3/05/2011 : Cerita Kisah Momotaro

loading...
Zaman dahulu di suatu tempat hiduplah sepasang kakek-nenek. Setiap hari, kakek ke hutan mengumpulkan kayu bakar, sedangkan nenek ke sungai mencuci. Ketika nenek sedang mecuci, dari hulu sungai hanyutlah momo (buah peach) Nenek memungut momo itu. Sepertinya, momo ini manis. Nenek mengambil momo yang besar itu dan membawanya pulang.

Malam pun tiba. Kakek pulang memikul kayu bakar. Nenek, nenek, kakek sudah pulang. Kakek, ya, selamat datang. Hari ini, nenek menemukan momo yang besar di sungai. Sekarang ada di lemari kata nenek sambil mengeluarkan momo itu dan meletakkannya di atas talenan. Lalu, nenek menempelkan pisau dapur pada momo tersebut untuk membelahnya. Tapi, momo tersebut membelah sendiri dan dari dalamnya keluar anak laki-laki yang lucu. Begitu keluar anak laki-laki itu langsung menangis. Kakek dan nenek terkejut.

Aaduh, gawat ini. Kakek dan nenek panik. Setelah tangisnya reda kakek berkata, Karena anak ini muncul dari dalam momo, kita harus menamainya Momotaro. Begitulah Momotaro dinamai. Kakek dan nenek memberi Momotaro bubur, ikan dan merawatnya dengan hati-hati. Kalau Momotaro diberi semangkuk nasi, dia akan makan semangkuk. Kalau Momotaro diberi dua mangkuk nasi, Momotaro akan makan dua mangkuk. Tak terasa Momotaro tumbuh jadi besar. Lalu, kalau dia diajari berhitung satu, maka dia dapat menghitung sampai sepuluh. Akibatnya Momotaro jadi terkenal. Selain itu, tenaganya makin lama makin kuat, dan tanpa disadari tak seorangpun anak-anak di sekitarnya dapat menyaingi kemampuan Momotaro. Pintar, kuat dan berbakat. Momotaro jadi anak yang hebat. Karena Momotaro sangat lucu, kakek dan nenek makin gembira membesarkannya.

Suatu hari, Momotaro menghadap kakek dan nenek, duduk di depan kakek dan nenek dan memohon sambil berkata, Kakek, nenek. Karena aku sudah besar aku mau pergi ke pulau hantu untuk menaklukkan hantu yang suka merampas barang manusia. Tolong buatkan bekal kibi dango (sejenis kue mochi yang berisi kacang) paling enak di Jepang.

Kakek dan nenek serentak berkata, Kau masih kecil. Bagaimana pun juga kau masih kecil. Untuk apa kau ke pulau hantu, menangkap para hantu itu? Walaupun sudah dilarang, Momotaro tak peduli. Kakek, nenek, aku memang sendirian, tapi 50 atau 100 ekor hantu bukan masalah buatku.
Kalau begitu baiklah, kata kakek dan nenek.

Tak lama berselang Momotaro dibuatkan bekal kibi dango paling enak di Jepang. Kemudian Momotaro juga diberi ikat kepala hachimaki, celana lebar hakama dan pedang pendek yang baru. Lalu, di punggungnya juga di dipasangkan bendera bertuliskan Momotaro terkuat nomor satu di Jepang.

Momotaro berangkat ke pulau hantu. Pada saat akan meninggalkan desa seekor anjing terus-menerus menyalak mengikuti Momotaro.
Momotaro, Momotaro, kau mau pergi ke mana? Ke pulau hantu, menaklukkan hantu. Aku mau menemanimu ke pulau hantu asalkan kau mau memberiku sebuah kibi dango. Baiklah, kalau begitu kau jadi anak buahku. Kalau kau makan kibi dango ini kekuatanmu akan betambah 1000 kali lipat, kata Momotaro mengeluarkan sebuah kibi dango dari kantong dan menyerahkan pada anjing itu. Anjing jadi anak buah Momotaro.

Tak lama kemudian, burung gagak berkoak-koak mendekati Momotaro. Lalu, sama seperti anjing, Momotaro memberinya sebuah kibi dango dan menjadikan burung gagak itu anak buahnya. Lalu, beberapa saat kemudian, monyet berteriak-teriak mendekati Momotaro. Monyet pun menjadi anak buah Momotaro setelah diberi sebuah kibi dango.

Momotaro jadi jendral, anjing jadi pembawa bendera, monyet jadi pembawa pedang. Mereka melanjutkan perjalanan ke pulau hantu.  Sampailah Momotaro dan ketiga anak buahnya di depan gerbang yang hitam dan besar di pulau hantu. Langsung saja monyet mengetuk pintu gerbang.

Dari dalam terdengar suara. Siapa itu? Lalu keluarlah setan merah. Aku Momotaro terkuat nomor satu di Jepang. Aku ke pulau hantu ini untuk menaklukkan hantu. Enyahah kalian semua.

Setelah mengatakan itu, Momotaro menghunus dan menusukkan pedangnya. Monyet bertarung dengan tombak, sedang burung gagak dan anjing dengan pedang. Anak-anak hantu yang ada di tempat itu ribut besar dan lari ke dalam. Di dalam banyak hantu-hantu berkumpul sedang pesta sake. Momotaro masuk ke dalam untuk mengejar anak hantu.

Apa, Momotaro? kata hantu-hantu linglung dan keluar dengan sempoyongan. Karena Momotaro dan ketiga anak buahnya sudah makan kibi dango yang membuat mereka jadi prajurit perkasa yang kekuatannya bertambah jadi 1000 kali lipat. Hantu dapat dikalahkan, dilempar-lempar dan ditusuk-tusuk.
Kami sama sekali tak dapat mengimbangi. Ampunilah jiwa kami. Mulai hari ini kami tak akan berbuat jahat lagi. Jendral hantu hitam memohon di hadapan Momotaro. Dari matanya yang besar mengalir setetes air mata. Kepalanya dibenturkan ke tanah meminta ampun.

Baiklah, kalau memang kalian tak akan berbuat jahat lagi, maka jiwa kalian kuampuni. Momotaro mengampuni hantu-hantu itu.

