8/29/2018 : Cerita Legenda Dunia Putri Tangguk Indonesia

loading...
Putri Tangguk adalah seorang petani yang tinggal di Negeri Bunga Tanjung, Kecamatan Danau Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia. Ia memiliki sawah hanya seluas tangguk tetapi mampu menghasilkan padi yang sangat melimpah. Pada suatu hari, Putri Tangguk dikejutkan dengan sebuah peristiwa aneh di sawahnya. Ia mendapati tanaman padinya telah berubah menjadi rerumputan tebal. Mengapa tanaman padi Putri Tangguk secara ajaib berubah menjadi rumput? Temukan jawabannya dalam cerita Putri Tangguk berikut ini!

Alkisah, di Negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, ada seorang perempuan bernama Putri Tangguk. Ia hidup bersama suami dan tujuh orang anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya yang hanya seluas tangguk. Meskipun hanya seluas tangguk, sawah itu dapat menghasilkan padi yang sangat banyak.

Setiap habis dipanen, tanaman padi di sawahnya muncul lagi dan menguning. Dipanen lagi, muncul lagi, dan begitu seterusnya. Berkat ketekunannya bekerja siang dan malam menuai padi, tujuh lumbung padinya yang besar-besar sudah hampir penuh. Namun, kesibukan itu membuatnya lupa mengerjakan pekerjaan lain. Ia terkadang lupa mandi sehingga dakinya dapat dikerok dengan sendok. Ia juga tidak sempat bersilaturahmi dengan tetangganya dan mengurus ketujuh orang anaknya.

Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sudah tidur, Putri Tangguk berkata kepada suaminya yang sedang berbaring di atas pembaringan.

 Bang! Adik sudah capek setiap hari menuai padi. Adik ingin mengurus anak-anak dan bersilaturahmi ke tetangga, karena kita seperti terkucil,  ungkap Putri Tangguk kepada suaminya.

 Lalu, apa rencanamu, Dik?  tanya suaminya dengan suara pelan.

 Begini Bang! Besok Adik ingin memenuhi ketujuh lumbung padi yang ada di samping rumah untuk persediaan kebutuhan kita beberapa bulan ke depan,  jawab Putri Tangguk.

 Baiklah kalau begitu. Besok anak-anak kita ajak ke sawah untuk membantu mengangkut padi pulang ke rumah,  jawab suaminya.

 Ya, Bang!  jawab Putri Tangguk.

Beberapa saat kemudian, mereka pun tertidur lelap karena kelelahan setelah bekerja hampir sehari semalam. Ketika malam semakin larut, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan itu baru berhenti saat hari mulai pagi. akibatnya, semua jalan yang ada di kampung maupun yang menuju ke sawah menjadi licin.

Usai sarapan, Putri Tangguk bersama suami dan ketujuh anaknya berangkat ke sawah untuk menuai padi dan mengangkutnya ke rumah. Dalam perjalanan menuju ke sawah, tiba-tiba Putri Tangguk terpelesat dan terjatuh. Suaminya yang berjalan di belakangnya segera menolongnya. Walau sudah ditolong, Putri Tangguk tetap marah-marah.

 Jalanan kurang ajar!  hardik Putri Tangguk.

 Baiklah! Padi yang aku tuai nanti akan aku serakkan di sini sebagai pengganti pasir agar tidak licin lagi,  tambahnya.

Setelah menuai padi yang banyak, hampir semua padi yang mereka bawa diserakkan di jalan itu sehingga tidak licin lagi. Mereka hanya membawa pulang sedikit padi dan memasukkannya ke dalam lumbung padi. Sesuai dengan janjinya, Putri Tangguk tidak pernah lagi menuai padi di sawahnya yang seluas tangguk itu. Kini, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain. Ia membuat baju untuk dirinya sendiri, suami, dan untuk anak-anaknya. Akan tetapi, kesibukannya menenun kain tersebut lagi-lagi membuatnya lupa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan mengurus ketujuh anaknya.

Pada suatu hari, Putri Tangguk keasyikan menenun kain dari pagi hingga sore hari, sehingga lupa memasak nasi di dapur untuk suami dan anak-anaknya. Putri Tangguk tetap saja asyik menenun sampai larut malam. Ketujuh anaknya pun tertidur semua. Setelah selesai menenun, Putri Tangguk pun ikut tidur di samping anak-anaknya.

Pada saat tengah malam, si Bungsu terbangun karena kelaparan. Ia menangis minta makan. Untungnya Putri Tangguk dapat membujuknya sehingga anak itu tertidur kembali. Selang beberapa waktu, anak-anaknya yang lain pun terbangun secara bergiliran, dan ia berhasil membujuknya untuk kembali tidur. Namun, ketika anaknya yang Sulung bangun dan minta makan, ia bukan membujuknya, melainkan memarahinya.

 Hei, kamu itu sudah besar! Tidak perlu dilayani seperti anak kecil. Ambil sendiri nasi di panci. Kalau tidak ada, ambil beras dalam kaleng dan masak sendiri. Jika tidak ada beras, ambil padi di lumbung dan tumbuk sendiri!  seru Putri Tangguk kepada anak sulungnya.

Oleh karena sudah kelaparan, si Sulung pun menuruti kata-kata ibunya. Namun, ketika masuk ke dapur, ia tidak menemukan nasi di panci maupun beras di kaleng.

 Bu! Nasi dan beras sudah habis semua. Tolonglah tumbukkan dan tampikan padi!  pinta si Sulung kepada ibunya.

 Apa katamu? Nasi dan beras sudah habis? Seingat ibu, masih ada nasi dingin di panci sisa kemarin. Beras di kaleng pun sepertinya masih ada untuk dua kali tanak. Pasti ada pencuri yang memasuki rumah kita,  kata Putri Tangguk.

 Ya, sudahlah kalau begitu. Tahan saja laparnya hingga besok pagi! Ibu malas menumbuk dan menampi beras, apalagi malam-malam begini. Nanti mengganggu tetangga,  ujar Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk tertidur kembali karena kelelahan setelah menenun seharian penuh. Si Sulung pun kembali tidur dan ia harus menahan lapar hingga pagi hari.

Keesokan harinya, ketujuh anaknya bangun dalam keadaan perut keroncongan. Si Bungsu menangis merengek-rengek karena sudah tidak kuat menahan lapar. Demikian pula, keenam anaknya yang lain, semua kelaparan dan minta makan. Putri Tangguk pun segera menyuruh suaminya mengambil padi di lumbung untuk ditumbuk. Sang Suami pun segera menuju ke lumbung padi yang berada di samping rumah. Alangkah terkejutnya sang Suami saat membuka salah satu lumbung padinya, ia mendapati lumbungnya kosong.

 Hei, ke mana padi-padi itu?  gumam sang Suami.

Dengan perasaan panik, ia pun memeriksa satu per satu lumbung padinya yang lain. Namun, setelah ia membuka semuanya, tidak sebutir pun biji padi yang tersisa.

 Dik...! Dik...! Cepatlah kemari!  seru sang Suami memanggil Putri Tangguk.

 Ada apa, Bang?  tanya Putri Tangguk dengan perasaan cemas.

 Lihatlah! Semua lumbung padi kita kosong. Pasti ada pencuri yang mengambil padi kita,  jawab sang Suami.

Putri Tangguk hanya ternganga penuh keheranan. Ia seakan-akan tidak percaya pada apa yang baru disaksikannya.

 Benar, Bang! Tadi malam pencuri itu juga mengambil nasi kita di panci dan beras di kaleng,  tambah Putri Tangguk.

 Tapi, tidak apalah, Bang! Kita masih mempunyai harapan. Bukankah sawah kita adalah gudang padi?  kata Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk langsung menarik tangan suaminya lalu berlari menuju ke sawah. Sesampai di sawah, alangkah kecewanya Putri Tangguk, karena harapannya telah sirna.

 Bang! Pupuslah harapan kita. Lihatlah sawah kita! Jangankan biji padi, batang padi pun tidak ada. Yang ada hanya rumput tebal menutupi sawah kita,  kata Putri Tangguk.

Sang Suami pun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya tercengang penuh keheranan menyaksikan peristiwa aneh itu. Dengan perasaan sedih, Putri Tangguk dan suaminya pulang ke rumah. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan, Putri Tangguk mencoba merenungi sikap dan perbuatannya selama ini. Sebelum sampai di rumah, teringatlah ia pada sikap dan perlakuannya terhadap padi dengan menganggapnya hanya seperti pasir dan menyerakkannya di jalan yang becek agar tidak licin.

 Ya... Tuhan! Itukah kesalahanku sehingga kutukan ini datang kepada kami?  keluh Putri Tangguk dalam hati.

Sesampainnya di rumah, Putri Tangguk tidak dapat berbuat apa-apa. Seluruh badannya terasa lemas. Hampir seharian ia hanya duduk termenung. Pada malam harinya, ia bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang mengenakan pakaian berwarna putih.

 Wahai Putri Tangguk! Aku tahu kamu mempunyai sawah seluas tangguk, tetapi hasilnya mampu mengisi dasar Danau Kerinci sampai ke langit. Tetapi sayang, Putri Tangguk! Kamu orang yang sombong dan takabbur. Kamu pernah meremehkan padi-padi itu dengan menyerakkannya seperti pasir sebagai pelapis jalan licin. Ketahuilah, wahai Putri Tangguk...! Di antara padi-padi yang pernah kamu serakkan itu ada setangkai padi hitam. Dia adalah raja kami. Jika hanya kami yang kamu perlakukan seperti itu, tidak akan menjadi masalah. Tetapi, karena raja kami juga kamu perlakukan seperti itu, maka kami semua marah.

Kami tidak akan datang lagi dan tumbuh di sawahmu. Masa depan kamu dan keluargamu akan sengsara. Rezekimu hanya akan seperti rezeki ayam. Hasil kerja sehari, cukup untuk dimakan sehari. Kamu dan keluargamu tidak akan bisa makan jika tidak bekerja dulu. Hidupmu benar-benar akan seperti ayam, mengais dulu baru makan....  ujar lelaki tua itu dalam mimpi Putri Tangguk.

Putri Tangguk belum sempat berkata apa-apa, orang tua itu sudah menghilang. Ia terbangun dari tidurnya saat hari mulai siang. Ia sangat sedih merenungi semua ucapan orang tua yang datang dalam mimpinya semalam. Ia akan menjalani hidup bersama keluarganya dengan kesengsaraan. Ia sangat menyesali semua perbuatannya yang sombong dan takabbur dengan menyerakkan padi untuk pelapis jalan licin. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Menyesal kemudian tiadalah guna.
Demikian cerita Putri Tangguk dari Provinsi Jambi. Cerita di atas tergolong mitos yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di kalangan masyarakat Jambi, mitos ini sering dijadikan nasihat orang tua kepada anak-anaknya agar tidak menyia-nyiakan padi.

Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah keburukan sifat sombong dan takabbur. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Putri Tangguk yang telah meremehkan padi dengan cara menyerakkannya di jalan yang licin sebagai pengganti pasir. Akibatnya, hidupnya menjadi sengsara karena padi-padi tersebut murka kepadanya.

Demikianlah Cerita Legenda Dunia Putri Tangguk Indonesia

8/29/2018 : Cerita Legenda Dunia Gunung Pinang Indonesia

loading...
Semilar  angin senja pantai teluk Banten mempermainkan rambut Dampu Awang yang tengah bersender di bawah pohon nyiur. Pandangannya menembus batas kaki langit teluk Banten. Pikirannya terbang jauh. Jauh sekali. Meninggalkan segala kepenatan hidup dan mengenyahkan kekecewaan atas ibunya. Menuju suatu dunia pribadi dimana hanya ada dirinya sendiri. Ya, hanya dirinya.

"Ibu tidak akan izinkan kamu pergi, Dampu." Dia teringat kata-kata Ibunya tadi pagi.

"Tapi, Bu..." sergah Dampu Awang.
"Tidak! Sekali tidak, tetap tidak!'' Wajah ibunya mulai memerah. "Ibu tahu, nong. Kamu pergi supaya kita tidak sengsara terus. Tapi ibu sudah cukup dengan keadaan kita seperti ini," lanjut ibunya sambil terus menginang.
"Ibu, Dampu janji. Kalau Dampu pulang nanti, Dampu akan membahagiakan ibu. Dampu akan menuruti segala perintah ibu. Coba ibu bayangkan, nanti kita akan kaya, Bu. Kita akan bangun rumah yang besar seperti rumah para bangsawan." Dampu Awang merayu ibunya.

"Dampu ... Ibu lelah," ujar ibunya. "Ibu sudah bosan mendengar ocehanmu tentang harta kekayaan. Setiap hari kamu selalu saja melamun ingin cepat kaya"

Perkataan itu betul-betul menohok tepat di ulu hati Dampu.
"Kamu tahu nong," Ibu melanjutkan ceramahnya. "Ibu masih kuat sampai sekarang, itu karena kamu. Karena masih ada kamu, Dampu. Nanti kalau kamu pergi, siapa yang menemani ibu? Sudahlah, Dampu... Ibu sudah lelah"

Selepas shalat maghrib Dampu Awang kembali menemani laut dari beranda rumah. Wajahnya masih menyisakan harapan sekaligus kekecewaan yang teramat sangat mendalam. Batinnya terus menerus bergejolak. la masih kesal dengan ucapan ibunya.

