rumah Becky, ayah Becky berkata, Tom karena goa itu berbahaya, sebaiknya ditutup saja. "Ya... tetapi di situ ada Indian Joe. Ketika semuanya pergi ke sana, temyata Indian Joe jatuh pingsan di pintu masuk goa. la tersesat. Kemudian mereka menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan Indian Joe ke dalam penjara. "Temyata Indian Joe menyembunyikan emasnya di atas batu yang terletak di dalam goa ini dan telah diberi tanda. " Tom dan Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan rahasia.

Ketika mereka menggali batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang disembunyikan kedua orang pencuri itu.
"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck pulang, Nyonya Douglas yang telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk menyambut mereka.
"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di Mississipi, Amerika. Menceritakan tentang pemuda nakal, bernama Tom dan sahabatnya, Huck. Inti ceritanya ada di tengah-tengah cerita, sehingga menjadi dan mudah dimengerti.
source;kumpulan cerita rakyat dunia

9/09/2014 : Cerita Legenda Kisah Aryo Menak

loading...
Cerita Legenda Kisah Aryo Menak,Dikisahkan pada jaman Aryo Menak hidup, pulau Madura masih sangat subur. Hutannya sangat lebat. Ladang-ladang padi menguning.

Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan. Pada suatu bulan purnama, ketika dia beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tujuh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana.

Ia sangat  terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya untuk memiliki seorang diantara mereka. Iapun mengendap-endap, kemudian dengan secepatnya diambil sebuah selendang dari bidadari-bidadari itu.

Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di sorga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa selendangnya. Iapun sedih dan menangis.  

Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Ditanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: “Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu.”

Cerita Legenda Kisah Aryo Menak

Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya.

Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya Menak tidak boleh menyaksikannya.

Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. Tindakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna.

Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun makin berkurang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bidadari itu ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu melihat selendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat terbang ke istananya.

Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya, bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi
source: seasite.niu.edu
begitulah sebuah Cerita Legenda Kisah Aryo Menak

9/09/2014 : Cerita Legenda Ular n’Daung

loading...
Cerita Legenda Ular n’Daung.Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di daerah Bengkulu hiduplah seorang wanita tua dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan tua itu sakit keras.

Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat khusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang dimasak dengan bara gaib dari puncak gunung.

Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon dijaga oleh seekor ular gaib. Menurut cerita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba mendekati puncak gunung itu.

Diantara ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan perasaan takut ia mendaki gunung kediaman si Ular n’Daung. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matahari sehingga tempat tersebut menjadi temaram.

Belum habis rasa khawatir si Bungsu, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dan raungan yang keras. Tanah bergetar. Inilah pertanda si Ular n’Daung mendekati gua kediamannya. Mata ular tersebut menyorot tajam dan lidahnya menjulur-julur.  Dengan sangat ketakutan si Bungsu mendekatinya dan berkata, “Ular yang keramat, berilah saya sebutir bara gaib guna memasak obat untuk ibuku yang sakit. Tanpa diduga, ular itu menjawab dengan ramahnya, “bara itu akan kuberikan kalau engkau bersedia menjadi isteriku!”
Cerita Legenda Ular n’Daung
Si Bungsu menduga bahwa perkataan ular ini hanyalah untuk mengujinya. Maka iapun menyanggupinya. Keesokan harinya setelah ia membawa bara api pulang, ia pun menepati janjinya pada Ular n’Daung. Ia kembali ke gua puncak gunung untuk diperisteri si ular.

Alangkah terkejutnya si bungsu menyaksikan kejadian ajaib. Yaitu, pada malam harinya, ternyata ular itu berubah menjadi seorang ksatria tampan bernama Pangeran Abdul Rahman Alamsjah.

Pada pagi harinya ia akan kembali menjadi ular. Hal itu disebabkan oleh karena ia disihir oleh pamannya menjadi ular. Pamannya tersebut menghendaki kedudukannya sebagai calon raja.

Setelah kepergian si bungsu, ibunya menjadi sehat dan hidup dengan kedua kakaknya yang sirik. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi dengan si Bungsu. Maka merekapun berangkat ke puncak gunung. Mereka tiba di sana diwaktu malam hari.

Alangkah kagetnya mereka ketika mereka mengintip bukan ular yang dilihatnya tetapi lelaki tampan. Timbul perasaan iri  dalam diri mereka. Mereka ingin memfitnah adiknya.

Mereka mengendap ke dalam gua dan mencuri kulit ular itu. Mereka membakar kulit ular tersebut. Mereka mengira dengan demikian ksatria itu akan marah dan mengusir adiknya itu. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Dengan dibakarnya kulit ular tersebut, secara tidak sengaja mereka membebaskan pangeran itu dari kutukan.