Kami tak akan pernah berbuat jahat lagi. Semua barang-barang berharga ini kuserahkan padamu. Janji jenderal hantu. Lalu memerintahkan bawahannya untuk memindahkan barang-barang rampasan yang ada di gudang, barang-barang yang selama ini dirampas dari manusia.

Momotaro menaikkan barang-barang itu ke atas kendaraannya dan menyuruh anjing, monyet dan burung gagak menariknya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk kakek dan nenek.
Peristiwa ini sampai juga ke telinga bidadari. Bidadari memberi Momotaro hadiah yang sangat banyak. Lalu, Momotaro hidup bahagia bersama kakek dan nenek.

3/05/2011 : Urashima Taro

loading...
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang nelayan yang bernama Urashima Taro. Taro adalah seorang pemuda yang baik hati. Ia hidup bersama dengan ibunya yang tua.
Pada suatu hari, ia bertemu dengan anak-anak nakal yang ribut-ribut di pantai. Ia melihat mereka menyodok-nyodok seekor anak penyu. Taro merasa kasihan pada anak penyu itu, lalu mendekati gerombolan anak-anak itu.
�Jangan menyiksa makhluk hidup.�
Anak-anak itu langsung berlarian ke sana-sini. Taro menaruh anak penyu itu ke telapak tangannya perlahan-lahan, lalu melepaskannya ke laut.
Beberapa tahun telah berlalu. Ketika Taro sedang santai memancing, ada yang menarik tali kailnya.
�Eh? Oh, kamu!�
Ternyata yang menarik kailnya adalah seekor penyu yang besar�penyu yang ditolong Taro beberapa tahun yang lalu.
Penyu itu berkata kepada Taro, �Tuan Taro, terima kasih banyak atas kebaikan Anda waktu itu. Sebagai rasa terima kasih, saya akan membawa Anda ke istana indah di dasar laut. Istana itu disebut Istana Ryugu, yaitu Istana Raja Naga. Tempatnya sangati ndah, dikelilingi bunga-bunga laut. Ayo, mari kita pergi.�
Penyu menaikkan Urashima Taro ke punggungnya, laluberenang ke dalam laut.
Ternyata tempat di dalam laut itu adalah dunia yang sangatindah, seperti yang selalu Taro bayangkan dalam mimpinyaTaman-taman batu karang ada di mana-mana tampak berkilau-kilauan. Sambil hanyut dengan lembut di atas punggung penyu, Taro merasa terkagum-kagum dengan pemandangan di sekelilingnya, seolah ia sedang bermimpi.
Tampak sebuah tangga mutiara yang bersinar-sinar dari celah gunung-gunung batu karang. Seorang putri yang cantik turun dari tangga itu. Ia adalah putri Ryugu, Putri Oto. Alangkah cantik putri itu! Kecantikan yang tak ada kiranya di dunia ini.
Taro terhenyak.
Putri Oto berkata dengan suara indah dan merdu kepada Taro yang tercengang-cengang.
�Selamat datang Tuan Urashima Taro. Silakan beristirahat dengan santai.�
Putri Oto membuka kipas dengan cepat, lalu muncullah kumpulan ikan yang berwarna-warni. Mereka menari sambil mengelilingi Taro.
Mulailah hari-hari yang menyenangkan di Istana Ryugu. Tarian ikan-ikan yang indah, makanan yang sangat lezat, dan percakapan dengan Putri Oto yang begitu menyenangkan. Bagi Taro, hari-hari itu seolah mimpi saja.
Namun, Taro mulai merasa cemas akan ibunya yang ditinggal di desanya.
�Tuan Taro, Anda ingin pulang ke rumah ya. Walaupun saya berharap Anda selalu ada di sini, apa boleh buat.�
Putri Oto melihat Taro yang kurang bersemangat, lalu berkata,
�Kalau begitu, bawalah kotak perhiasan ini. Kalau Anda mengalami kesulitan setelah pulang ke desa nanti, bukalah kotak perhiasan ini.�
Taro naik punggung penyu lagi lalu pulang ke desa tempat ibunya telah menunggu. Hati Taro sudah penuh dengan perasaan rindu akan desanya setelah beberapa hari tak pulang. Setelah tiba di pantai, penyu segera menyelam ke laut.
�Ibu, aku sudah pulang!�
Tetapi, tidak ada yang menjawab. Bukan hanya rumahnya yang ia rindukan, tapi juga sosok ibunya yang tidak tampak. Keadaan di sekitar rumah sudah berubah. Orang-orang yang dikenalnya, rumah-rumah yang diketahuinya, semuanya yang ia ingat tidak ada. Ke mana perginya semangatnya yang tadi? Taro benar-benar kehilangan akal.
�Oh, ya! Kan ada kotak perhiasan! Kalau ini dibuka, mungkin aku jadi tahu sesuatu.�
Taro membuka kotak perhiasan itu pelan-pelan. Dan� ajaib! Muncullah asap putih dari dalam kotak itu. Taro yang tadinya pemuda berubah menjadi kakek yang berjanggut putih dalam sekejap mata.
Ternyata selama Taro melewatkan beberapa hari yang sangat menyenangkan di Istana Ryugu, puluhan tahun telah berlalu di atas bumi. Taro hanya bisa berdiri termenung-menung.


3/05/2011 : Kachi-Kachi Yama / Gunung Crek-Crek

loading...
Di zaman dulu hidup sepasang kakek dan nenek. Setiap kali kakek bekerja di ladang, tanuki (rubah) datang mengganggu dengan bernyanyi-nyanyi. Lirik lagu yang dinyanyikan tanuki berisi kutukan agar panen gagal. Bukan cuma itu, tanuki juga menggali dan memakan bibit ubi yang ditanam kakek di ladang. Kakek sangat marah dan memasang perangkap.
"Hehehe... Si Kakek sudah tidak ada. Sekarang akan kumakan habis ubi milik tua bangka itu!", kata tanuki kegirangan.
Grusuk, grusuk! Gubrak!
"Hei kenapa ada lubang di tengah ladang? Arggh... Jangan-jangan ini perangkap? Aku harus segera keluar dari sisni!!"
"Hah! Kena kau tanuki kurang ajar!" kata kakek mengolok-olok taniki. "Sebentar lagi kamu akan menjadi potongan daging dalam supku!"