Apakah ibu tidak tahu di Malaka sana banyak sekali pekerjaan yang akan membuat aku kaya? ujar Dampu dalam hati. Dan kalau aku kaya, tentu ibu akan turut kaya raya. Seharusnya ibu melihat jauh ke masa depan, kita tidak akan kaya kalau kita selamanya hidup di kampung nelayan miskin ini terus.

Kesempatan ini telah lama aku nantikan. Seorang saudagar asal Samudera Pasai datang berdagang ke Banten. Setelah satu bulan lamanya menetap di Banten, kini saatnya saudagar itu angkat sauh dan kembali berlayar ke negeri asal. Tinggal satu minggu lagi, kapal itu akan berlabuh. Namun, ibu belum juga memberikan izin.

"Dampu..." ucap ibunya lembut, khawatir mengagetkan anaknya.
Dampu melihat ibunya tersenyum. Di matanya ada kehangatan cinta yang mendalam. Batin Dampu kembali terguncang. Hatinya terus bertanya-tanya.
"Ada apa, Ibu?" tanya Dampu.

Ibu hanya tersenyum. Matanya meneravvang mencari bintang di langit cerah kemudian memandang' deburan ombak di lautan yang bersinar karena ditimpa sinar gemerlap rembulan.
Betapa bahagia hati Dampu Awang mendengar ibunva memberi izin. la merasakan dadanya menghangat. seolah diselimuti pusaran energi yang dahsyat. Matanya mulai berembun. Dampu Awang pun membentuk sebuah lengkungan manis di bibirnya.

"Terima kasih, Ibu..."
Deburan ombak, semilir angin laut, bau asin pantai, kepak sayap burung-burung camar, lambaian orang-orang kampung, mengiringi kepergian rombongan saudagar dari pelabuhan. Dampu Awang melihat ibunya meratapi kepergiannya. Sebening embun menggenang di pelupuk mata. Masih terngiang di telinganya petuah-petuah yang diberikan ibunya sesaat sebelum ia pergi.

"Dampu..." ujar ibunya, "Ibu titip si Ketut. Kamu harus merawat si Ketut baik-baik, ya nong. Si Ketut ini dulunya peliharaan bapakmu. Bapakmu dulu sangat menyayangi si Ketut. la sangat mahir sebagai burung pengirim pesan. Kamu harus rutin mengirimi ibu kabar. Jaga baik-baik si Ketut seperti kamu menjaga ibu, ya nong," Ibu melanjutkan petuah-petuahnya. Air matanya sudah tidak mampu dibendung lagi.

"Enggih, Bu." Hanya itu yang mampu Dampu ucapkan saat ibunya memberikan puluhan petuah sebelum Dampu berlayar. Tapi ia berjanji akan mengirimi Surat untuk Ibunya tercinta setiap awal purnama.
Setiap hari, saat bola api langit masih malu-malu menyembulkan jidatnya di permukaan bumi, Dampu Awang bekerja membersilikan seluruh galangan kapal dan merapihkan barang-barang di kapal saudagar Teuku Abu Matsyah.

Hari berganti, bulan bergulir, tahun bertambah. Dampu Awang kini terkenal sebagai pekerja yang rajin. Tak aneh, jika Teuku Abu Matsyah begitu perhatian padanya. Bahkan Siti Nurhasanah, putri Teuku Abu Matsyah, diam-diam menaruh hati padanya. Hingga suatu hari Teuku Abu Matsyah memanggil Dampu Awang untuk berbicara empat mata.

"Dampu..." Ujar Abu Matsyah mengawali pembicaraan.
"Saya, Juragan"
"Kita Sudah saling kenal lebih dari lima tahun. Itu bukanlah waktu yang sebentar untuk saling mengenal," suara Abu Matsyah terdengar berat. -Saya kagum dengan kerajinanmu, Dampu."
"Terima kasih, Juragan"
"Karena itu, saya berniat untuk menjodohkan kamu dengan putriku. Siti Nurhasanah," kata Abu Matsyah seraya menyisir-nyisir janggut putihnya.

Dampu Awang terkejut bukan main. la tak menyangka Teuku Abu Matsyah berbuat sejauh ini. Diam-diam ia memang mencintai Siti Nurhasanah, tapi apa pastas? Lantas bagaimana dengan restu ibunya di Banten'? Apakah ia marnpu membahagiakan Siti? Berpuluh-puluh pertanyaan bersarang di kepala Dampu Awang.

"Bagaimana, Dampu?" Pertanyaan Abu Matsyah membawa Dampu Awang kembali ke alam nyata.
"Maaf, Juragan. Saya bukan rnenolak niat baik juragan." Dampu menanti saat yang tepat. "Tetapi apakah saya pastas?"
"Jadi kamu menolak niat baik saya, Dampu?"
"Maaf. Juragan. saya tidak berani menolak niat baik juragan. Tapi ..."

Sudah satu dasawarsa Dampu Awang meninggalkan tanah kelahirannya. la hanya mengirimkan empat kali surat kepada ibunva di Banten. Hingga suatu hari, tersiarlah kabar akan ada saudagar besar dari Malaka. Kabar itu merembet dengan cepat seperti kecepatan awan yang ditiup angin. Setiap orang ramai membicarakan kekayaan saudagar itu.

"Jangan-jangan Dampu Awang pulang," ujar ibunya sumringah. "Dampu Awang, putraku, akhirnya pulang." Ujar ibunya lagi. Dari suaranya tercermin jelas keharuan dan kegembiraan yang tiada terkira. Yang tidak akan mampu terangkum dalam rangkaian kata atau terlalu besar untuk disimpan di dalam gubuk reotnya.

"Alhamdulillah, hatur nuhun Gusti Allah. Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah," berkali-kali wanita itu berucap syukur.
"Woi! Kapalnya sudah datang!" seseorang berseru dari arah pantai
"Hei lihat! Kapalnya besar sekali!" sahut orang yang lain.
Kapalnya luar biasa besar dan megah. Sampai-sampai membentuk bayangan di pantai. Kayunya dari  bahan kayu pilihan. Layarnya luas terbentang. Para awak kapal yang gagah tengah sibuk menurunkan barang bawaan.

Penduduk Banten semakin lama semakin banyak yang merubungi pantai. Mereka penasaran siapa yang datang berkunjung. Ibu Dampu Awang adalah salah satu diantara lautan manusia yang semakin membludak saja itu. Tampang Ibu Dampu Awang lusuh bukan main, bahkan pakaiannya lebih kumal dibanding bendera kapal megah itu.

Sementara itu, di dalam kapal Dampu Awang gelisah. la sekarang sudah menjadi pewaris kekayaan tunggal dari  Teuku Abu Matsyah. Sejak Dampu menikah dengan Siti Nurhasanah, mertuanya itu mempercayakan seluruh harta kekayaannya kepada Dampu. Selang beberapa lama Teuku Abu Matsyah meninggal dunia. Dan kini, namanya sudah tersohor menjadi pedagang yang kaya raya dari Malaka.

Sengaja ia singgah di kampung halamannya, ingin melihat apakah ibunya masih hidup. Hanya untuk sekadar melihat saja. Ratusan pasang tatap mata mengiringi seorang lelaki tampan nan gagah yang keluar dari ruangan kapal. Bajunya terbuat dari kain emas dan pecinya sangat indah sekali. Di pinggangnya terselip golok sakti yang menjadi idaman setiap pendekar. Di pundaknya bertengger seekor burung perkutut yang terlihat sangat sehat.

Di samping lelaki itu terdapat seorang perempuan cantik yang digapitnya mesra. Dia pasti istrinya. Wajahnya putih bersih dan bercahaya. Sedangkan rambutnya hitam legam seperti langit malam. Suatu kombinasi yang sempurna. Cantik sekali!

"Dampuuuuuu! Dampu Awaaaaaang! Ini Ibu. Di sini. Sebelah sini!" teriak Ibu Dampu Awang sambil melambai-lambaikan tangan. Mendadak wanita tua itu kembali mendapatkan tenaganya kembali. Gairah yang ia rasakan seperti dulu sebelum Dampu Awang, putranya, pergi.

"Dampu Awaaaaaang!" teriak sang ibu sekali lagi.
Semua perhatian terpusat pada Ibu Dampu Awang yang dari tadi berteriak-teriak. Semua heran, apa betul wanita tua dekil ini adalah ibu dari saudagar yang kaya raya itu.
"Kang Mas, apa betul dia ibumu?" tanya istri Dampu Awang. "Mengapa Kang Mas tidak pernah cerita, kalau orang tua Kang Mas masih hidup'?"
"Tidak! Wanita tua itu bukan ibuku!" tampik Dampu Awang dengan cepat. "Dia hanya seorang wanita gila yang sedang meracau!"
Dari  atas kapal Dampu Awang menatap kerumunan penduduk yang wajahnya tampak kebingungan.

"Wahai penduduk Banten!" seru Dampu Awang. "Tidak usah bingung. Dia bukan ibuku. Kedua orang tuaku sudah mati. Mereka adalah manusia terhormat yang kaya raya. Bukan seperti wanita tua itu yang berpakaian compang camping dan miskin sengsara!"

Perkataan Dampu Awang tadi bagai petir di siang bolong. Seperti ada godam besar yang menghujam berkali-kali ke sanubari Ibu Dampu Awang. Perasaannya lebih sakit dibanding saat kematian suaminya atau saat melepas putranya berlayar.

"Hei, wanita tua gila!" Dampu Awang menunjuk ibunya. "Aku tidak pernah mempunyai ibu sepertimu. Demi Allah, ibuku adalah seorang yang kaya raya, bukan seorang wanita miskin yang hina sepertimu!"
Luka yang ditorehkan oleh ucapan Dampu Awang itu semakin membesar. Menganga di dalam hati sang ibu. Sang ibu tertunduk lesu. la bersimpuh di atas kedua lutut keriputnya.

"Nakhoda, cepat kita pergi dari sini. Batalkan janji bertemu dengan Sultan. Kita akan lanjutkan perjalanan!" Dampu Awang memerintah. la harus lekas pergi sebelum orang-orang tahu kalau wanita tua yang dekil itu adalah ibu kandungnya. Mau ditaruh di mana mukaku, ujarnya dalam hati.

Sang ibu tertunduk lesu. Air matanya semakin tidak terbendung. Harapan, kebahagian, kegembiraan, suka cita, yang telah dihimpunnya selama puluhan tahun, kini seolah semuanya telah menguap tanpa bekas. Penantiannya selama puluhan tahun harus berakhir dalam kesakithatian yang semakin mendalam.

"Duhai, Gusti. Hampura dosa," Ibu Dampu awang berdoa. "Kalau memang benar dia bukan anakku, biarkan ia pergi. Tapi kalau dia adalah putraku, hukumlah ia karena telah menyakiti perasaan ibunya sendiri." Ibu Dampu Awang khusyuk berdoa. Khidmat.

Tiba-tiba langit gelap. Awan-awan hitam datang tanpa diundang. Berkumpul menjadi satu kesatuan. Hitam dan besar. Hingga sinar matahari pun tidak mampu lagi terlihat. Siang hari yang cerah mendadak seperti malam yang gelap gulita. Petir. Kilat. Guntur. Saling sambar menyambar. Hujan deras.
"Ada badai. Cepat berlindung!" teriak seorang warga.

Langit muntah. Langit muntah. Muntah besar. la menumpahkan segala yang dikandungnya. Dunia serasa kiamat. Dampu Awang beserta kapalnya terombang-ambing di lautan. Dipermainkan oleh alam. Allah telah menjawab rintihan seorang hamba yang didzalimi. Para awak kapal ketakutan, mereka ramai-ramai menerjunkan diri ke laut. Petir menyambar galangan kapal dan layar. Tiang-tiang kapal tumbang.

Tiba-tiba keajaiban terjadi. Si Ketut bisa bicara. "Akuilah....Akuilah... Akuilah ibumu, Dampu Awang."
"Tidak! Dia bukan ibuku! Dia bukan ibuku. Ibuku telah mati!" sergah Dampu Awang.
"Akuilah....Akuilah... Akuilah ibumu, Dampu Awang" si Ketut mengulangi ucapannya.
"Ya Allah, berilah pelajaran yang setimpal sebagaimana yang ia lakukan padaku," Ibu Dampu Awang kembali berdoa.

Angin puyuh besar pun datang. Meliuk-liuk ganas di atas laut. Menyedot dan terus berputar. Kapal Dampu Awang ikut tersedot. Kapal Dampu Awang terbang masuk ke dalam pusaran angin puyuh. Berputar-putar. Terus berputar dalam pusaran angin puyuh.
"lbuuuuuu, tolong aku! Ini anakmu Dampu Awang!" Dampu Awang berteriak ketakutan.
Sang Ibu tetap tidak bergeming.

Kapal yang berisi segala macam harta kekayaan itu dipermainkan oleh angin. Berputar-putar. Dan akhirnya terlempar jauh ke selatan. Jatuh terbalik.

Menurut penuturan masyarakat, kapal Dampu Awang yang karam berubah menjadi Gunung Pinang. Gunung itu terletak tepat di samping jalur lalu lintas Serang - Cilegon, kecamatan Kramat Watu, kabupaten Serang, propinsi Banten. Hingga kini, setiap orang dengan mudah dapat menyaksikan simbol kedurhakaan anak pada ibunya itu.  oleh: Adkhilni MS

Demikianlah Cerita Legenda Dunia Gunung Pinang Indonesia

8/29/2018 : Cerita Legenda Dunia Tentang Kelinci Sakti

loading...
Seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai, Tiba tiba datang seekor rubah jantan besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci itu berkata : "Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang Rubah jantan merasa tertantang, "Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"
Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat. Sang Kelinci kembali bersantai, sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai.