Ketika menemukan kulit ular itu terbakar, pangeran menjadi sangat gembira. Ia berlari dan memeluk si Bungsu. Di ceritakannya bahwa sihir pamannya itu akan sirna kalau ada orang yang secara suka rela membakar kulit ular itu.

Kemudian, si Ular n’Daung yang sudah selamanya menjadi Pangeran Alamsjah memboyong si Bungsu ke istananya. Pamannya yang jahat diusir dari istana. Si Bungsu pun kemudian mengajak keluarganya tinggal di istana. Tetapi dua kakaknya yang sirik menolak karena merasa malu akan perbuatannya.
source;seasite.niu.edu
Begitulah Cerita Legenda Ular n’Daung

9/09/2014 : Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Burung Ruai

loading...
Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Burung Ruai,Konon pada zaman dahulu di daerah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat tepatnya di pedalaman benua Bantahan sebelah Timur Kota Sekura Ibukota Kecamatan Teluk Keramat yang dihuni oleh Suku Dayak, telah terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan untuk diketahui.

Menurut informasi orang bahwa di daerah tersebut terdapat sebuah kerajaan yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua gunung dimaksud terdapatlah sebuah gua yang bernama ”Gua Batu”, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil yang di dalamnya terdapat banyak ikan dan gua tersebut dihuni oleh seorang kakek tua renta yang boleh dikatakan ”sakti”.

Cerita dimulai dengan seorang raja yang memerintah pada kerajaan di atas dan mempunyai tujuh orang putri, raja itu tidak mempunyai istri lagi sejak meninggalnya permaisuri atau ibu dari ketujuh orang putrinya. Di antara ketujuh orang putri tersebut ada satu orang putri raja yang bungsu atau si bungsu. Si bungsu mempunyai budi pekerti yang baik, rajin, suka menolong dan taat pada orang tua, oleh karena itu tidak heran sang ayah sangat menyayanginya. Lain pula halnya dengan keenam kakak – kakaknya, perilakunya sangat berbeda jauh dengan si bungsu, keenam kakaknya mempunyai hati yang jahat, iri hati, dengki, suka membantah orang tua, dan malas bekerja. Setiap hari yang dikerjakannya hanya bermain – main saja.
Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Burung Ruai
Dengan kedua latar belakang inilah, maka sang ayah ( raja ) menjadi pilih kasih terhadap putri – putrinya. Hampir setiap hari keenam kakak si bungsu dimarah oleh ayahnya, sedangkan si bungsu sangat dimanjakannya. Melihat perlakuan inilah maka keenam kakak si bungsu menjadi dendam, bahkan benci terhadap adik kandungnya sendiri, maka bila ayahnya tidak ada di tempat, sasaran sang kakak adalah melampiaskan dendam kepada si bungsu dengan memukul habis – habisan tanpa ada rasa kasihan sehingga tubuh si bungsu menjadi kebiru – biruan dan karena takut dipukuli lagi si bungsu menjadi takut dengan kakaknya.

Untuk itu segala hal yang diperintahkan kakaknya mau tidak mau sibungsu harus menurut seperti : mencuci pakaian kakaknya, membersihkan rumah dan halaman, memasak, mencuci piring, bahkan yang paling mengerikan lagi, sibungsu biasa disuruh untuk mendatangkan beberapa orang taruna muda untuk teman/menemani kakaknya yang enam orang tadi. Semua pekerjaan hanya dikerjakan si bungsu sendirian sementara ke enam orang kakaknya hanya bersenda gurau saja.

Sekali waktu pernah akibat perlakuan keenam kakaknya itu terhadap sibungsu diketahui oleh sang raja ( ayah ) dengan melihat badan ( tubuh ) si bungsu yang biru karena habis dipukul tetapi takut untuk mengatakan yang sebenarnya pada sang ayah, dan bila sang ayah menanyakan peristiwa yang menimpa si bungsu kepada keenam kakaknya maka keenam orang kakaknya tersebut membuat alasan – alasan yang menjadikan sang ayah percaya seratus persen bahwa tidak terjadi apa – apa. Salah satu yang dibuat alasan sang kakak adalah sebab badan sibungsu biru karena sibungsu mencuri pepaya tetangga, kemudian ketahuan dan dipukul oleh tetangga tersebut. Karena terlalu percayanya sang ayah terhadap cerita dari sang kakak maka sang ayah tidak memperpanjang permasalahan dimaksud.