Tanuki yang masuk perangkap diikat, dan dibawa pulang. Setelah diletakkan di dapur, kakek kembali ke ladang. Nenek yang menjumpai tanuki di dapur sangat terkejut melihatnya.
"Kamu Tanuki yang merusak ladang kami. Mengapa kamu ada di sini?" tanya nenek yang tidak tahu apa yang terjadi.
"Kakek berhasil menangkapku. Aku menyesal telah merusak ladangmu. Sebelum aku mati, izinkan aku berbuat suatu kebaikan untuk kalian", kata tanuki memohon.
"Memangnya kami sebodoh itu? Tanuki itu licik, kapan Tanuki berbuat baik?" jawab nenek keras kepala.
"Sungguh! Aku benar-benar menyesal. Izinkan aku berbuat sebuah kebaikan untuk kalian agar semua kesalahanku dapat ditebus" kata tanuki memohon belas kasihan.
"Hmmm...", nenek semakin bingun dengan keputusan yang akan diambilnya.
Tiba-tiba, tanuki tersebut memiliki ide, "Nek, Nenek sudah tua, bagaimana kalau aku saja yang membereskan rumah. Aku janji tidak akan lari."
"Sungguh?", hati nenek merasa senang mendengarnya. "Baiklah, mungkin kalau kau dilepaskan sebentar tidak apa-apa, toh aku akan mengawasimu agar tidak kabur."

Setelah terlepas, tanuki malah memukuli nenek dan membunuhnya. Daging si nenek dimasak tanuki menjadi sup. Kepulangan kakek dari ladang disambut tanuki yang sudah berubah wujud menjadi si nenek. Kakek memakan sup yang disuguhkan "nenek".
"Hm.. hari makan sup ya. Sepertinya sedap sekali..." kata kakek setelah melihat sup yang dihidangkan untuknya.
"Tentu saja", jawab "nenek". "Sebab dagingnya khusus. Hihihihi..."
"Slurp, slurp, slurp! Ah... rasanya luar biasa setelah kerja keras"
"Huahahahaha... Kakek tua bodoh! Kau telah tertipu!"
Buzz! Si "nenek" kembali berubah wujud menjadi tanuki dan menceritakan segalanya. Sambil tertawa-tawa, tanuki pulang ke gunung.

Kelinci sahabat si kakek mendengar peristiwa ini dan memutuskan untuk membalas dendam. Tanuki kebetulan kenal dengan kelinci dan percaya saja dengan ajakan kelinci untuk mengumpulkan kayu bakar dengan imbalan uang. Setelah ranting kering terkumpul, tanuki berjalan di muka sambil memanggul ikatan ranting kering. Kelinci mengikuti dari belakang karena ia ingin membakar ranting kering di punggung tanuki. Tanuki bisa mendengar suara "kachi-kachi" (crek-crek) dari dua buah batu api yang dibentur-benturkan kelinci, tapi pandangannya terhalang ranting kering yang sedang dipanggulnya. 
"Bunyi apa itu 'kachi-kachi'?" tanya tanuki. 
Kelinci menjawab, "Oh, itu suara burung Kachi-kachi dari Gunung Kachi-kachi yang ada di sebelah sana."
Setelah berhasil membakar punggung tanuki, kelinci menjenguk tanuki yang sedang sakit luka bakar. 

Tanuki yang punggunya terluka bakar itu kemudian beristirahat di rumah. Tiba-tiba kelinci datang menjenguknya sambil membawa mustard.
"Hai Tanuki, bagaimana kabarmu?" tanya kelinci.
"Yah... Seperti inilah. Punggungku benar-benar terasa sakit. Aduh!!" jawab tanuki kesakitan.
"Aku punya salep luka bakar yang bagus lho. Aku membawakannya khusus untukmu. Baiklah aku akan menggosokkannya pada lukamu", kata kelici itu.
Kelinci menggosokkan "salep" mustard itu ke punggung tanuki. Mustard yang dioleskan pada luka bakar di punggung tanuki makin membuat tanuki kesakitan.

Setelah beberapa hari lewat, tanuki diajak kelinci pergi memancing di danau. Perahu yang dinaiki kelinci dibuat dari kayu, tapi tanuki diberi perahu yang dibuat dari lumpur. Karena terkena air, perahu lumpur menjadi lunak dan tenggelam. Tanuki berenang sekuat tenaga ke tepian, tapi kelinci memukulnya dengan dayung sehingga tanuki akhirnya mati tenggelam.


3/05/2011 : Issun-Boushi / One-Inch-Boy / Si Jempol

loading...
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Suatu hari mereka pergi ke sebuah kuil dan berdoa, "Oh, tolong berilah kami anak. Kami sungguh menginginkan seorang anak." Dalam perjalanan pulang, mereka mendengar isak tangis dari rerumputan. Mereka mendekati rerumputan itu dan menemukan seorang bayi laki-laki yang sangat mungil terbungkus dengan selimut berwarna merah terang.
"Bayi siapa ini?" tanya sang suami.
"Entahlah. Mungkin bayi ini adalah jawaban dari doa kita", kata sang istri.
Mereka membawa pulang bayi mungil itu ke rumah dan membesarkannya selayaknya anak sendiri.

Sang bayi mungil tumbuh dengan sehat, tetapi ia tidak bertumbuh besar. Kini besarnya pun tidak sampai sebesar jempol manusia. Bertahun-tahun ia dirawat dengan baik, tetapi ia sama sekali tidak bertumbuh. Tingginya hanya 1 inci (di jepang disebut 1 sun yang tingginya kira-kira 1 inci). Maka dari itu, orang-orang memanggilnya Issun-boushi (one inch boy).

Hari berganti hari, Issun-boushi bertambah dewasa pergi kepada kedua orang tuanya da berkata, "Saya sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibu karena sudah membesarkanku, sekarang saya harus pergi ke dunia luar dan mencoba peruntunganku."
"Tapi, Nak, dunia luar itu begitu sulit, apa kamu yakin bisa menghadapinya?" tanya sang ibu.
"Saya akan berusaha supaya saya sukses dan membahagiakan Ayah dan Ibu", jawab Issun-boushi meyakinkan kedua orang tuanya.
"Tapi lihat badanmu. Kamu masih terlalu kecil untuk pergi keluar. Terlalu berbahaya. Tunggulah hingga kamu bertumbuh besar.", cegah sang ayah.
"Tidak, Ayah. Saya merasa ini sudah waktunya saya untuk tidak bergantung pada Ayah dan Ibu. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa!", kata Issun-boushi tegas.
"Tapi, Nak...", sang ibu mulai meneteskan air mata.