Tiba tiba datang se-ekor serigala besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci berkata : "Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci,Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang." Sang serigala merasa tertantang, " Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?" Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Lima belas menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha serigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, Sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri diatas pasir. Tiba tiba datang se-ekor beruang besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci berkata :" Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci,Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang. "Sang Beruang merasa tertantang, " Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Tiga puluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha Beruang dan melahapnya dengan nikmat. Pohon kelapa melambai lambai, Lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai, Sang Kelinci melongok kedalam lubang kelinci, sambil melambai "Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan !!" Keluarlah se-ekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya. Sambil menguap Harimau berkata " Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang Dan saya tidak perlu berlari mengejar kencang."

Winner selalu berfikir mengenai kerja sama, sementara Looser selalu berfikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya.

Demikianlah Cerita Legenda Dunia Tentang Kelinci Sakti

8/29/2018 : Cerita Legenda CANDI PRAMBANAN Indonesia

loading...
Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan Lara Jonggrang tetapi juga terkenal sebagai candi, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.

Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.

Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.

Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.

Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.

Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan -- tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.

Demikianlah cerita legenda dunia Tentang Candi Prambanan

8/17/2018 : Cerita Legenda Telaga Bidadari Rakyat Indonesia

loading...
cerita Telaga itu tidak seberapa lebar dan dalam, kurang lebih tiga meter panjangnya dan dua meter lebarnya dengan kedalaman dua meter. Airnya Bening dan jernih, tidak pernah kering walau kemarau panjang sekalipun. Letaknya di atas sebuah pematang, di bawah keteduhan, kelebatan, dan kerindangan pepohonan, khususnya pohon limau.

Jika pohon-pohon limau itu berbunga, berkerumunlah burung-burung dan serangga mengisap madu. Di permukaan tanah itu menjalar dengan suburnya sejenis tumbuhan, gadung namanya. Gadung mempunyai umbi yang besar dan dapat dibuat menjadi kerupuk yang gurih dan enak rasanya. Akan tetapi, jika kurang mahir mengolah bisa menjadi racun bagi orang yang memakannya karena memabukkan.

Daerah itu dihuni seorang lelaki tampan, Awang Sukma namanya. la hidup seorang diri dan tidak mempunyai istri. Ia menjadi seorang penguasa di daerah itu. Oleh karena itu, ia bergelar data. Selain berwajah tampan, ia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarkannya.

Awang Sukma sering memanen burung jika pohon limau sedang berbunga dan burung-burung datangan mengisap madu. Ia memasang getah pohon yang sudah dimasak dengan melekatkannya di bilah-bilah bambu. Bilah-bilah bambu yang sudah diberi getah itu disebut pulut. Pulut itu dipasang di sela-sela tangkai bunga. Ketika burung hinggap, kepak sayapnya akan melekat di pulut.

Semakin burung itu meronta, semakin erat sayapnya melekat. Akhirnya, burung itu menggelepar jatuh ke tanah bersama bilah-bilah pulut. Kemudian, Awang Sukma menangkap dan memasukkannya ke dalam keranjang. Biasanya, puluhan ekor burung dapat dibawanya pulang. Konon itulah sebabnya di kalangan penduduk, Awang Sukma dijuluki Datu Suling dan Datu Pulut.

Akan tetapi, pada suatu hari suasana di daerah itu amat sepi. Tidak ada burung dan tidak ada seekor pun serangga berminat mendekati bunga-bunga Iimau yang sedang merekah.

Heran,  ujar Awang Sukma,  sepertinya bunga limau itu beracun sehingga burung-burung tidak mau lagi menghampirinya.  Awang Sukma tidak putus asa. Sambil berbaring di rindangnya pohon-pohon limau, ia melantunkan lagu-lagu indah melalui tiupan sulingnya. Selalu demikian yang ia lakukan sambil menjaga pulutnya mengena. Sebenarnya dengan meniup suling itu, ia ingin menghibur diri. Karena dengan lantunan irama suling, kerinduannya kepada mereka yang ia tinggalkan agak terobati. Konon, Awang Sukma adalah seorang pendatang dari negeri jauh.

Awang Sukma terpana oleh irama sulingnya. Tiupan angin lembut yang membelai rambutnya membuat ia terkantuk-kantuk. Akhirnya, gema suling menghilang dan suling itu tergeletak di sisinya. Ia tertidur.

Entah berapa lama ia terbuai mimpi, tiba-tiba ia terbangun karena dikejutkan suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Ia tidak percaya pada penglihatannya. Matanya diusap-usap.


Ternyata, ada tujuh putri muda cantik turun dari angkasa. Mereka terbang menuju telaga. Tidak lama kemudian, terdengar suara ramai dan gelak tawa mereka bersembur-semburan air.

Aku ingin melihat mereka dari dekat,  gumam Awang Sukma sambil mencari tempat untuk mengintip yang tidak mudah diketahui orang yang sedang diintip.

Dari tempat persembunyian itu, Awang Sukma dapat menatap lebih jelas. Ketujuh putri itu sama sekali tidak mengira jika sepasang mata lelaki tampan dengan tajamnya menikmati tubuh mereka. Mata Awang Sukma singgah pada pakaian mereka yang bertebaran di tepi telaga. Pakaian itu sekaligus sebagai alat untuk menerbangkan mereka saat turun ke telaga maupun kembali ke kediaman mereka di kayangan. Tentulah mereka bidadari yang turun ke mayapada.

Puas bersembur-semburan di air telaga yang jernih itu, mereka bermain-main di tepi telaga. Konon, permainan mereka disebut surui dayang. Mereka asyik bermain sehingga tidak tahu Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, pakaian itu dimasukkannya ke dalam sebuah bumbung (tabung dari buluh bekas memasak lemang). Bumbung itu disembunyikannya dalam kindai (lumbung tempat menyimpan padi).

Ketika ketujuh putri ingin mengenakan pakaian kembali, ternyata salah seorang di antara mereka tidak menemukan pakaiannya. Perbuatan Awang Sukma itu membuat mereka panik. Putri yang hilang pakaiannya adalah putri bungsu, kebetulan paling cantik. Akibatnya, putri bungsu tidak dapat terbang kembali ke kayangan.

Kebingungan, ketakutan, dan rasa kesal membuat putri bungsu tidak berdaya. Saat itu, Awang Sukma keluar dari tempat persembunyiannya.  Tuan Putri jangan takut dan sedih,  bujuk Awang Sukma,  tinggallah sementara bersama hamba. Tidak ada alasan bagi putri bungsu untuk menolak. Putri bungsu pun tinggal bersama Awang Sukma.

Awang Sukma merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya sehingga ia meminangnya. Putri bungsu pun bersedia menjadi istrinya. Mereka menjadi pasangan yang amat serasi, antara ketampanan dan kecantikan, kebijaksanaan dan kelemahlembutan, dalam ikatan cinta kasih. Buah cinta kasih mereka adalah seorang putri yang diberi nama Kumalasari. Wajah dan kulitnya mewarisi kecantikan ibunya.

Rupanya memang sudah adat dunia, tidak ada yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Apa yang disembunyikan Awang Sukma selama ini akhirnya tercium baunya.

Sore itu, Awang Sukma tidur lelap sekali. Ia merasa amat lelah sehabis bekerja. Istrinya duduk di samping buaian putrinya yang juga tertidur lelap. Pada saat itu, seekor ayam hitam naik ke atas lumbung. Dia mengais dan mencotok padi di permukaan lumbung sambil berkotek dengan ribut. Padi pun berhamburan ke lantai.

Putri bungsu memburunya. Tidak sengaja matanya menatap sebuah bumbung di bekas kaisan ayam hitam tadi. Putri bungsu mengambil bumbung itu karena ingin tahu isinya. Betapa kaget hatinya setelah melihat isi bumbung itu.

Ternyata, suamiku yang menyembunyikan pakaianku sehingga aku tidak bisa pulang bersama kakak-kakakku,  katanya sambil mendekap pakaian itu.

Perasaan putri bungsu berkecamuk sehingga dadanya turun naik. Ia merasa gemas, kesal, tertipu, marah, dan sedih. Aneka rasa itu berbaur dengan rasa cinta kepada suaminya.

 Aku harus kembali,  katanya dalam hati.

Kemudian, putri bungsu mengenakan pakaian itu. Setelah itu, ia menggendong putrinya yang belum setahun usianya. Ia memeluk dan mencium putrinya sepuas-puasnya sambil menangis. Kumalasari pun menangis. Tangis ibu dan anak itu membuat Awang Sukma terjaga.

Awang Sukma terpana ketika menatap pakaian yang dikenakan istrinya. Bumbung tempat menyembunyikan pakaian itu tergeletak di atas kindai. Sadarlah ia bahwa saat perpisahan tidak mungkin ditunda lagi.

Adinda harus kembali,  kata istrinya.  Kanda, peliharalah putri kita, Kumalasari. Jika ia merindukan ibunya, Kanda ambillah tujuh biji kemiri, masukkan ke dalam bakul. Lantas, bakul itu Kanda goncang-goncangkan. Lantunkanlah sebuah lagu denganngan suling Kanda. Adinda akan datang menjumpainya.

Putri bungsu pun terbang dan menghilang di angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Pesan istrinya itu dilaksanakannya. Bagaimana pun kerinduan kepada istrinya terpaksa dipendam karena mereka tidak mungkin bersatu seperti sedia kala. Cinta kasihnya ditumpahkannya kepada Kumalasari, putrinya.

Konon, Awang Sukma bersumpah dan melarang keturunannya untuk memelihara ayam hitam yang dianggap membawa petaka bagi dirinya.

Telaga yang dimaksud dalam legenda di atas kemudian diberi nama Telaga Bidadari, terletak di desa Pematang Gadung. Desa itu termasuk wilayah Kecamatan Sungai Raya, delapan kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan.

Sampai sekarang, Telaga Bidadari banyak dikunjungi orang. Selain itu, tidak ada penduduk yang memelihara ayam hitam, konon sesuai sumpah Awang Sukma yang bergelar Datu Pulut dan Datu Suling.

8/17/2018 : Cerita Seru Abunawas Menanam Kentang

loading...
Pagi-pagi Abunawas sudah bangun kemudian melaksanakan sholat subuh. Setelah itu dia mempersiapkan cangkul untuk dibawanya ke kebun.  Ia sudah tampak siap untuk menanam kentang di kebun. Istri Abunawas sudah mempersiapkan bekal makanan secukupnya.  Makanan juga sudah siap untuk dibawa ke kebun.  Tiba-tiba datanglah sekawanan prajurit lengkap dengan komandannya.
  Hei, Abunawas mana?   tanya prajurit dengan kasar pada istri Abunawas.

 Apa tuan mencari suami hamba?   istri Abunawas balik bertanya.   Ya iyalah masa mencari abugosong? Cepat tunjukkan mana abunawas.

Prajurit itu nampak sangat geram dengan jawaban istri Abunawas yang terkesan asal-asalan itu.  Salah seorang prajurit malah ada yang memelototi istri Abunawas seraya ingin memukulnya.  Tiba-tiba Abunawas muncul dari arah belakang rumah.  ada apa tuan-tuan mencari saya sepagi ini?   tanya Abunawas dengan tenang.

Pokoknya kamu harus ikut kami ke penjara!   perintah pemimpin prajurit itu.

Loh kok enak sekali menyuruh-nyuruh saya ke penjara.  Apa salah saya kok sampai ke penjara segala.  Buktikan saya salah apa!   Abunawas balik bertanya.

 Salah tidaknya pokoknyananti kamu jelaskan di penjara, titik  , jawab prajurit itu dengan angkuhnya.

Kemudian Abunawas dibawa oleh sekawanan prajurit itu dengan diikat tangannya menuju ke penjara istana. Wajah istri Abunawas tampak begitu kebingungan karena suaminya akan dibawa ke penjara.

Namun, dengan tenang Abunawas mengikuti kemauan prajurit itu.  Abunawas tetap senyum sepanjang jalan, seolah-olah tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan.

Ah, tenang saja pasti semua beres.  Kan aku tidak melakukan kesalahan apa pun sehingga aku tidak perlu khawatir  , ucap Abunawas dalam hati.

Heh, Abunawas kenapa kamu senyum-senyum terus dari tadi padahal kamu akan masuk penjara tahu?   ucap pemimpin prajurit dengan congkaknya.

 Ada deh, pokoknya rahasia  , Abunawas menjawab sekenanya saja.

 Awas nanti kalau sudah di penjara pasti kamu babak belur dan akan bertekuk lutut minta ampun padaku  , prajurit membalas ucapan Abunawas.

 he he kenapa aku harus takut padamu?  Pada raja saja aku tidak takut, apalagi pada kamu yang hanya seorang prajurit  , balas Abunawas dengan santai.

Tutup mulutmu kalau tidak ingin kusobek  , prajurit tampak begitu marah.

Di tengah gurun yang panas itu Abunawas dan prajurit yang membawanya beristirahat di bawah pohon kurma.  Prajurit makan bekal makanan yang telah mereka bawa. Abunawas hanya memandangu mereka.