Begitulah kehidupan si bungsu yang dialami bersama keenam kakaknya, meskipun demikian sibungsu masih bersikap tidak menghadapi perlakuan keenam kakaknya, kadang – kadang si bungsu menangis tersedu – sedu menyesali dirinya mengapa ibunya begitu cepat meninggalkannya. sehingga ia tidak dapat memperoleh perlindungan. Untuk perlindungan dari sang ayah boleh dikatakan masih sangat kurang. Karena ayahnya sibuk dengan urusan kerajaan dan urusan pemerintahan.

Setelah mengalami hari – hari yang penuh kesengsaraan, maka pada suatu hari berkumpullah seluruh penghuni istana untuk mendengarkan berita bahwa sang raja akan berangkat ke kerajaan lain untuk lebih mempererat hubungan kekerabatan diantara mereka selama satu bulan. Ketujuh anak ( putrinya ) tidak ketinggalan untuk mendengarkan berita tentang kepergian ayahnya tersebut. Pada pertemuan itu pulalah diumumkan bahwa kekuasaan sang raja selama satu bulan itu dilimpahkan kepada si bungsu, yang penting bila sang raja tidak ada di tempat, maka masalah – masalah yang berhubungan dengan kerajaan ( pemerintahan ) harus mohon ( minta ) petunjuk terlebih dahulu dari si bungsu. Mendengar berita itu, keenam kakaknya terkejut dan timbul niat masing – masing di dalam hati kakaknya untuk melampiaskan rasa dengkinya, bila sang ayah sudah berangkat nanti. Serta timbul dalam hati masing – masing kakaknya mengapa kepercayaan ayahnya dilimpahkan kepada si bungsu bukan kepada mereka.

Para prajurit berdamping dalam keberangkatan sang raja sangat sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Maka pada keesokan harinya berangkatlah pasukan sang raja dengan bendera dan kuda yang disaksikan oleh seluruh rakyat kerajaan dan dilepas oleh ketujuh orang putrinya.

Keberangkatan sang ayah sudah berlangsung satu minggu yang lewat. Maka tibalah saatnya yaitu saat-saat yang dinantikan oleh keenam kakaknya si bungsu untuk melampiaskan nafsu jahatnya yaitu ingin memusnahkan si bungsu supaya jangan tinggal bersama lagi dan bila perlu si bungsu harus dibunuh. Tanda-tanda ini diketahui oleh si bungsu lewat mimpinya yang ingin dibunuh oleh kakanya pada waktu tidur di malam hari.

Setelah mengadakan perundingan di antara keenam kakaknya dan rencanapun sudah matang, maka pada suatu siang keenam kakak di bungsu tersebut memanggil si bungsu, apakah yang dilakukannya ?. Ternyata keenam kakanya mengajak si bungsu untuk mencari ikan ( menangguk ) yang di dalam bahasa Melayu Sambas mencari ikan dengan alat yang dinamakan tangguk yang dibuat dari rotan dan bentuknya seperti bujur telur ( oval ). Karena sangat gembira bahwa kakaknya mau berteman lagi dengannya, lalu si bungsu menerima ajakan tersebut. Padahal dalam ajakan tersebut terselip sebuah balas dendam kakaknya terhadap si bungsu, tetapi si bungsu tidak menduga hal itu sama sekali.

Tanpa berpikir panjang lagi maka berangkatlah ketujuh orang putri raja tersebut pada siang itu, dengan masing – masing membawa tangguk dan sampailah mereka bertujuh di tempat yang akan mereka tuju ( lokasi menangguk ), yaitu gua batu, si bungsu disuruh masuk terlebih dahulu ke dalam gua, baru diikuti oleh keenam kakaknya. Setelah mereka masuk, si bungsu disuruh berpisah dalam menangguk ikan supaya mendapat lebih banyak dan ia tidak tahu bahwa ia tertinggal jauh dengan kakak-kakanya.

Si bungsu sudah berada lebih jauh ke dalam gua, sedangkan keenam kakaknya masih saja berada di muka gua dan mendoakan supaya si bungsu tidak dapat menemukan jejak untuk pulang nantinya. Keenam kakaknya tertawa terbahak – bahak sebab si bungsu telah hilang dari penglihatan. Suasana gua yang gelap gulita membuat si bungsu menjadi betul – betul kehabisan akal untuk mencari jalan keluar dari gua itu. Tidak lama kemudian keenam kakaknya pulang dari gua batu menuju rumahnya tanpa membawa si bungsu dan pada akhirnya si bungsupun tersesat.