Melihat kegigihan hati Issun-boushi, akhirnya kedua orang tua Issun-boushi merelakan kepergiannya. Sebelum kepergian Issun-boushi, kedua orang tuanya memberikan sebuah jarum sebagai pedang, mangkuk kayu sebagai perahu, dan sebuah sumpit untuk dayungnya.
"Terima kasih Ayah, Ibu. Saya akan menggunakan barang-barang ini dengan baik", kata Issun boushi kepada orang tuanya.
"Berhati-hatilah dan jaga dirimu, Nak!" kata kedua orang tuanya.
"Ya, saya akan berhati-hati. Selamat tinggal Ayah, Ibu!" Issun-boushi pergi sambil melambaikan tangan kepada kedua orang tua yang sangat dicintainya.



Issun-boushi pergi berjalan jauh sekali hingga ia sampai ke sebuah sungai. Ia melepas mangkuk nasi yang diberikan ibunya dan menaikinya untuk mengarungi sungai tersebut. Ia menggunakan sumpitnya untuk mendayung. Lama ia terkatung-katung di sungai tersebut, hingga tiba-tiba muncul seekor katak yang menabrak perahunya sehingga perahu Issun-boushi terbalik. Untunglah Issun-boushi pandai berenang, ia berenang menuju tepi sungai dan ternyata di sana terdapat sebuah rumah yang besar. Issun-boushi mendekati rumah itu dan melihat betapa megahnya rumah itu. Issun-boushi berjalan ke pintu depannya dan berteriak memanggil penghuninya. Seorang pelayan keluar dari pintu, tapi ia tidak mendapati seorang pun di situ.

Issun-boushi pun berteriak, "Aku ada di sini, di bawah, di bawah!" Pelayan melihat ke bawah, tetapi ia hanya menemukan sepasang sandal kayu milik tuannya. Setelah beberapa saat, pelayan tersebut menemukan sesosok manusia kecil di sebelah sandal tuannya itu. Pelayan tersebut sangat terkejut dan langsung berlari kepada tuannya. Ia menceritakan tentang apa yang dilihatnya kepada tuannya itu. Tuan tersebut juga sangat terkejut dan langsung pergi keluar untuk menemui Issun-boushi. Di luar sang tuan menemukan Issun-boushi berdiri dengan gagahnya dengan sebuah jarum di pinggangnya.
"Halo ksatria kecil. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya sang tuan.
"Saya sedang mencari pekerjaan. Maukah Anda menerima saya? Jika Anda menerima saya di sini, saya bersedia menjadi pengawal Anda. Memang saya memiliki badan yang kecil, tetapi saya dapat bertarung dengan baik bersama dengan pedang milik saya ini", kata Issun-boushi sambil menunjukkan jarum yang dibawanya. 



Sang tuan tertawa geli mendengar perkataan Issun-boushi, tapi ia memiliki ide cermerlang.
"Baiklah, baiklah. Kamu diterima di sini, hanya saja bukan menjadi pengawalku, tetapi teman bermain untuk putriku", kata sang tuan kepada Issun-boushi.

Issun-boushi pun menjadi pengawal tetap sang putri. Lama-kelamaan mereka menjadi teman yang akrab, mereka membaca buku bersama, bermain bersama setiap hari. Bahkan sang putri membuatkan sebuah tempat tidur untuk Issun-boushi dari kotak perhiasannya.

Suatu hari, sang putri dan Issun-boushi pergi ke sebuah kuil di dekat rumah tersebut. Tiab-tiba setan berwarna hijau yang menjijikan muncul sambil membawa sebuah palu ajaib. Ketika setan tersebut melihat sang putri, ia berusaha menangkapnya untuk dimangsa. Issun-boushi berusaha mencegahnya, ia mengeluarkan pedangnya dan mulai menusuk jari kaki setan tersebut. Akan tetapi kulit setan tersebut sangat tebal sehingga jarum milik Issun-boushi tidak dapat menembusnya. Setan tersebut semakin dekat dan dekat dengan sang putri. Sang putri terus berusaha melarikan diri. Melihat itu, Issun-Boushi bergegas memanjat setan tersebut hingga sampai di kepalnya. Issun-boushi mengeluarkan pedangnya dan menusuk hidung setan tersebut. Si setan menjadi kesakitan dan marah, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan geraman yang sangat kencang.

Isssun-boushi melompat ke dalam mulut setan tersebut dan mulai memotong lidah setan tersebut dengan pedangnya. Si setan terkejut kesakitan dan memuntahkan Issun-boushi keluar kemudian setan itu melarikan diri. Setan itu menjatuhkan palu ajaibnya ketika melarikan diri. Sang putri berlari kepada palu ajaib itu dan mengambilnya.



"Terima kasih Issun-boushi, kamu tahu ini palu apa?" tanya sang putri.
"Tidak, palu apa itu?" jawab Issun-boushi.
"Ini adalah palu ajaib yang bisa mengabulkan permintaan apa saja. Sekarang kita bisa membuat permohonan", kata sang putri.

Sang putri menggoyangkan palu tersebut sambil memohon, "Tolong buat Issun-boushi membesar." Setiap kali palu itu digoyangkan, Issun-boushi bertumbuh 1 inci, sang putri menggoyang-goyangkan palu tersebut hingga Issun-boushi menjadi sebesar pemuda sebayanya. Mereka sangat senang melihat keajaiban yang terjadi pada Issun-boushi, sesampainya di rumah, sang tuan terkejut melihat Issun-boushi. Sang putri pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya itu. Sang tuan mengadakan pesta untuk Issun-boushi sebagai rasa terima kasihnya telah menolong putrinya. Beberapa tahun kemudian, Issun-boushi dan sang putri menikah dan hidup bahagia selamanya.


source : http://www.japanippon.com/

3/05/2011 : Izanagi & Izanami: Asal Usul Jepang

loading...
Dalam mitologi Jepang, 2 dewa-dewi Izanagi dan Izanami merupakan pencipta Jepang dan dewa-dewi lainnya. Jadi, merekalah asal usul dari segala sesuatu yang ada di Jepang. Di sebuah mitologi penting di Jepang, diceritakan mereka turun ke Yomitsu Kuni, dunia bawah atau disebut juga dunia kegelapan. Cerita tentang Izanagi dan Izanami diceritakan dalam 2 karya: Kojiki (catatan kuno) dan Nihongi (sejarah Jepang).