 Heh kamu jangan memandangi kami dengan muka memelas begitu  , ucap prajurit pada Abunawas.

Kalian manusia yang tidak berperikemanusiaan.  Selagi kalian makan, tega-teganya membiarkanku kelaparan  , ucap Abunawas.

Memang kamu siapaku?  , tanya prajurit sambil makan buah kurma.

Kalian ternyata cukup bodoh, sampai-sampai lupa siapa aku ini.  Dasar otak kalian sudah tidak normal lagi  ,ejek Abunawas menimpali perkataan mereka.

Hus jangan kurang ajar dengan kami!  Kamu mau kami panggang?   ancam seorang prajurit.

Ya, kalian kan tahu aku ini Abunawas tawanan kalian.  Kok sempat-sempatnya tanya siapa diriku?  Dasar kalian aneh  , jawab Abunawas.

Kemudian salah seorang prajurit memberikan sekantung air minum pada Abunawas.  Air tersebut lantas diminum Abunawas.

Kemudian prajurit meneruskan perjalanannya untuk membawa Abunawas ke penjara istana sesuai perintah Raja Harun Al Rasyid.

Sore hari Abunawas sudah sampai di penjara dengan kawalan prajurit bak orang penting yang akan menghadap raja.

Baru kali ini aku diperlakukan seperti orang penting.  Akan tetapi, statusnya sebagai tawanan.  Sudahlah nikmati saja apa adanya  , ucap Abunawas dalam hati.

Abunawas dituduh mencemarkan nama baik raja.  Abunawas bingung dengan tuduhan itu, karena ia merasa tidak pernah mencemarkan nama baik raja.

Dalam penjara, Abunawas berpikir mengapa ada tuduhan yang mengada-ada itu.  Siapa yang memfitnah dirinya?

Akan tetapi, bukan tuduhan itu yang membuat Abunawas pusing tujuh keliling.  Abunawas hanya memikirkan keadaan istrinya di rumah.  Abunawas juga memikirkan kebunnya yang akan ditanami kentang.

Kemudian Abunawas menulis surat untuk istrinya.

Istriku saying, janganlah bersedih.  Kamu tetap masih bisa makan dan hidup mewah, sebab aku memiliki banyak harta.  Akan tetapi untuk mendapatkan hartaku yang berlimpah, kamu harus menggali kebun yang biasa ditanami kentang oleh kita.  Dalam kebun itu banyak emas, permata, dan benda-benda antik yang mencukupimu dan keturunan kita hingga beberapa generasi.  Jangan bicarakan hal ini pad siapapun  .

Abunawas menitipkan surat itu pada prajurit yang menjaganya di penjara istana.  Namun, sebelum disampaikan pada istri Abunawas surat itu, terlebih dahulu dibuka oleh si prajurit yang dititipinya.

Prajurit itu kemudian melaporkan isi surat tersebut pada Raja Harun Al Rasyid.  Hati Raja Harun Al Rasyid sangat gembira mendengar berita itu.

Wah apa benar isi surat itu?   ucap Raja Harun Al Rasyid dalam hati.

Tanpa berpikir panjang, Raja Harun Al Rasyid memerintahkan prajurit-prajuritnya menggali kebun Abunawas untuk mendapatkan harta seperti yang dikemukakan Abunawas.

Kemudian prajurit istana beramai-ramai menuju kebun Abunawas.  Prajurit dikerahkan untuk menggali kebun kentang milik Abunawas.  Dengan bersemangat, prajurit menggali kebun kentang tersebut.

Hari sudah siang, tetapi harta yang dituliskan Abunawas di dalam surat belum ditemukan.

Seluruh kebun kentang abunawas sudah digali oleh prajurit-prajurit istana, tetapi tidak membawa hasil.  Kemudia para prajurit pulang tanpa membawa hasil.

Lapor Raja, ternyata tidak ada harta seperti yang tertulis di dalam surat abunawas untuk istrinya di rumah  , salah seorang prajurit melapor dengan suara pelan.

Bodoh!  Kita dibohongi Abunawas  , ucap Raja Harun dengan nada marah.

Abunawas di dalam penjara tertawa geli mendengar rencananya berhasil sehingga tanpa capek-capek menggali tanah untuk kebun kentang.  Kemudian Abunawas menitipkan surat lagi untuk istri tercintanya.

Kebun kentang kita sudah digali oleh prajurit-prajurit istana maka sekarang tugasmu adalah menanam benih-benih kentang yang telah aku siapkan kemarin.  Aku sebentar lagi juga keluar penjara karena aku tidak bersalah  .

Kemudian surat itu dititipkan Abunawas pada seorang prajurit.  Seperti biasanya, Raja Harun Al Rasyid membaca surat itu.  Raja Harun Al Rasyid merasa tertipu dan malu pada abunawas.  Namun, raja juga kagum dengan kecerdikan Abunawas.

Surat Abunawas itu sampai juga pada istri tercintanya.  Istri Abunawas kemudian menanami kebunnya dengan bibit kentang seperti yang diperintahkan Abunawas.

Selang beberapa hari kemudian, Abunawas dibebaskan dari penjara karena terbukti tidak bersalah.  Abunawas merasa sangat senang sebab dia bisa bertemu dengan istrinya kembali.

Alhamdulillah, akhirnya aku bebas juga  , ucap Abunawas denga gembira.

 Iya sayang, kita harus bersyukur pada Allah SWT sebab kita selalu diliputi karunia-Nya yang begitu banyak.  Kebun kita juga selesai digali sehingga aku tidak perlu capek-capek lagi he...he...he...  , Abunawas berkata pada istrinya.

Istri Abunawas kemudian menyuruh Abunawas untuk makan.  Abunawas tampak begitu lahap menyantap makanan yang disediakanistrinya.  Istri Abunawas tampak begitu senang melihat suaminya bersamanya lagi.

Moral Cerita Cerita Seru Abunawas Menanam Kentang: Kecerdikan mampu melawan penindasan dan kejahatan.  Hendaknya kita menjadi orang cerdik agar tidak mudah ditindas orang lain.

8/17/2018 : Cerita Legenda Ratu Aji Bidara Putih Rakyat Kalimantan Timur

loading...
Dahulu kala negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu namanya Ratu Aji Bidara Putih. Ratu Aji Bidara Puthi adalah seorang gadis yang cantik jelita. Anggun pribadi dan penampilannya serta amat bijaksana. Semua kelebihannya itu membuat ia terkenal sampai di mana-mana; bahkan sampai ke manca negara. Sang Ratu benar-benar bagaikan kembang yang cantik, harum mewangi. Maka tidaklah mengherankan apabila kemudian banyak raja, pangeran dan bangsawan yang ingin mempersunting sebagai istri.

Pinangan demi pinangan mengalir bagai air sungai Mahakam yang tak pernah berhenti mengalir. Namun sang Ratu selalu menolak.  Belum saatnya aku memikirkan pernikahan. Diriku dan perhatianku masih dibutuhkan oleh rakyat yang kucintai. Aku masih ingin terus memajukan negeri ini,  ujarnya.

Kemudian pada suatu hari muncullah sebuah jung atau kapal besar dari negeri Cina. Kapal itu melayari sungani Mahakam yang luas bagai lautan. Menuju ke arah hulu. Hingga akhirnya berlabuh tidak jauh dari pelabuhan negeri Muara Kaman.

Penduduk setempat mengira penumpang kapal itu datang untuk berdagang. Sebab waktu itu sudah umum kapal-kapal asing datang dan singgah untuk berdagang. Akan tetapi ternyata penumpang kapal itu mempunyai tujuan lain.

Sesungguhnya kapal itu adalah kapal milik seorang pangeran yang terkenal kekayaannya di negeri Cina. Ia disertai sepasukan prajurit yang gagah perkasa dan amat mahir dalam ilmu beladiri. Kedatangannya ke Muara Kaman semata-mata hanya dengan satu tujuan. Bukan mau berdagang, tetapi mau meminang Ratu Aji Bidara Putih!

Kemudian turunlah para utusan sang Pangeran. Mereka menghadap Ratu AJi Bidara Putih di istana negeri. Mereka membawa barang-barang antik dari emas, dan keramik Cina yang terkenal. Semua itu mereka persembahkan sebagai hadiah bagi Ratu Aji Bidara Putih dari junjungan mereka. Sambil berbuat demikian mereka menyampaikan pinangan Sang Pangeran terhadap diri Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini sang Ratu tidak langsung menolak. Ia mengatakan bahwa ia masih akan memikirkan pinangan Sang Pangeran. Lalu dipersilakannya para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan meninggalkan istana, Ratu memanggil seorang punggawa kepercayaannya.

 Paman,  ujarnya,  para utusan tadi terasa amat menyanjung-nyanjung junjungannya. Bahwa pangeran itu tampan, kaya dan perkasa. Aku jadi ingin tahu, apakaah itu semua benar atau cuma bual belaka. Untuk itu aku membutuhkan bantuannmu.

 Apa yang mesti saya lakukan, Tuanku?  tanya si punggawa.  Nanti malam usahakanlah kau menyelinap secara diam-diam ke atas kapal asing itu. Selidikilah keadaan pangeran itu. Kemudian laporkan hasilnya kepadaku.

 Baik, Tuanku. Perintah Anda akan saya laksanakan sebaik-baiknya.  Ketika selimut malam turun ke bumi, si punggawa pun berangkat melaksanakan perintah junjungannya. Dengan keahliannya ia menyeberangi sungai tanpa suara. Lalu ia melompat naik ke atas geladak kapal yang sunyi. Dengan gerak-gerik waspada ia menghindari para penjaga. Dengan hati-hati ia mencari bilik sang pangeran. Sampai akhirnya ia berhasil menemukannya.

Pintu bilik yangsangat mewah itu tertutup rapat. Tetapi keadaan di dalamnya masih benderang, tanda sang pangeran belum tidur. Si punggawa mencari celah untuk mengintip kedalam, namun tidak menemukan. Maka akhirnya ia hanya dapat menempelkan telinga ke dinding bilik, mendengarkan suara-suara dari dalam.

Pada saat itu sebenarnya sang Pangeran Cina sedang makan dengan sumpit, sambil sesekali menyeruput arak dari cawan. Suara decap dan menyeruput mulutnya mengejutkan sipunggawa.  Astaga.. suara ketika makam mengingatkanku kepada  kepada apa, ya?  pikir si Punggawa sambil mengingat-ingat. Kemudian si Punggawa benar-benar ingat. Pada waktu ia berburu dan melihat babi hutan sedang minum di anak sungai. Suaranya juga berdecap-decap dan menyeruput seperti itu. Ia juga teringat pada suara dari mulut anjing dan kucing ketika melahap makanan.

 Ah ya   benar-benar persis   persis seperti suara yang kudengar! Jadi jangan-jangan..  Tiba-tiba mata si punggawa terbelalak. Seperti orang teringat sesuatu yang mengejutkan. Hampir serentak dengan itu ia pun menyelinap meninggalkan tempat bersembunyi. Ia meninggalkan kapal dan cepat-cepat kembali untuk melaporkan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

 Kau jangan mengada-ada, Paman,  tegur Ratu setelah mendengar laporan punggawa itu. Saya tidak mengada-ada, Tuanku! Suaranya ketika makan tadi meyakinkan saya,   kata si punggawa.  Pangeran itu pasti bukan manusia seperti kita. Pasti dia siluman! Entah siluman babi hutan, anjing atau kucing. Pokoknya siluman! Hanya pada waktu siang ia berubah ujud menjadi manusia! Percayalah Tuanku. Saya tidak mengada-ada..

Penjelasan si punggawa yang meyakinkan membuat Ratu Aji Bidara Putihakhirnya percaya. Tidak lucu, pikirnya, kalau ia sampai menikah dengan siluman. Padahal banyak raja dan pangeran tampan yang telah meminangnya. Maka pada keesokan harinya dengan tegas ia menyatakan penolakannya terhadap pinangan pangeran itu.

Sang Pangeran amat murka mendengar penolakan Ratu Aji Bidara Putih. Berani benar putri itu menolaknya. Dalam kekalapannya ia segera memerintahkan pada prajuritnya untuk menyerang negeri Muara Kaman.

Para prajurit itu menyerbu negeri Muara Kaman. Kentara bahwa mereka lebih berpengalaman dalam seni bertempur. Para prajurit Muara Kaman terdesak, korban yang jatuh akibat pertempuran itu semakin bertambah banyak. Sementara para prajurit suruhan sang pangeran makin mendekat ke arah istana.

Ratu Aji Bidara Putih merasa sedih dan panik. Namun kemudian ia berusaha menenangkan pikirannya. Ia mengheningkan cipta. setelah itu ia mengunyah sirih. Kemudian kunyahan sepah sirih digenggamnya erat-erat. Lalu berkata,  Jika benar aku keturunan raja-raja yang sakti, terjadilah sesuatu yang dapat mengusir musuh yang sedang mengancam negeriku!

Serentak dengan itu dilemparkannya sepah sirih itu ke arena pertempuran  dan , astaga..lihatlah! Tiba-tiba sepah sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak jumlahnya! Lipan-lipan yang panjangnya lebih dari satu meter itu segera menyerang para prajurit Pangeran Cina. Para prajurit itu menjadi ketakutan. Mereka lari tunggang-langgang dan kembali ke kapal.

Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Tiga ekor lipan raksasa mewakili kelompoknya. Mereka berenang ke kapal, lalu membalikkannya hingga kapal itu tenggelam beserta seluruh penumpangnya dan isinya  Tempat bekas tenggelamnya kapal itu hingga kini oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan. Konon, menurut empunya cerita, dulu di tempat ini sesekali ditemukan barang-barang antik dari negeri Cina.

itulah Cerita Legenda Ratu Aji Bidara Putih Rakyat Kalimantan Timur

8/15/2018 : Cerita Legenda Pulau Kapal (Belitung)

loading...
Cerita Legenda Pulau Kapal (Belitung). Dahulu, ada sebuah keluarga miskin bertempat tinggal di dekat sungai Cerucuk. Kehidupan keluarga tersebut sangatlah miskin. Mereka hidup dari mencari dedaunan maupun buah-buahan yang dalam hutan. Hasil pencahariannya dijual di pasar.

Keluarga tersebut mempunyai seorang anak laki-laki bernama Si Kulup. Si Kulup senang membantu orang tuanya mencari nafkah. Mereka saling membantu. Meskipun mereka hidup berkekurangan namun tidak pernah merasa menderita.

Suatu ketika, ayah Si Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung yang masih muda. Rebung itu dijadikan sayur untuk makan bertiga. Saat menebang rebung, terlihatlah oleh ayahnya Si Kulup sebatang tongkat yang berada pada rumpun bambu. Pak Kulup demikian orang menyebut ayah Si Kulup mengamati tongkat tersebut. Semula tongkat itu akan dibuang, tetapi setelah diperhatikan betul tongkat tersebut bertabur dengan intan permata, dan merah delima. Akhirnya tongkat itu diambilnya.

Pak Kulup berucap dalam hati karena gembiranya: Ini pertanda baik! Apakah ini tongkat Nabi Sulaiman atau harta karun? Aduhai. Saya jadi kaya mendadak sekarang ini.

Rebung tidak jadi dibawa pulang. Pak Kulup dengan perasaan was-was, takut membawa tongkat pulang ke rumah. Sesampai di rumah, didapatinya Si Kulup sedang tiduran sedang istrinya berada di rumah tetangga.

Si Kulup disuruh memanggil ibunya, tapi pemuda itu tidak mau. Ia baru saja pulang mendorong kereta. Badannya masih terasa lelah. Ia tidak tahu bahwa ayahnya membawa tongkat yang bertabur intan permata.

Pak Kulup pergi menyusul istrinya yang sedang bertandang di rumah tetangga. Pak Kulup dan Mak Kulup terlihat asyik bercerita menuju rumahnya. Sampai di rumah, mereka bertiga berunding tentang tongkat yang ditemukan tadi siang.

Pak Kulup mengusulkan supaya tongkat itu disimpan saja. Mungkin nanti ada yang mencarinya. Mak Kulup menjawab: Mau disimpan di mana. Kita tidak punya almari. Kemudian Si Kulup pun usul: Lebih baik dijual saja, supaya kita tidak repot menyimpannya.

Akhirnya mereka bertiga bersepakat untuk menjual tongkat temuannya. Si Kulup ditugasi untuk menjual tongkat tersebut ke negeri lain. Si Kulup pergi meninggalkan desanya. Tidak lama kemudian tongkat itupun telah terjual dengan harga yang sangat mahal.

Setelah Si Kulup menjadi kaya, ia tidak mau pulang ke rumah orang tuanya. Ia tetap tinggal di rantauan. Karena ia selalu berkawan dengan anak-anak saudagar paling kaya di negeri tersebut.

Si Kulup sudah beristri. Mereka hidup serba berlebihan. Si Kulup sudah lupa akan kedua orang tuanya yang menyuruh menjual tongkat.

Setelah bertahun-tahun mereka hidup dirantau, oleh mertuanya si Kulup disuruh berdagang ke negeri lain bersama istrinya. Si Kulup lalu membeli sebuah kapal besar. Ia juga menyiapkan anak buahnya yang diajak serta berlayar. Mereka berdua minta doa restu kepada orang tuanya agar selamat dalam perjalanan dan berhasil mengembangkan dagangannya.

Mulailah mereka berlayar meninggalkan daerah perantauannya. Saat itu Si Kulup teringat kembali akan kampung halamannya. Ketika sampai di muara sungai Cerucuk mereka berlabuh. Suasana kapal sangat ramai karena suara dari binatang perbekalannya, seperti ayam, itik, angsa, burung.

Kedatangan Si Kulup di desanya terdengar oleh kedua orang tuanya. Sangatlah rindu kedua orang tuanya, terlebih-lebih emaknya. Emaknya menyiapkan makanan kesukaan si Kulup seperti : ketupat, rebung, belut panggang dan sebagainya. Kedua orang tuanya datang di kapal sambil membawa makanan kesukaan anaknya.

Sesampainya di kapal kedua orang tua itu mencari anaknya Si Kulup. Si Kulup sudah menjadi saudagar kaya melihat kedua orang tuanya merasa malu, maka diusirnyalah kedua orang tuanya. Buah tangan yang dibawa oleh emaknya pun dibuang. Saudagar kaya itu marah sambil berucap Pergi! Lekas pergi. Aku tidak punya orang tua seperti kalian. Jangan kotori tempatku ini. Tidak tahu malu, mengaku diriku sebagai anakmu. Apa mungkin aku mempunyai orang tua miskin seperti kau. Enyahlah, engkau dari sini!

Pak Kulup dan istrinya merasa terhina sekali. Mereka cepat-cepat meninggalkan kapal. Putuslah harapannya bertemu dan mendekap anak untuk melepas rindu. Yang mereka terima hanyalah umpatan caci maki dari anak kandungnya sendiri.

Setibanya di darat, emak Si Kulup tidak dapat menahan amarahnya. Ia benar-benar terpukul hatinya melihat peristiwa tadi. Ia berucap Kalau saudagar itu benar-benar anakku Si Kulup dan kini tidak mau mengaku kami sebagai orang tuanya, mudah-mudahan kapal besar itu karam.

Selesai berucap demikian itu, ayah dan emak Si Kulup pulang ke rumahnya dengan rasa kecewa. Tidak berapa lama terjadi suatu keanehan yang luar biasa, tiba-tiba gelombang laut sangat tinggi menerjang kapal saudagar kaya. Mula-mula kapal itu oleng ke kanan dan ke kiri, menimbulkan ketakutan yang luar biasa pada seluruh penumpangnya. Akhirnya kapal itu terbalik, semua penumpangnya tewas seketika.

Beberapa hari kemudian di tempat karamnya kapal besar itu, muncul sebuah pulau yang menyerupai kapal. Pada waktu-waktu tertentu terdengar suara binatang bawaan saudagar kaya. Maka hingga sekarang pulau itu dinamakan Pulau Kapal

3/21/2018 : Cerita Legenda Raja Tiger Kulit Jubah Panjang Rakyat China

loading...
Cerita Legenda Raja Tiger Kulit Jubah Panjang Rakyat China-Panjang lalu ada yang tinggal di Tanah Khan yang buruk ALAD [seorang hamba atau gembala pada zaman feodalisme]. Istrinya melahirkan tiga anak, tapi sayangnya mereka semua meninggal. Tidak ada anak-anak lebih dilahirkan untuk pasangan dan mereka hidup menyendiri dan sengsara. Kemudian tiba-tiba suatu hari musim dingin istri ALAD itu melahirkan anak laki-laki.

Pasangan itu sangat gembira, tetapi, mereka mulai bertanya-tanya bagaimana mereka akan membesarkan anak mereka. Kecuali untuk sapi dan dua kambing gunung mereka tidak ada nilai apapun. Apa yang mereka lakukan? Meskipun tertekan mereka tetap pergi ke luar tenda mereka untuk susu sapi untuk bayi. Anak itu tumbuh bukan oleh hari, tetapi per jam. Sebelum malam dia telah tumbuh lebih tinggi dan lebih kuat dari seorang manusia. Suami dan istri keduanya terkejut dan senang.

Mereka menamakan anak mereka Ku-nan, yang berarti Kuno Selatan. Pada hari pertama Ku-nan memakan habis kambing utuh. Pada hari berikutnya ia memakan yang lain. Pasangan tua itu penuh dengan cemas. Satu hari lagi, mereka berpikir, dan bahkan sapi akan dilakukan untuk! Dan kemudian apa yang akan kita harus hidup?

Pada hari ketiga Ku-nan berkata kepada ibunya, "Ah-Ma, kami sangat miskin dan kita hanya sapi kiri Biarkan aku pergi dan menemukan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan.. Aku takut aku akan jatuh sakit jika saya tinggal di rumah lagi. " Dia melihat sosok anaknya tinggi dan kuat dan, sambil memegang tangan yang besar dalam dirinya, berkata dengan suara menangis, "Anakku, pekerjaan apa yang dapat Anda lakukan Hai Anda mungkin! Dapat pergi ke Khan.? Ia mungkin memiliki beberapa bekerja untuk Anda. " Ku-nan merenung untuk sementara waktu, kemudian setuju.

Setelah mengambil cuti dari orang tua, ia bernasib sebagainya pada waktu perut kosong. Setengah jalan dia bertemu dengan serigala lapar. Segera setelah melihatnya itu melonjak pada dia, tapi Ku-nan segera ditangani dan membunuhnya. Ia kemudian dikuliti dan, membuat dirinya api unggun, panggang daging dan memakannya.

Setelah melakukannya, ia melanjutkan perjalanannya dan pada senja mencapai Yurt di Khan. Khan tua licik memikirkan pengujian kekuatan Ku-nan's. Dia memiliki seluruh sapi panggang dan mengundang para pemuda untuk memakannya. Ku-nan tidak hanya memakan semua daging, tetapi menggerogoti tulang bersih, juga. Khan kemudian disimpan dia di Yurt sebagai pembantu pribadi dan pengawal.

Ku-nan sering pergi dengan Khan jauh ke dalam hutan untuk berburu, dan setiap kali mereka pulang dengan kantong penuh. Suatu hari, ketika mereka berdua, bersama-sama dengan beberapa hamba Khan, pergi berburu di dalam mencapai hutan, seekor harimau besar tiba-tiba melompat ke atas mereka. Khan begitu takut dia pecah menjadi keringat dingin.

Tanpa berpikir untuk keselamatan Ku-nan dia dicambuk kudanya ke berpacu dan merobek menuruni gunung. hamba yang Khan melarikan diri pontang-panting, menutupi kepala mereka dengan tangan mereka. Tapi Ku-nan tak bergerak. Seperti harimau melompat saat dia tenang menghindari ke satu sisi, meraih salah satu kaki belakangnya, dan mengayunkan binatang itu terhadap pohon besar. Ada kecelakaan, dan pohon daun jatuh ke tanah.

Harimau itu berbaring tak bergerak di tanah dengan perut robek terbuka. Ku-nan meletakkan bangkai di punggungnya dan berjalan dimatikan setelah Khan.

Ketika mencapai Yurt Khan, dia masih dalam keadaan dari ketakutan ia tidak bisa turun dari kudanya. Untungnya hamba-hambanya, yang telah dibawa ke tumit mereka ketika harimau muncul, datang membantunya dan mengangkatnya dari kudanya. Pada saat ini Ku-nan tiba.

Ketika Khan melihat harimau di Ku-nan kembali ia panik. Dia bergegas ke Yurt dan menghalangi pintu. "Cepat! Semua dari Anda," bawled dia. "Pertahankan pintu Jangan biarkan harimau masuk!!" Kemudian ketika ia mendengar itu adalah harimau mati Ku-nan yang dibawanya, ia mengumpulkan keberanian dan keluar dari tempat persembunyiannya. Berbusa karena marah dia mengutuk Ku-nan, menggunakan semua kata busuk dia tahu, dan mengambil kulit harimau ke Yurt nya.

Setelah Khan kulit harimau sebagai kasur, ia memutuskan ia ingin jubah yang terbuat dari kulit King Tiger. Dengan demikian ia memerintahkan Ku-nan untuk menangkap Raja Tiger dalam waktu tiga hari.

Jika ia gagal dalam misinya Khan akan memiliki dia dieksekusi. Ku-nan merasa sangat sedih. Di mana ia menemukan Raja Tiger? Dikatakan bahwa Raja Tiger tinggal di sebuah gua terpencil di Pegunungan Utara, dan bahwa ada banyak harimau ada di sekitarnya. Tapi tidak ada bahkan telah dikenal untuk mencapai tempat itu. Langit mulai gelap, dan Ku-nan kembali ke rumah merasa sangat bahagia. Dia mengatakan kepada orang tuanya tentang apa yang telah terjadi. Pasangan tua berada di kebingungan.

Jika mereka adalah untuk mencegah dia pergi, mereka takut Khan benar-benar akan menempatkan putra mereka mati. Tetapi jika mereka membiarkan dia pergi, yang bisa menjamin keselamatannya? Suami dan istri duduk saling berhadapan dan menangis. Mereka membuat semacam to-do yang Ku-nan merasa sulit untuk mengambil keputusan apapun. Tiba-tiba seorang ALAD tua datang ke pondok kecil mereka lusuh. "Anak saya," ditujukan dia Ku-nan, "jangan sedih Raja Harimau adalah takut seorang pemberani.

Selama Anda tetap tanah asli Anda dan Anda terkasih yang ada di pikiran, Anda akan mampu mengatasi setiap kesulitan Go,. anakku. Aku akan memberi Anda belang-belang kuda poni untuk naik. Good luck untuk Anda "The ALAD tua! ringan mencium Ku-nan di dahinya dan menghilang. Ketika Ku-nan pergi ke luar ia melihat kuda belang-belang meringkik ke arahnya.