Merasa bahwa si bungsu telah dipermainkan oleh kakaknya tadi, maka tinggallah ia seorang diri di dalam gua batu tersebut dan duduk bersimpuh di atas batu pada aliran sungai dalam gua untuk meratapi nasibnya yang telah diperdayakan oleh keenam kakaknya, si bungsu hanya dapat menangis siang dan malam sebab tidak ada satupun makhluk yang dapat menolong dalam gua itu kecuali keadaan yang gelap gulita serta ikan yang berenang kesana kemari.

Bagaimana nasib si bungsu ? tanpa terasa si bungsu berada dalam gua itu sudah tujuh hari tujuh malam lamanya, namun ia masih belum bisa untuk pulang, tepatnya pada hari ketujuh si bungsu berada di dalam gua itu, tanpa disangka – sangka terjadilah peristiwa yang sangat menakutkan di dalam gua batu itu, suara gemuruh menggelegar-gelegar sepertinya ingin merobohkan gua batu tersebut, si bungsupun hanya bisa menangis dan menjerit-jerit untuk menahan rasa ketakutannya, maka pada saat itu dengan disertai bunyi yang menggelegar muncullah seorang kakek tua renta yang sakti dan berada tepat di hadapan si bungsu, lalu si bungsupun terkejut melihatnya, tak lama kemudian kakek itu berkata, ” Sedang apa kamu disini cucuku ? ”, lalu si bungsupun menjawab, ” Hamba ditinggalkan oleh kakak – kakak hamba, kek ! ”, maka si bungsupun menangis ketakutan sehingga air matanya tidak berhenti keluar, tanpa diduga-duga pada saat itu dengan kesaktian kakek tersebut titik-titik air mata si bungsu secara perlahan-lahan berubah menjadi telur-telur putih yang besar dan banyak jumlahnya, kemudian si bungsupun telah diubah bentuknya oleh si kakek sakti menjadi seekor burung yang indah bulu-bulunya.

Si bungsu masih bisa berbicara seperti manusia pada saat itu, lalu kakek itu berkata lagi, ” Cucuku aku akan menolong kamu dari kesengsaraan yang menimpa hidupmu tapi dengan cara engkau telah kuubah bentukmu menjadi seekor burung dan kamu akan aku beri nama ” Burung Ruai, apabila aku telah hilang dari pandanganmu maka eramlah telur-telur itu supaya jadi burung – burung sebagai temanmu ! ”. Kemudian secara spontanitas si bungsu telah berubah menjadi seekor burung dengan menjawab pembicaraan kakek sakti itu dengan jawaban kwek … kwek … kwek … kwek …. kwek, Bersamaan dengan itu kakek sakti itu menghilang bersama asap dan burung ruai yang sangat banyak jumlahnya dan pada saat itu pula burung-burung itu pergi meninggalkan gua dan hidup di pohon depan tempat tinggal si bungsu dahulu, dengan bersuara kwek … kwek …. kwek … kwek …. kwek, Mereka menyaksikan kakak – kakak si bungsu yang dihukum oleh ayahnya karena telah membunuh si bungsu.
source;sambas.go.id
Baca juga yuk.... Cerita Legenda Si Rusa dan Si Kulomang

9/09/2014 : Cerita Legenda Batu Golog

loading...
Cerita Legenda Batu Golog,Pada jaman dahulu di daerah Padamara dekat Sungai Sawing di Nusa Tenggara Barat hiduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain dan sang suami bernama Amaq Lembain

 Mata pencaharian mereka adalah buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa desa menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi.Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai pula. Pada suatu hari, ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya ditaruhnya diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja.

Anehnya, ketika Inaq mulai menumbuk, batu tempat mereka duduk makin lama makin menaik. Merasa seperti diangkat, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya: “Ibu batu ini makin tinggi.” Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja. Dijawabnya, “Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk.”
Nusa Tenggara Barat
Begitulah yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu makin lama makin meninggi hingga melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu kemudian berteriak sejadi-jadinya. Namun, Inaq Lembain tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi.

Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan. Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq.

Inaq Lembain menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anaknya. Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan dapat memenggal Batu Goloq itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya batu itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Desa Gembong olrh karena menyebabkan tanah di sana bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini. Dan potongan terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker.

Sedangkan kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah berubah menjadi dua ekor burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo dan adiknya berubah menjadi burung Kelik. Oleh karena keduanya berasal dari manusia maka kedua burung itu tidak mampu mengerami telurnya.
source: seasite.niu.edu
mungkin anda tertarik untuk baca Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Selat Bali

9/09/2014 : Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Selat Bali

loading...
Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Selat Bali,Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.

Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya.”

Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.
Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Selat Bali
Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.

Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, “Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.”

Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.

Mendengar kematian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama.

“Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini,” katanya. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.
source; seasite.niu.edu
begitulah Cerita Legenda Asal Mula Terjadinya Selat Bali