Menurut legenda, setelah kemunculan mereka, Izanagi dan Izanami berdiri di jembatan yang melayang ke surga dan meributkan laut dengan tombak berhiaskan berlian. Ketika mereka mengangkat tombaknya, butiran-butiran air kembali menjadi air dan membentuk tanah pertama, pulau yang disebut Onogoro. Izanagi dan Izanami turun ke pulau tersebut dan menjadi suami-istri. Anak pertama mereka cacat, dan dewa-dewi lain berkata kalau itu terjadi karena Izanami berbicara dahulu sebelum suaminya saat acara pernikahannya (semacam tradisi Jepang).

Pasangan tersebut kemudian menikah kembali. Izanami melahirkan 8 anak, yang kemudian menjadi pulau-pulau di Jepang. Izanagi dan Izanami juga menciptakan banyak dewa dewi yang melambangkan gunung, lembah, air terjun, sungai, angin, dan kenampakan alam lainnya. Tetapi saat kelahiran Kagutsuchi, sang dewa api, Izanami terbakar.

Ketika Izanami meninggal, Izanami pergi ke Yomitsu Kuni. Izanagi memutuskan untuk turun ke Yomitsu Kuni dan menyelamatkan belahan jiwanya dari dunia kematian tersebut. Ketika mendekati gerbang Yomi, Izanami menyambut Izanagi dari bayang-bayang. Izanami memperingatkan agar Izanagi tidak melihat dirinya dan berkata bahwa ia akan merencanakan pelariannya dari Yomi (dewa Yomitsu Kuni). Karena sangat merindukan istrinya, Izanagi menyalakan obor untuk mencari Yomi, tetapi ia sangat kaget ketika melihat bahwa Izanami sudah menjadi mayat busuk. Tak tahan melihatnya, Izanagi kabur.

Izanami marah, lalu ia mengirim setan-setan wanita, 8 dewa petir, dan sepasukan tentara menakutkan untuk mengejar Izanagi. Izanagi berusaha keluar dan memblokir jalan antara Yomi dan tanah kehidupan dengan batu besar. Izanagi dan Izanami bertemu di sana dan mereka bercerai.

Izanagi merasa dirinya tidak suci setelah berkontak dengan dunia kematian. Karena itu, dia mandi utnuk menyucikan dirinya kembali. Sejumlah dewa-dewi, baik jahat maupun baik, muncul dari pakaian yang dibuang oleh Izanagi. Dewi matahari Amaterasu muncul dari mata kirinya, dewa bulan Tsukiyomi dari mata kanannya, dan Susano-o dari hidungnya. Lalu, Izanagi membagikan kerajaannya kepada 3 anak kebanggaannya.


3/05/2011 : The Legend of Kusanagi

loading...
Menurut kojiki, dewa Jepang Susa-no-o sedang menolong sebuah keluarga yang berdukacita dari Kunitsukami (dewa-dewa bumi) yang dikepalai Ashinazuchi di provinsi Izumo. Ashinazuchi bercerita pada Susa-no-o bahwa keluarganya sedang diancam oleh monster ular berkepala 8 (Yamata no Orochi). Monster tersebut telah memakan 7 dari 8 anak perempuan keluarga tersebut. Putri yang tersisa adalah Putri Kushinada. Susa-no-o, yang merupakan adik laki-laki dewi Amaterasu (lihat gambar atas), menyelidiki hal tersebut dan kembali dengan sebuah rencana untuk mengalahkan Yamata no Orochi. Sekembalinya dari perjalanan, ia menikahi putri Kushinada. Dalam melakukan rencananya membunuh Yamata no Orochi, ia menyiapkan 8 tong sake yang diletakkan di belakang pagar dengan 8 gerbang. Yamata no Orochi kemudian tertarik pada umpan tersebut dan kepalanya masuk ke masing-masing gerbang. Dalam kesempatan ini Susa-no-o menyerang dan membunuh monster tersebut dengan pedang Worochi no Aara-massa. Dia membelah tiap kepala sampai ekornya dan pada ekor yang keempat, dia menemukan pedang di dalamnya. Lalu ia menamakan pedang tersebut Ama no Murakumo no Tsurugi yang kemudian dipersembahkan kepada Amaterasu untuk kedukaannya yang lalu tentang masalah Yamata no Orochi.
Generasi selanjutnya, di bawah kekuasaan kekaisaran ke-12, Keiko, Ama no Murakumo no Tsurugi diberikan kepada seorang pejuang hebat, Yamato Takeru sebagai salah satu dari sepasang hadiah dari bibinya, Yamato-hime, wanita kuil dari Kuil Ise, untuk melindungi keponakannya dari bahaya.

Hadiah tersebut berguna saat Yamato Takeru dijebak dalam padang rumput saat berburu oleh dewa perang yang jahat. Dewa tersebut memiliki panah berapi untuk membakar rumputnya dan menjebak Yamato di dalam padang rumput agar ia mati terbakar. Dewa tersebut juga membunuh kuda pejuang itu untuk mencegah pelariannya. Akhirnya, Yamato Takeru menggunakan Ama no Murakumo no Tsurugi untuk memotong rumputnya. Saat melakuan hal ini, ia mengetahui bahwa pedang tersebut membuatnya bisa mengotrol angin mengikuti arah tebasannya.
Memanfaatkan keuntungan sihir ini, Yamato Takeru memakai hadiahnya yang lain, penembak api, untuk memperbesar api pada daerah sang dewa dan anak buahnya berada, dan ia memakai angin yang dikontrol olehpedang untuk menyapu kobaran api di dekat mereka sehingga apinya membesar. Dalam kemenangannya, Yamato Takeru menamai pedangnnya Kusangi no Tsurugi (Pedang Penebas Rumput) untuk mengingat-ingat kesulitan pelariannya dan kemenangannya. Akhirnya Yamato Takeru menikah dan mati dalam pertempuran dengan monster, setelah tidak menghiraukan nasehat istrinya untuk membawa pedang Kusanagi no Tsurugi bersamanya.