Langit berangsur-angsur tumbuh cahaya, dan Ku-nan mengucapkan selamat tinggal orang tuanya. Mengambil busur, panah-tas dan belati, ia dipasang tanggung jawabnya dan berangkat pada misinya.

Awalnya kuda berlari-lari kecil sepanjang dengan kecepatan normal, tetapi kemudian pecah menjadi canter, dan kemudian berpacu. Lebih cepat dan lebih cepat itu pergi, begitu cepat yang Ku-nan hanya bisa melihat yurts di sepanjang jalan di kabur. Setelah beberapa saat binatang itu mengurangi kecepatan nya.

Saat itu Ku-nan melihat dekat Yurt a serigala hanya akan menyerang seorang gadis kecil. Tepat pada saat ia menyelipkan anak panah ke busur, dan biarkan terbang. Serigala langsung jatuh mati di tanah dengan panah di kepalanya. Seorang wanita tua berlari keluar dari Yurt tersebut. Ketika ia menyadari bahwa Ku-nan telah menyelamatkan kehidupan grand nya-putrinya, ia mengajak dia masuk untuk semangkuk susu-teh.

Sebelum keberangkatannya dia memberinya domba-tulang dan berkata, "Ambillah, Nak, itu akan sedikit berguna bagi Anda di masa depan." Dengan hadiah di tangan, Ku-nan berkubah atas kuda dan melanjutkan perjalanan ke utara. Saat ia berlari-lari kecil di sepanjang jalan ia menemukan jalan terhalang oleh sebuah sungai yang luas. Tiba-tiba air naik dan membentuk ombak besar.

Sebuah penyu besar muncul dan berenang ke tepi sungai. "Anak saya," itu parau, "Anda sebaiknya menghidupkan kembali Anda tidak akan bisa menyeberangi sungai ini.." "Oh, pasti," jawab Ku-nan. "Semua kesulitan dapat diatasi." "Oh, kalau begitu, Nak berani," kura-kura itu berkata, "tolong bantu saya. Mata kiri saya sakit begitu parah, saya ingin memilikinya diambil dan diganti dengan yang baru. Tolong, bantu aku, bawa keluar untuk saya . " "Baiklah, aku akan membantumu." Begitu Ku-nan tampak di tangannya. Mata telah berubah menjadi mutiara! A, mutiara bercahaya mulia tanpa cela.

Setelah melihat itu mata-Ku nan teman-sight menjadi sangat tajam, ia bahkan bisa melihat sekelompok yurts di kejauhan. Ku-nan maka remounted kudanya. Seakan memahami maksud tuannya itu, binatang itu jatuh ke dalam air. Apa keajaiban! Tidak lama setelah air menyentuh mutiara berharga dari itu terbagi untuk membentuk dinding transparan di kedua sisinya, meninggalkan sebuah jalan kering melalui pusat.

Ku-nan berkuda menyeberang ke tepi seberang sungai tanpa kesulitan lebih lanjut. air dialirkan biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi. Ku-nan segera mencapai yurts ia telah melihat di kejauhan. Seorang gembala tua itu lembut menangis di sana. Dia adalah pemandangan menyedihkan. Setelah turun dari kudanya, Ku-nan menyapanya. "Kakek, apa yang membuat kau begitu sedih?" ia bertanya. "Tolong beritahu saya, mungkin saya dapat dari beberapa membantu Anda." Gembala tua itu menyeka matanya dan mendesah.

"Anak muda, bahkan jika saya katakan, saya takut Anda tidak akan bisa membantu saya. Kemarin hanya putri saya dibawa oleh Raja Harimau. Aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau mati sekarang ... . " Orang tua lagi patah hati-tersedu-sedu mengiris. "Kakek, jangan berkecil hati," Ku-nan menghibur dia. "Aku yakin anak anda tidak mati Aku sedang mencari yang King Tiger.. Aku akan pergi ke sana dan menyelamatkannya." Gembala tua terhibur.

Dia mengundang Ku-nan ke dalam tenda untuk minum teh. Setelah minum teh nya, Ku-nan mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan kiri. Sebelum nan gelap-Ku tiba di tempat tinggal Raja Harimau. Dari kejauhan ia bisa melihat sebuah gua batu di gunung. Di pintu masuk lebih dari sepuluh harimau berjaga-jaga.

Sebagai Ku-nan mendekati gua, ia merogoh keluar domba-tulang dari sakunya dan melemparkan ke harimau. Dia kemudian masuk dan menemukan putri gembala. Dia mengatakan kepadanya bahwa Raja harimau telah keluar sejak pagi, dan bahwa ia belum kembali, tapi mungkin akan segera. Dia memikirkan menyembunyikan Ku-nan, tapi ia menolak, menyatakan bahwa ia pertama kali menyelamatkannya dan membawanya pulang. Dia setuju, dan mereka berdua naik kuda belang-belang keluar dari gua.

Bagian luar harimau masih berebut tulang. Ku-nan berkembang cambuk, dan kuda yang berlari menuruni gunung seperti angin puyuh. Tiba-tiba embusan angin liar bertiup dari utara. Riding di atas awan kuning, sebuah raksasa dengan kepala harimau dan tubuh manusia, semua ditutupi dengan rambut keemasan, datang memburu. bulat berpaling Ku-nan dan membiarkan terbang panah, yang menusuk mata kiri raksasa itu. Raja Tiger meraung marah.

Dia mengulurkan tangan besar dan menarik Ku-nan dari tanggung jawabnya. Lalu dengan satu pukulan ia membuatnya pinggang-jauh ke dalam tanah. Ku-nan langsung menggeliat keluar. Dengan satu pukulan ia memukul leher raksasa-jauh ke dalam tanah, dan, tanpa menunggu dia membebaskan diri, ia dengan cepat terhunus belati dan menusukkan pisau jauh ke pate raksasa itu.

Ku-nan sehingga berakhir kehidupan King Tiger. Ia menarik keluar karkas tanah dan, menariknya dengan satu kaki, tertangkap dengan kudanya. Dia dan gadis itu kemudian kembali ke rumahnya. Ketika gembala tua itu melihat bahwa Ku-nan telah menyelamatkan putrinya, ia sangat bahagia, dan memberinya tangannya dalam pernikahan.

Ku-nan tinggal malam di Yurt mereka dan, ketika hari tumbuh cahaya, lagi berangkat dengan istrinya pada kuda mereka. Tapi saat mereka bersiap-siap meninggalkan mereka mendengar deru angin mendekati dari utara. Ku-nan berpaling untuk melihat dan melihat sepuluh atau lebih harimau datang mengejar.

Mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan berebut tulang-domba sehari sebelumnya. Ku-nan buru-buru dikirim istrinya ke Yurt tersebut. Dia menembak panah dan membunuh harimau dalam memimpin. Lalu ia terhunus belatinya dan melangkah maju untuk menemui mereka. Sebuah tempur marah terjadi.

Dalam satu nafas dia slayed tujuh atau delapan dari mereka, namun tiga sisa menyerangnya dengan keganasan bahkan berlipat ganda. Ku-nan merasa dirinya benar-benar habis. Sama seperti ia berada di titik kehancuran, gembala tua, di kepala sekitar sepuluh pemuda muda, bergegas untuk menyelamatkan.

Mereka membawa tiang untuk melanggar pada kuda. Mereka membantu Ku-nan menangkap tiga harimau dan dengan demikian lega dia dari bahaya. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka dan memberi mereka semua harimau yang telah dibunuh. Mengambil istrinya, dia remounted kuda dan berjalan pulang.

Ketika Khan melihat bahwa Ku-nan telah membunuh Raja Tiger dan telah membawa pulang seorang istri selain cantik, ia merasa sangat bahagia dan pada saat yang sama iri. Ia memerintahkan istri Ku-nan untuk membuatnya jubah dari kulit King Tiger, dan tidak kehilangan sehelai rambut tunggal melempari tersebut. istri Ku-nan's melakukan seperti yang Khan memerintahkan dan membiarkan suaminya membawa jubah itu kepada dia.

Ketika Khan melihat jubah dia sangat senang. Dia berpikir menunjukkan dirinya dari dalam domain di seluruh keagungan-Nya. Dia ingin semua orang tahu bahwa dia, Khan, memiliki sebuah jubah berharga yang terbuat dari kulit King Tiger. Sebuah platform dibangun di depan Yurt di Khan. Ia mengundang para pejabat dari seluruh negeri Khan untuk makan dan minum dan berpesta minum-minum.

Cara yang sedikit melintasi berdiri banyak sekali orang yang datang dari seluruh penjuru tanah untuk melihat Khan Tiger jubah Raja. Setelah tengah sementara bunyi musik Khan melenggang di seluruh platform dengan udara puas diri.

Dia membuat gerakan menyapu dengan tangannya, dan seorang pelayan berpakaian rapi naik, bantalan seikat kuning. Dia membukanya dan mengeluarkan jubah berwarna emas berkilauan yang terbuat dari kulit King Tiger. Dia berparade ini untuk setiap orang untuk melihat, kemudian membantu Khan untuk memakainya.

Tidak lama setelah Khan mengenakan jubah daripada ia berubah menjadi seekor harimau beraneka-berwarna sengit. Hal itu membuat raungan memekakkan telinga dan dibatasi dari panggung dan menyerang kerumunan orang, menggigit dan melukai banyak orang. Para pejabat itu begitu takut mereka melompat ke kuda mereka dan membuat off untuk semua mereka layak. Pada saat itu Ku-nan untungnya tiba di tempat kejadian.

Ketika ia melihat harimau mengejar orang dan pelaku Curanmor mereka, dia ngeri. Dia berpikir dari menembak binatang dengan panahnya, tapi sayangnya dia telah meninggalkan panahnya-tas di rumah, bahkan belati itu bukan di ikat pinggangnya. Ketika dia meraba-raba tak berdaya, harimau tiba-tiba dibebankan ke arahnya. Dia berdiri tanah dan menunggu sampai binatang itu telah datang dalam jangkauan.

Kemudian dengan kecepatan seekor elang ia meraih ekornya, tersentak ke udara dan dalam satu napas memukul sepuluh kali di tanah. Harimau itu berbaring memar, cacat dan pendarahan dan segera meninggal. Karena binatang itu sebelumnya Khan, orang pergi menguburnya.

Sejak saat itu Ku-nan pergi berburu setiap hari, mengendarai kuda menjadi belang-belang, dan sekembalinya ia akan berbagi membunuh dengan Alads miskin di lingkungan sekitar. Selain itu, ia sering menyembuhkan orang miskin dari penyakit mata mereka dengan mutiara yang berharga: segera setelah orang-orang tua melihat hal itu, penglihatan remang-remang mereka akan menjadi jelas, seperti segera setelah buta menggilas putaran orbit mata mereka, mereka akan mampu untuk melihat.

Berkat bantuannya pada Alads miskin mulai menyanyikan lagu-lagu gembira mereka lagi dan hidup mereka menjadi sangat menyenangkan.
cerita legenda suluruh dunia Ameta Banta Berensyah Bawang dan bawang putih Dewi Sri Ebu gogo Hainuwele Cerita kancil Raja burung parkit Langsuyar Nyai Roro Kidul O Tokata Panji (pangeran) pocong Pontianak (cerita rakyat) Putri Tangguk Ratu Adil One Suro Siamang Putih Silewe Nazarate Suanggi Totok Kerot Gerardo Gonzalez

kumpulan cerita rakyat nusantara 33 provinsi wikipedia Malaikat Hadley Pengasuh bayi dan pria di lantai atas Pertempuran Kodok Annie Natal Emas Konfederasi John Henry (cerita rakyat) Hiawatha Kait Hilang Tambang Emas Belanda Lost Ship of the Desert Legenda Gunung Shasta Perkebunan Legenda Myrtles HAI Orang Afrika Kuno Palatine Light Ole Pete Robert (boneka)

Artikel kumpulan cerita rakyat pendek Agüeybaná saya Agüeybaná II Anansi Chupacabra Roberto Cofresí Roberto Cofresí dalam budaya populer Antonio Correa Cotto José dan Francisco Díaz Toño Bicicleta Juan Bobo Juan Bobo (buku komik) Isabel Luberza Oppenheimer José Maldonado Román Marcos Xiorro

cerita legenda batu menangis Arapuca San Baltasar Bolas Miguel Ángel Gaitán Gaucho Gauchito Gil Makhluk legendaris wilayah barat laut Argentina Juan Moreira Murga San La Muerte Badai Santa Rosa Santos Vega

cerita legenda singkat terbaru wattpad Mitologi Guarani Abaangui Ao Ao Caipora Guaraci Jasy Jatere Kurupi Luison Mbói Tu'ĩ Moñái Museum Mitos Ramón Elías Pombero San La Muerte Tau Teju Jagua Tume Arandu Tupã

cerita legenda danau toba Buckriders Düsseldorf's cartwheeler Faust Friar Rush Genevieve dari Brabant Hans von Sagan Hirschsprung (Hutan Hitam) Krampus Lorelei Lutzelfrau Peter Klaus Pied Piper dari Hamelin Princess Ilse The Smith dari Kochel Hingga Eulenspiegel Walram dari Thierstein

kumpulan cerita rakyat nusantara indonesia Alberich Giselher dari Burgundy Gudrun Gundomar I Gunther Hagen (legenda) Hildebrand Hildebrandslied Hjördís Hljod Jonakr putra Kostbera Kudrun Legenda tentang Theoderic the Great Nibelung Das Nibelungenlied: Ein Heldenepos di 39 Abenteuern Ortnit Theoderic the Great Volker von Alzey Walter dari Aquitaine Wolfdietrich

cerita rakyat yang singkat dan menarik untuk anak tk paud Legenda Albania Amerika Argentina Belgia Inggris Kanada Chili Cina Mitos dan legenda Kolombia Kolumbia Ceko Belanda Ekuador Estonia Perancis Jerman Hawaii Hawaii Indian

cerita rakyat lutung kasarung Legenda Irlandia Jepang Kazakh Korea Liechtenstein Lithuania Orang Malaysia Maladewa Orang Meksiko Selandia Baru

cerita rakyat nusantara bergambar Legenda suku negara Norwegia Polandia Portugis orang Puerto Rico Rumania Rusia Samoan Seychellois Le Spanyol Swedia Tahitian Tongan Turki Venezueladan cerita Legenda Zimbabwe

366 cerita rakyat nusantara

3/16/2018 : Putusan Karakoush Cerita Legenda Dari Mesir

loading...
Pada suatu malam seseorang terlihat mengendap-endap di pekarangan sebuah rumah. Rupanya ia hendak mencuri di rumah tersebut. Setelah merasa aman, ia mencoba membuka salah satu jendela rumah tersebut. Namun naas baginya, sewaktu mengungkit daun jendela, karena tidak dipaku dengan kuat, ia terjatuh tunggang-langgang  See Moreke dalam dan kakinya patah.

Pagi harinya ia menghadap Karakoush, sang wali negara, untuk mengadukan nasibnya. Wahai tuanku, lapornya, Tadi malam hamba hendak masuk ke sebuah rumah untuk mengambil harta pemiliknya, namun karena jendela rumah itu tidak dipaku dengan teguh, akhirnya hamba terjatuh ke dalam rumah dan kaki hamba menjadi patah karenanya.

Sambil memperlihatkan kakinya yang patah, ia meneruskan kata-katanya,  Hamba mohon keadilan paduka untuk menghukum pemilik rumah tersebut. Mendengar permohonan tersebut sang wali negara dengan suara keras memerintahkan pengawalnya agar pemilik rumah itu dibawa menghadap ke pengadilan.

Sesampainya sang pemilik rumah ke sana, ia langsung diinterogasi oleh wali negara, Kamu pemilik rumah yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumahmu tidak kaupaku dengan kuat sehingga pencuri ini tidak bisa berpegangan dengan kuat pada jendela dan dia terjatuh sampai menyebabkan kakinya patah ??!

Sejenak pemilik rumah itu tertegun. Mengapa ia dipersalahkan atas tuduhan yang amat aneh ini ?? Apakah dapat dibenarkan seorang pencuri mempersalahkan orang yang hendak dia ambil hartanya karena kegagalan dalam melaksanakan kejahatannya ? Namun si pemilik rumah sadar bahwa berdebat dengan Karakoush hanya akan membuat nasibnya malah lebih celaka lagi.

Karena itu ia pun segera menjawab, Wahai tuanku, sesungguhnya kesalahan itu bukan terletak padaku, tapi pada tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumahku. Jika saja ia bekerja dengan baik, memaku daun jendela itu dengan kuat, tentu pencuri ini tidak akan terjatuh dan menderita patah kaki seperti ini.

Mendengar penjelasan si pemilik rumah, Karakoush pun memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap tukang kayu yang dimaksud. Ketika dihadapkan pada pengadilan, tukang kayu itu dipersalahkan oleh wali negara dengan suara menggeledek,  Kamu tukang kayu yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumah orang ini tidak kaupaku dengan kuat sehingga membuat jendela itu menjadi goyah dan pencuri itu bisa terjatuh lalu menderita patah kaki seperti ini ??!!!

 Si tukang kayu pun sadar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan wali negara, karenanya ia pun menyahut, Wahai tuan, sesungguhnya ketika aku sedang mengerjakan pembangunan rumah orang ini, lewatlah seorang wanita cantik dengan pakaian warna merah. Karena aku terus memperhatikannya, aku pun tidak memaku jendela itu dengan kuat sehingga daun jendelanya mudah goyah dan menyebabkan orang ini jatuh. Wali negara pun memerintahkan agar wanita itu dihadapkan padanya.

Setelah hadir di persidangan, wanita itu pun dipersalahkan, Kau yang senang memakai pakaian yang menarik hati kaum lelaki, mengapa kau memakai pakaian warna merah saat lewat di depan rumah orang ini sehingga menyebabkan tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumah itu memaku jendelanya jadi bengkok dan mengakibatkan pencuri ini terjatuh ke dalam dan kakinya patah ??!!! Si wanita pun menjawab,Kecantikanku adalah augerah Allah, tapi pakaianku adalah buatan tukang celup. Dialah yang memberi baju ini warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu. Kembali dengan suara mengguntur Karakoush memerintahkan pengawalnya untuk menghadapkan si tukang celup kepadanya.

Ketika orang yang dimaksud sudah berada di depannya, Karakoush pun membentaknya, Kau yang suka main-main dengan warna-warna celupan, mengapa pakaian wanita ini kauberi warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu dan menyebabkan jendela yang dipakunya menjadi guyah dan membuat orang ini terjatuh ketika ia mengungkitnya hendak masuk ??!!!  Si tukang celup terpesona. Tak terkatakan apa-apa lagi olehnya karena ia sudah pingsan ketakutan. Oleh sebab ia tidak bisa lagi melemparkan kesalahan kepada orang lain, diputuskanlah untuk mengganjarnya dengan hukuman gantung.

Tetapi dia adalah orang yang luar biasa tingginya, sampai-sampai mengalahkan tinggi tiang gantungan. Tergopoh-gopoh pengawal melapor bahwa tidak ada lagi tempat buat menggantung si tukang celup. Karakoush tidak mau menerima kegagalan putusannya begitu saja. Dengan marah ia perintahkan, Carilah tukang celup lain yang lebih pendek dan gantunglah dia menggantikan orang itu.  Begitulah. Akhirnya ditemukanlah seorang tukang celup lain yang berbadan lebih pendek. Tentu saja ia meronta-ronta ketika hendak dibawa ke tiang gantungan, namun semua sia-sia dan akhirnya dialah yang dihukum gantung.

Demikianlah Putusan Karakoush sebuah cerita legenda dunia yang admin kutip dari duniadongeng.com terimakasih

3/02/2018 : Cerita Legenda Mencari Suami di Tembok Besar Dari China

loading...
Sedikit lebih dari dua ratus tahun sebelum era kita, kaisar pertama dari dinasti Chin naik tahta dengan nama Shih Huang. Kaisar ini sangat kejam terhadap rakyatnya, memaksa orang-orang dari setiap bagian dari negara untuk datang dan membangun Tembok Besar untuk melindungi kerajaannya.

Kerja tidak pernah berhenti, siang atau malam, dengan orang-orang yang membawa beban berat dari bumi dan batu bata di bawah pengawas 'cambuk, cambuk, dan kutukan. Mereka menerima sangat sedikit makanan, pakaian yang mereka kenakan usang. Jadi itu nyaris tidak heran bahwa sebagian besar dari mereka meninggal setiap hari. Ada seorang pemuda, bernama Wan Hsi-liang, di antara mereka yang telah ditekan ke layanan bangunan Kaisar Shih Huang Great Wall. Ini Wan Hsi-liang punya istri yang cantik dan berbudi luhur, yang bernama Meng Chiang-nu.

Untuk waktu yang sangat lama setelah suaminya terpaksa meninggalkan dia, Chiang Meng-nu tidak punya berita tentang dia, dan itu sedih untuk berpikir apa yang ia harus menderita, bekerja keras untuk kaisar terkutuk. kebencian nya dari penguasa jahat tumbuh pesat dengan kerinduan dia untuk suami yang telah sobek dari sisinya. Satu musim semi, ketika bunga-bunga mekar dan tunas pohon, ketika rumput itu hijau subur, dan menelan terbang di pasang di langit, duka seolah untuk memperdalam saat dia berjalan di ladang, jadi dia bernyanyi: Di persik Maret ini mekar-berpakaian; Swallows, kawin, membangun sarang mereka. Dua oleh dua mereka riang terbang .... Waktu sendirian, betapa sedihnya am aku! Tetapi bahkan ketika musim gugur datang bulat, masih ada berita tentang Wan-liang Hsi.

Ada rumor bahwa Tembok Besar adalah dalam membangun jalan sampai di suatu tempat di utara di mana ia begitu dingin bahwa satu tidak akan berani memasukkan tangan seseorang keluar dari lengan seseorang. Ketika Meng Chiang-nu mendengar ini, ia buru-buru membuat baju katun-empuk dan sepatu untuk suaminya. Tapi siapa yang harus mengambil ini kepadanya ketika itu seperti jalan panjang Tembok Besar? Merenungkan masalah berulang kali, dia akhirnya memutuskan dia akan mengambil pakaian dan sepatu untuk Wan Hsi-liang diri. Ini memang agak dingin ketika ia mulai keluar.

Daun jatuh dari pohon dan, seperti panen telah berkumpul di, bidang kosong dan sedih suram. Itu sangat kesepian untuk Meng Chiang-nu berjalan sendirian, terutama karena ia belum pernah jauh dari rumah dalam hidupnya, dan tidak tahu jalan dan harus menanyakan arah setiap sekarang dan kemudian. Suatu malam dia gagal mencapai sebuah kota dia akan, jadi dia disiapkan untuk malam di sebuah kuil kecil di sebuah kebun di samping jalan.

Setelah berjalan sepanjang hari, dia sangat lelah dan jatuh tertidur segera setelah ia berbaring di atas meja batu. Dia bermimpi suaminya datang ke arahnya, dan rasa kebahagiaan besar menyelimuti dirinya. Tapi kemudian dia mengatakan bahwa dia telah meninggal, dan dia menangis pahit.

Ketika ia terbangun di pagi hari, ia kewalahan oleh keraguan dan kesedihan saat ia ingat mimpi ini. Dengan kutukan pada kaisar yang Perselisihan begitu banyak keluarga, Meng Chiang-nu lanjutan dalam perjalanan. Suatu hari, dia datang ke sebuah penginapan kecil di pinggir jalan berbukit. Penginapan dijaga oleh seorang wanita tua yang, ketika ia melihat wajah hot Meng-nu Chiang dan pakaian berdebu, bertanya ke mana ia pergi.

Ketika Meng Chiang-nu mengatakan, dia sangat terharu. "Aya!" dia mendesah, "Tembok Besar ini masih jauh dari sini, ada gunung dan sungai menyeberang sebelum Anda Bagaimana seorang wanita muda yang lemah seperti dirimu sampai di sana?." Tapi Meng-nu Chiang mengatakan kepada wanita tua dia bertekad untuk mendapatkan pakaian dan sepatu kepada suaminya, tidak peduli apa kesulitan. Wanita tua itu sebanyak tersentuh oleh kemauan yang lebih muda sebagai ia prihatin tentang keselamatan dirinya.

Hari berikutnya ia didampingi Meng Chiang-nu jarak jauh untuk menunjukkan simpati padanya. Maka, Meng Chiang-nu berjalan terus dan terus dan terus hingga suatu hari, dia datang ke lembah antara pegunungan. Langit mendung dengan awan kelabu, angin kencang yang dingin udara. Dia berjalan cukup lama melalui lembah tanpa, bagaimanapun, menemukan sebuah rumah tunggal. Semua ia bisa melihat adalah rumput liar, semak berduri dan batu. Hal itu mendapatkan begitu gelap bahwa dia tidak bisa lagi melihat jalan.

Di kaki gunung ada sebuah sungai, berjalan dengan air warna keruh. Di mana ia harus pergi? Berada di akhir kecerdasan, dia memutuskan untuk menghabiskan malam di antara semak-semak. Saat ia tidak makan apa-apa untuk sepanjang hari, dia menggigil semua lebih keras dalam dingin. Berpikir tentang bagaimana suaminya harus menderita dalam cuaca dingin sedingin es, hatinya kontrak dengan sakit yang setajam pisau.

Ketika Meng Chiang-nu membuka mata keesokan harinya, ia ditemukan takjub seluruh lembah dan tubuhnya sendiri ditutupi dengan selimut salju. Bagaimana dia untuk meneruskan perjalanan-nya? Sementara ia masih cukup bingung apa yang harus dilakukan, burung gagak tiba-tiba hinggap di hadapannya. Ini menggaok dua kali dan terbang pada jarak pendek, lalu duduk lagi di depan dan menggaok lagi dua kali. Chiang meng-nu memutuskan bahwa burung itu mengundang dia untuk mengikuti arah dan jadi dia kembali perjalanannya, sedikit bersorak karena perusahaan ini makhluk hidup, dan ia mulai menyanyi saat dia berjalan sepanjang: Tebal dan cepat swirl bundar salju musim dingin: Saya, Meng Chiang-nu, berangkat, bantalan pakaian musim dingin, A gagak lapar, sayangnya, pedoman saja saya, The Great Wall jauh, dan aku jauh dari sisinya! Jadi dia berjalan melewati pegunungan, menyeberangi sungai besar maupun sungai kecil. Dan dengan demikian banyak hari suram telah berlalu sebelum dia akhirnya mencapai Tembok Besar.