3/05/2011 : Tikus Pembuat Onigiri

loading...
Pada zaman dahulu, ada sepasang Kakek dan Nenek yang amat rukun. Setiap pagi Kakek pergi ke gunung menebang kayu, lalu menjualnya ke kota. Dan Nenek membuatkan tiga bulatan nasi (onigiri) yang sangat lezat untuk bekal.
"Selamat bekerja, Kek. Hati-hati, ya!"
Nenk mengantarkan kepergian Kakek sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Terima kasih ya Nek, kalau aku makan onigiri buatan Nenek, tenagaku bertambah."

Tiga onigiri tadi dibuat dari beras mereka yang terakhir.

Kakek yang telah sampai di gunung berkata, "Yo..ho! Para pohon, aku akan mengganggu, aku akan menebang dahan-dahanmu yang kering."

Kakek mulai menebang dahan-dahan kering, dan mengumpulkannya. Binatang-binatang datang berkumpul karena bau lezat yang disebarkan oleh onigiri-onigiri itu.

"Kalau ini sudah selesai, kita akan sarapan. Kalian pun akan kubagi."

Kelinci dan tupai yang rajin memakan onigiri-onigiri itu membantu Kakek mengumpulkan dahan-dahan kering.

"Terima kasih ya, semuanya. Sebentar lagi kita makan bersama."

Lalu Kakek mengeluarkan onigiri-nya yang pertama dan bermaksud membagi dengan semuanya, masing-masing sedikit. Tetapi, tanpa sengaja, onigiri itu terlepas dari tangannya dan menggelinding.


"Ah, ah, onigiri itu!"

Onigiri yang amat berharga itu terus menggelinding ke lereng bukit.

"Hei onigiri....! Tunggu...!"

Kakek pun berlari menuruni lereng bukit untuk mengejarnya, tetapi onigiri itu menggelinding semakin cepat. Binatang-binatang yang akan dibagi onigiri itu berteriak, "Ayo semuanya, tangkap onigiri itu!"

Tupai, kelinci, kera dan rusa semuanya mengejar onigiri, tetapi onigiri itu terus menggelinding sampai akhirnya tiba di kaki gunung. Semuanya sudah menjadi lapar sekali. Onigiri itu menggelinding semakin pelan, dan "plung". Onigiri itu jatuh ke lubang.

"Eh, onigirinya jatuh ke lubang. Bagaimana ini?"

Kakek mengulurkan angannya ke dalam lubang yang gelap, ia bermaksud mengambil onigirinya, tetapi tangannya tidak sampai.

Pada saat itu, dari dalam lubang terdengan suara musik gembira, "teng, teng, teng".

"Eh, ajaib!"

Kakek dan binatang-binatang itu lupa akan rasa lapar mereka. Mereka memasang telinga mendengarkan suara musik yang keluar dari dalam lubang. Beberapa saat kemudian, musik itu berhenti. Kakek merasa kecewa, kemudian ia menjatuhkan onigiri kedua yang sebenarnya untuk makan malam. Suara musik itu kembali terdengar, "teng, teng, teng". 


"Wah, ini menyenangkan sekali! Aku jadi gembira."

Kakek menjatuhkan juga onigiri ketiga.

"Ah... ya, ya!"

Binatang-binatang pun lalu menari. Kera meniru-niru gaya Kakek. Tubah dan tupai juga menari. Burung-burung kecil senang dengan musik itu, mereka semua bergembira. Ketika mereka semua sedang menari mengelilingi lubang itu, kaki Kakek terpeleset dan "bruk", Kakek jatuh ke dalam lubang.

"Kekek, selamat datang di negeri Tikus."

Di dasar lubang itu para tikus meletakkan lentera kertas dan menyambut Kakek.

"Pemimpin kami ingin mengucapkan terima kasih, mari kami antarkan kepadanya."

Dengan dianta oleh tikus-tikus itu, Kakek masuk. Setelah keluar dari lorng yang gelap, tibalah Kakek di ruangan yang luas. Di sana telah menunggu Pemimpin tikus.

"Kakek, terima kasih untuk onigiri yang lezat. Sebagai tanda terima kasih, kami akan membuatkan makanan. Santa-santailah seperti di rumah sendiri."

Pemimpin Tikus memperlaukan Kakek sebaik mungkin.

"Coba lihatlah itu!"

Ketika Kakek malihat ke arah yang ditunjuk oleh Pemimpin Tikus, ternyata di sana ada banyak sekali tikus-tikus yang membuat makanan dengan onigiri-onigiri dari Kakek.

"Tok tok! Ayo buat makanan yang lezat. Tok tok."

Onigiri-onigiri Kakek telah berubah menjadi makanan-makanan kecil, dan ketika Kakek mencoba manghitungnya ada beratus-ratus. Kakek dibawa ke ruang tamu, dan di depannya telah terhidang makanan yang lezat. Lalu, musik pun dimulai dan gadis-gadis tikus yang cantik mulai menari.



"Karena onigiri, kita bisa membuat banyak makanan, ayo kita rayakan dengan gembira."

Kakek dan Pemimpin Tikus menyanyi dan menari. Kakek mabuk karena sake, ia terus menari dan lupa akan waktu. Sayup-sayup terdengan bunyi genta dari kuil.

"Sudah senja. Nenek pasti sudah menunggu. Aku harus segera pulang, menjual kayu bakar ini dan membeli beras."

Para tikus itu memberikan sebuah palu kayu keberuntungan kepada Kakek yang akan pulang.

"Palu ini adalah palu keberuntungan untuk memanggil kebahagiaan. Ambillah sebagai hadiah dari kami."
"Terima kasih atas jamuan dan hadiah ini."

Kemudian Kakek keluar dari lubang yang berbeda dengan ketika ia datang.

"Selamat jalan, Kek! Buatkan lagi kami bola nasi yang lezat, ya."

Kakek berangkat untuk menjual kayu bakar dengan dilepas oleh para tikus. Kakek tiba di kota, segera pergi ke toko yang biasa membeli kayu bakarnya. Tetapi...
"Sayang sekali, karena hari ini datang terlambat, aku sudah membeli dari orang lain."
Demikian juga dengan toko yang lain. Kakek berjalan berkeliling kota, tapi tidak sebatang pun kayu bakarnya terjual. Tanpa bisa berbuat apa-apa, Kakek pulang menyusuri jalan dengan lunglai. Matahari senja mulai tenggelam.