Bagaimana dia gembira ketika ia melihat itu, berkelok-kelok seperti ular besar di atas pegunungan di depannya. Angin tajam dingin dan pegunungan telanjang ditutupi dengan rumput kering saja, tanpa sebatang pohon di mana saja. Kelompok dari orang berkerumun melawan Tembok Besar, ini adalah orang-orang yang telah didorong di sini untuk membangunnya. Chiang meng-nu berjalan sepanjang Tembok Besar, mencoba untuk menemukan suaminya di antara mereka yang bekerja keras di sini. Dia bertanya setelah suaminya, tapi tak ada yang tahu apa-apa tentang dia, jadi dia harus pergi dan terus bertanya .... Dia melihat apa yang pucat wajah rakyat pekerja itu, tulang pipi mereka menonjol melalui kulit, dan ia melihat banyak mati berbohong tentang, tanpa ada membayar perhatian.

penderitaan nya atas nasibnya tidak diketahui suaminya meningkat, sehingga dia meneteskan air mata banyak pahit saat ia melanjutkan pencariannya. Akhirnya dia belajar kebenaran yang menyedihkan. Suaminya telah meninggal lama karena tak tertahankan keras keras, dan tubuhnya telah meletakkan bawah tanah di mana ia jatuh, di bawah Tembok Besar. Mendengar kabar tragis, Meng Chiang-nu jatuh pingsan.

Beberapa pembangun mencoba untuk menghidupkan kembali, tapi itu lama sebelum ia kembali kesadaran. Ketika ia melakukannya, ia meledak ke dalam banjir air mata, selama beberapa hari pada akhir, sehingga banyak rakyat pekerja menangis dengan dia. Jadi pahit itu mengeluh bahwa, tiba-tiba, panjang lebih dari dua ratus mil dari Tembok Besar itu runtuh ke bawah, sedangkan kekerasan badai membuat batu bata pasir dan berputar di udara. "Itu Meng Chiang-nu yang dengan air matanya, menyebabkan Tembok Besar runtuh!" orang-orang di sepanjang bangunan itu kepada satu sama lain dengan takjub, pada saat yang sama dipenuhi dengan kebencian terhadap kaisar kejam, yang menyebabkan apa-apa selain kesengsaraan rakyatnya.

Ketika kaisar mendengar bagaimana Meng Chiang-nu membawa bagian dari nya Great Wall turun, dia langsung pergi melihat sendiri orang seperti apa dia. Ia menemukan bahwa ia secantik peri, sehingga ia memintanya menjadi selir. Chiang meng-nu yang membenci dia begitu dalam cara-cara yang kejam, tentu saja, tidak menyetujui ini. Tapi ia merasa tipu muslihat itu akan melayani tujuan hidupnya lebih baik dari keterbukaan, jadi dia menjawab dengan ramah: "Ya, saya akan, jika Anda melakukan tiga hal untuk saya."

Kaisar kemudian bertanya apa ketiga hal itu dan Meng Chiang-nu berkata: "Yang pertama adalah bahwa Anda mengubur suami saya dalam peti mati emas dengan penutup perak di atasnya, yang kedua adalah bahwa semua menteri dan jenderal pergi ke berkabung untuk saya suami dan menghadiri pemakaman-Nya, yang ketiga adalah bahwa Anda menghadiri pemakamannya sendiri, memakai dalam berkabung sebagai anaknya akan melakukan ". Begitu diambil dengan kecantikannya, kaisar setuju untuk permintaan nya sekaligus.

Semuanya, oleh karena itu, diatur sesuai. Dalam prosesi pemakaman, Kaisar Shih Huang berjalan dekat di belakang peti mati, sementara iring-iringan dari semua istana dan jendral mengikutinya. Kaisar diantisipasi dengan gembira menikmati selir, cantik baru akan memberinya. Tapi Meng Chiang-nu, ketika ia melihat suaminya benar terkubur, bersujud sebelum makamnya di penghormatan kepada almarhum, menangis getir untuk waktu yang lama.

Kemudian, tiba-tiba, ia melompat ke dalam sungai yang mengalir dekat makam. Kaisar geram karena telah digagalkan dalam keinginannya. Ia memerintahkan pengawal untuk menariknya keluar dari air lagi. Tetapi sebelum mereka bisa menangkap dia, Meng Chiang-nu telah berubah menjadi ikan, indah keperakan dan berenang anggun tak terlihat, jauh ke dalam air hijau-biru.

itulah Cerita Legenda Mencari Suami di Tembok Besar Dari China

3/02/2018 : Cerita Legenda Apollo dan Daphne Yunani

loading...
Inilah nukilan pertama dari buku The Myth of Mithology, Apollo dan Daphne, kisah cinta yang menyedihkan karena ulah Si Jahat Cupid.

Daphne adalah cinta pertama Apollo. Apollo jatuh cinta bukan tidak disengaja, tetapi sengaja dibuat secara kejam oleh Cupid, Putra Venus. Apollo melihat seorang anak yang bermain dengan busur dan panah; dan karena Apollo masih mabuk kepayang atas kemenangannya atas Python, dia berkata kepadanya, Apa yang kau lakukan dengan senjata perang, saucy boy? Berikan kepada mereka yang pantas. Lihatlah aku yang telah mengalahkan ular raksasa yang badannya telah meracuni banyak dataran!

Putra Venus mendengar kata-kata Apollo dan membalas, Apollo, panahmu sanggup menhancurkan semua yang ada di bumi, tetapi panahku dapat menghancurkan dirimu. Sambil bicara dia berdiri di atas batu Parnassus, dan diambilnya dua anak panah yang berbeda, panah pertama terbuat dari emas dengan ujung yang tajam yang dapat membuat seseorang jatuh cinta dan yang satu lagi ujungnya berbentuk panah tumpul yang terbuat dari timah yang dapat membuat orang membenci orang yang mencintainya.

Panah dengan panah timah dipanahkan ke Daphne, putri dari dewa sungai Peneus, dan dengan panah emas untuk Apollo, tepat di hatinya.

Daphne bermuka cantik, banyak laki-laki yang datang melamar tetapi dia mencampakkan semua harapan mereka. Ayah Daphne sering berkata bahwa Daphne berhutang kepadanya seorang menantu dan cucu. Tetapi Daphne membenci pernikahan dan memandangnya sebagai kejahatan. Daphne meminta ayahnya untuk mengabulkan permintaannya supaya seumur hidupnya dia tidak menikah. Ayahanya memberi ijin tetapi berkata, Wajahmu yang cantik akan menginkarinya.

Apollo sangat mencintainya dan tergila-gila. Apollo melihat rambut Daphne tergerai tidak teratur di bahu putihnya, dan berkata, Jika yang tidak teratur saja begitu menggoda, apalagi yang telah ditata? Dia melihat matanya seperti bintang; dia melihat bibirnya, dan tidak puas dengan hanya melihat mereka. Apollo terkagum-kagum dengan tangan dan lengan yang telajang sampai bahu, dan membanyangkan apa yang tersembunyi dibalik sutra pasti lebih indah.

Apollo lari mendekat; Daphne lari menjauh selembut angin semilir ketika melihat bayangan Apollo. Tunggu, kata Apollo, putri dari Peneus; Aku bukan seorang penjahat. Jangan takut daku seperti domba takut serigala, atau merpati kepada elang.

Demi cinta aku mengejar kau. Kau membuatku menderita, takut kau jatuh dan menyakiti dirimu, dan aku lah yang harus disalahkan. Berlarilah lebih lambat dan aku akan mengikutimu dengan lambat. Aku bukan badut, bukan juga petani kasar. Jupiter ayahku, dan aku adalah tuan dari Delphos dan Tenedos, dan mengetahui semua hal, masa kini dan masa depan. Aku adalah dewa nyanyian dan lyre. Panahku selalu mengenai sasaran; tetapi, alas! panah yang lebih dashyat dari panahku menghujam ke hatiku! Aku adalah dewa obat-obatan, dan mengetahu semua tanaman penyembuh. Alas! Aku menderita penyakit yang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan!

Daphne terus belari menghindar. Bahkan ketika berlari dalam ketakutan, Daphne tetap memikat Apollo. Angin meniup selendang bajunya, dan membuat rambutnya tergerai ke belakang.

Pengejaran semakin sengit dan Daphne mulai merasakan tenaganya mulai meninggalkan tubuhnya sedangkan Apollo semakin mendekat. Dia merasakan hembusan nafas Apollo di rambutnya. Akhirnya dia benar-benar tenggelam dalam lautan keletihan, dengan sisa tenaga dan waktu dia memanggil ayahnya, dewa sungai: Tolonglah aku, Peneus! Buka tanah ini dan tutupi aku, atau ganti bentuk tubuh dan mukaku yang telah membuatku jatuh dalam keadaan yang membahayakan diriku saat ini!

Dengan sangat ketakutan dia berbicara, seketika juga kekakuan mulai merambat ke seluruh bagian tubuhnya; dadanya mulai tertutup oleh kulit kayu yang lunak; rambutnya menjadi dedaunan; lengannya menjadi cabang-cabang; kakinya terbenam ke bumi dan menjadi akar; mukanya menjadi bagian batang pohon yang paling atas, menghilangkan semua yang dimiliki olehnya kecuali kecantikannya.

Apollo terkejut. Dia mententuh batang pohon, dan merasakan daging yang masih bergetar di bawah kulit pohon yang masih baru.

Dia memeluk cabang-cabangnya dan mendaratkan banyak ciuman ke batang wood. Karena kau tidak dapat menjadi istriku, katanya, kau tetap akan menjadi pohonku. Aku akan mengenakan kau sebagai mahkotaku; Aku akan menjadikan kamu sebagai harpaku dan tempat anak panahku; dan ketika para penakluk Roman membawa kemenangan ke Capitol, kau akan dirangkai menjadi rangkaian bunga sebagai mahkota mereka.

Dan seperti keabadianku, kau akan selalu hijau, dan daun-daunmu tidak akan gugur. Daphne berubah menjadi pohon Laurel (Salam), membungkukkan kepalanya sebagai ucapan terimakasih kepada Apollo.

demikianlah Cerita Legenda Apollo dan Daphne Yunani

3/02/2018 : Cerita Legenda Pygmalion Dari Yunani

loading...
Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.


Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.

Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, Kikir betul orang itu. Tetapi Pygmalion berkata, Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu

Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu.

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

demikianlah Cerita Legenda Pygmalion Dari Yunani

3/02/2018 : Cerita Legenda Asal Mula Negeri Lempur (sumatra)

loading...
Di belantara Sumatera dulu pernah ada Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum. Kerajaan tersebut dipimpin oleh tiga bersaudara, yang masing-masing bernama Pamuncak Rencong Talang, Pamuncak Tanjung Seri, dan Pamuncak Koto Tapus.


Suatu hari, Kerajaan yang berada di bawah pimimpin Pamuncak Rencong Talang berlimpah hasil panennya. Karena itu, hendak diadakan sebuah pesta panenan sebagai rasa syukur. Pesta panenan ini digelar dengan mengundang kerabat serta keluarga saja. Termasuk, keluarga Pamuncak Tanjung Seri  yang tak bisa hadir dan diwakili istri dan anak gadisnya.


Hari H pun tiba, istri Pamuncak Tanjung Seri dan anak gadisnya datang ke Kerajaan Pamuncak Rencong Talang untuk ikut merayakan pesta panenan. Anak gadis Pamuncak Tanjung Seri menjadi primadona dan banyak ditaksir  para pemuda setempat.

Tak terasa waktu sudah menjelang pagi. Istri Pamuncak Tanjung Seri kemudian mengajak anaknya pulang. Namun, anaknya masih mau berada di sana, karena itu dia mengacuhkannya. Ketika itu seorang pemuda bertanya pada si gadis, siapa yang mengajaknya pulang.  Pembantuku  ucapnya asal. Si ibu rupanya mendengar pernyataan tersebut. Sehingga, dia jadi sakit hati sampai mereka pulang keesokan harinya.

Saat keesokan harinya, istri Pamuncak Tanjung Seri yang kesal dengan tingkah anaknya menggumam.  Tuhan, sakit hatiku dikatai anakku sendiri pembantu.  Dari doanya itu terucaplah semoga anaknya dikenai hukuman ditelan rawa berlumpur. Nah, dalam dongeng Indonesia dikisahkan bahwa waktu keduanya berada di Pulau Sangkar dan Lolo yang berawa dan berlumpur Tuhan mengabulkan doa istri Pamuncak Tanjung Seri.

Entah bagaimana caranya, si gadis terpeleset hingga ia tercebur ke dalam rawa berlumpur. Dia meronta-ronta sekuat tenaga namun justru hal itu malah menambahnya cepat tenggelam ke rawa. Ibu tolong aku, Ibu, teriak gadis yang telah melukai perasaan ibunya itu.

Aku bukan ibumu. Aku pembantumu, jawab ibunya, sambil mengambil gelang serta selendang jambi dari anaknya. Lalu, meninggalkan putrinya begitu saja.

sejak kejadian tersebut, daerah rawa berlumpur itu dinamai Lempur, yang berasal dari kata lumpur. Sementara, gelang yang diambil ibunya dibuang di sebuat tebat. Sehingga, daerah tersebut dinamai Tebat Gelang

itulah Cerita Legenda Asal Mula Negeri Lempur (sumatra)