"Malangnya aku. Aku sudah membuang-buang waktu. Kalau tadi aku menjual kayu akar, pasti aku bisa membeli beras dan sayuran. Pasti sekarang Nenek sudah menunggu-nunggu."

Sambil berjalan Kakek menyesali diri. Dengan kaki berat, akhirnya Kakek tiba di rumah.

"Selamat datang, Kek. Hari ini kau tentu letih seharian. Setelah mencuci kaki, makanlah, walaupun yang ada hanya ubi. Tidak apa, kan?"

Sambil makan ubi, Kakek bercarita tentang bola nasi dan tikus-tikus ajaib itu. Tiba-tiba munculah tikus yang membawa lentera kertas. Nenek mendekap Tama, kucing mereka yang bertingkah ganas. 


"Apa ada yang ketinggalan?" tanya Kakek.
"Ya. Palu kayu keberuntungan. Palu ini adalah palu ajaib, kalau ada yang Kakek inginkan, goyangkan saja palu ini."

Setelah berkata demikian, tikus itu menghilang. Kakek segera berkata: "Makanan keluarlah!" Sambil berkata demikian, ia menggoyangkan palunya. Lalu muncullah makanan enak yang menggunung.


"Aduh, enaknya makanan-makanan ini. Aku belum pernah melihat makanan seperti ini. Pasti lebih enak jika dibandingkan dengan ubi."

Kakek, Nenek dan Tama amat gembira sekali. Keesokan paginya, Kakek dan Nenek menggoyangkan palu kayu itu, lalu mereka memuat makanan yang banyak itu ke gerobak dan berkeliling desa. Mereka membagi-bagikannya kepada orang-orang yang miskin dan mereka yang membutuhkan. Karena merekalah, orang-orang desa yang miskin menjadi sehat. Selain itu, mereka semua menjadi giat bekerja, sehingga hasil sawah dan ladang mereka berlimpah-ruah.

Kakek dan Nenek membuat banyak sekali onigiri dengan beras hasil panen mereka dan pergi ke lubang tikus sebagai tanda terima kasih. Lalu binatang-binatang hutan pun berdatangan dan mereka semua makan onigiri-onigiri itu. Saat itu, semua berbahagia dan bergembira.


3/05/2011 : Tsuchinoko

loading...
Tsuchinoko (????), yang disebut juga bachi hebi, adalah makhluk dalam legenda Jepang yang berbentuk seperti ular. Panjangnya kira-kira 30-80 cm, dengan bagian perut yang lebih besar dari kepala maupun ekornya. Tsuchinoko juga mempunyai taring seperti ular berbisa.Tsuchinoko hidup menyendiri, mereka tidak suka keramaian.


Menurut legenda, tsuchinoko dapat berbicara seperti manusia. Selain itu, dikatakan bahwa tsuchinoko dapat melompat sejauh kurang lebih 2-3 meter. Ada juga yang mengatakan Tsuchinoko bisa berenang.

Kabar tentang penemuan Tsuchinoko sudah sering terdengar di Jepang. Tapi, tidak ada yang tahu wujud asli tsuchinoko. Ilmu pengetahuan pun tidak pernah mencatatya. Ada yang mengatakan bahwa tsuchinoko hanyalah ular biasa yang sedang menelan mangsanya...


3/05/2011 : Orang yang Kaya Karena Burung Bulbul

loading...
Alkisah, pada jaman dahulu kala, terlihat sesosok laki-laki yang berjalan terhuyung-huyung di bawah langit musim dingin. Laki-laki itu bekerja dengan menjual teh, selain itu ia juga menjual berbagai barang kecil lainnya. Hari ini entah mengapa barang dagangannya sama sekali tidak terjual.
Laki-laki itu berjalan di gunung yang sepi�tahu-tahu ia sudah berada di dalam belukar bambu. Agaknya ia tersesat. Ia melewati belukar bambu yang gelap, lantas secara ajaib keluar ke tempat yang terang. Di taman itu tercium bau harum bunga plum. Laki-laki itu mendekatkan mukanya ke bunga plum.
�Oh, harum sekali.�
Tiba-tiba terdengar suara tertawa wanita. Muncullah empat gadis yang cantik dari balik pohon plum. Laki-laki itu dituntun oleh gadis-gadis itu menuju ke rumahnya.

Lalu muncul seorang wanita lain.
�Saya adalah ibu dari gadis-gadis ini. Silakan bersantai dan menginap malam ini,� kata wanita itu, lalu membeli semua barang dagangan laki-laki itu.
Keesokan harinya, ibu berkata lagi menegaskan, "Rumah ini adalah rumah yang isinya hanya wanita saja, jadi silahkan bersantai. Selain itu, saya punya empat anak gadis. Silakan menjadi suami salah satu di antara mereka."
Kelihatannya kisah ini seperti mimpi. Laki-laki itu lantas menjadi suami dari anak gadis yang tertua. 

Musim dingin berakhir, lalu datanglah musim semi yang hangat.
Ibu berkata kepada si laki-laki. �Hari ini cuacanya baik, jadi saya akan pergi untuk menikmati keindahan bunga bersama para gadis. Maaf, tapi tolong jaga rumah ya. Kalau merasa bosan, lihat saja ke gudang. Tapi gudang nomor empat sama sekali tidak boleh dibuka."
Sesudah para wanita itu berangkat, laki-laki itu hanya termenung-menung saja karena tidak ada apapun yang dilakukan.
"Oya, aku mau melihat gudang ah!"

Mula-mula laki-laki itu mencoba membuka pintu gudang pertama. Lantas...
Byur...byur.... Ombak menerjang kaki laki-laki dari samping. Langit biru nan menyilaukan dan gumpalan-gumpalan awan raksasa berwarna putih. Terbentang pemandangan musim panas.
"Wah, laut! Senangnya..."
Laki-laki itu pindah ke gudang kedua. Di situ terlihat pemandangan gunung musim gugur yang indah. Ada pepohonan yang daunnya berwarna merah dan kuning, dan ada sebuah pohon kesemek yang besar.
�Wah, daun-daun yang memerah dan buah kesemek�. Sangat indah!"
Laki-laki itu pergi ke gudang ketiga. Saat ia membuka pintu, pemandangan salju meliputi seluruh permukaan tanah.
�Oh, dinginnya�.�
Laki-laki itu menggigil seolah benar-benar merasa dingin, lalu keluar dari gudang ketiga. 
Akhirnya laki-laki itu tiba di gudang keempat. Saat mulai membuka pintu, tiba-tiba ia teringat pesan ibu sebelum berangkat.
�Gudang nomor empat sama sekali tidak boleh dibuka.� Jika dipesan supaya tidak membukanya, ia justru semakin ingin melihat.
�Adakah sesuatu yang luar biasa di dalamnya?�
Laki-laki itu akhirnya tidak tahan dan membuka pintu gudang keempat.
Terlihat pemandangan musim semi yang tenang. Bunga-bunga berkembang di sekitar gemericik aliran sungai kecil. Di sekitar pohon plum, burung-burung bulbul berterbangan.
�Huu-huu-kekoo...huu-huu-kekoo!� Burung-burung bulbul berkicau merdu. 
�Wah, burung bulbul. Merdu sekali.�
Burung-burung bulbul itu berhenti berkicau begitu melihat sosok si laki-laki dan segera terbang meninggalkan tempat itu. 

Laki-laki itu terkejut. Pemandangan sekitarnya segera hilang tanpa bersuara, dari taman yang indah berubah ke tanah yang penuh rerumputan liar. Laki-laki berdiri sendirian di dalamnya. Terdengar suara ibu.
�Kamu telah melanggar janji dengan membuka gudang keempat bukan? Kami adalah burung bulbul yang tinggal di sini. Karena hari ini cuacanya baik, semuanya kembali sosok asal dan bermain-main. Sejak terlihat sosok kami yang sebenarnya itu, kita menjadi tidak bisa hidup bersama lagi."
Laki-laki itu turum dari gunung. Angin utara masih berhembus tajam.


3/05/2011 : Putri Tanabata

loading...
Pada jaman dahulu kala, di suatu desa hiduplah seorang pemuda. Ia hidup dengan mengumpulkan kayu bakar di gunung atau membajak ladang. Pada suatu hari, pemuda itu menemukan benda yang aneh di tengah perjalanan pulang dari ladang.
�Apa ini? Oh, ini pakaian! Alangkah indahnya pakaian ini!�

Ia belum pernah melihat pakaian seindah itu. Muncul keinginan untuk memiliki pakaian itu. Ia memasukkan pakaian itu ke dalam keranjang dengan hati-hati dan bersiap pulang ke rumah.

Pada saat itu�

�Permisi��
�Eh, siapa yang memanggilku?�
Muncullah seorang wanita yang cantik dari semak-semak dekat kolam.
�Ya, sayalah memanggil Anda, Tuan.�
�Ada apa?�
�Tolong kembalikan pakaian bidadari saya.�
�Pa-pakaian bidadari?�
�Betul, kalau tidak ada pakaian bidadari itu, saya tidak bisa pulang ke langit.�
Wanita itu berkata dengan raut muka hampir menangis.

�Saya adalah wanita yang tinggal di langit. Saya bukan wanita dari dunia ini. Saya masuk ke dalam kolam ini dan mandi, tapi lupa waktu. Tolong kembalikan pakaian bidadari saya.�
�Pa-pakaian bidadari apa? A-aku tidak tahu apa itu.�
Si Pemuda tidak mengatakan bahwa ia menyembunyikan pakaian bidadari, dan akhirnya terus berpura-pura. Bidadari yang menjadi tidak bisa pulang ke langit itu terpaksa tinggal di bumi dengan hati berat. Lalu ia pergi ke rumah pemuda dan mulai hidup bersama dengan pemuda.

Bidadari itu bernama Tanabata. Si pemuda dan Tanabata menjadi suami-istri dan mulai hidup dengan harmonis.

Beberapa tahun telah berlalu.
Pada suatu hari setelah si pemuda pergi bekerja di ladang, Tanabata melihat seekor merpati mematuki retakan balok langit-langit. Merpati itu menarik keluar suatu benda-ASTAGA!!! Itu adalah pakaian bidadarinya.
�I-itu adalah�, ternyata dia menyembunyikannya!�
Jika memakai pakaian bidadari, ia segera kembali menjadi bidadari. Sementara di dalam hatinya, Tanabata merasa telah kembali menjadi penghuni kahyangan.
Hari menjadi sore. Pemuda yang pulang dari ladang terkejut menemukan Tanabata yang berdiri depan rumah.
�Tanabata! Oh, pakaian bidadari!�
Ketika melihat pakaian bidadari itu, si pemuda segera mengerti apa yang terjadi. Lalu Tanabata berkata sambil melayang ke langit.
�Sayangku, kalau kamu merasa mencintaiku, anyamlah seribu pasang sandal jerami dan kuburkan di sekitar pohon bambu. Dengan demikian, kita pasti akan bertemu lagi. Tolong�, lakukanlah�. Aku akan menunggu.�
Tanabata melayang semakin tinggi, lalu kembali ke langit.

Pemuda itu merasa sedih sekali. Lalu mulai keesokan harinya, ia segera membuat sandal jerami. Ia terus-menerus menganyamnya sepanjang hari. Setiap kali menghitung sandal jerami yang dianyam, ia berkata �belum cukup�, dan terus menganyam lagi, lalu menghitungnya lagi. Demikian berulang-ulang.
Pada suatu hari, akhirnya ia selesai mengubur seribu pasang sandal jerami sekitar bambu.
�Huff, apa cukup dengan ini?�

Begitu ia selesai mengubur sandal jerami, ternyata bambu itu langusng membesar dengan cepat dan tumbuh tinggi ke langit dengan kokoh.
�Oh, aku mengerti! Kalau aku terus memanjat ini, pasti bisa bertemu dengan Tanabata�.�
Si pemuda dengan cepat mulai memanjat bambu yang menjulang tinggi itu. Pada saat jaraknya tinggal sedikit lagi untuk mencapai langit, ia tak kunjung bisa menjangkaunya.
Ternyata saat menganyam sandal jerami dengan perasaan ingin bertemu Tanabata, sandal jerami yang mesti dikubur sebanyak 1000 pasang hanya berjumlah 999 pasang saja. Jadi, tinggal selangkah lagi ia baru bisa menjangkaunya.

�Tanabata! Tanabata!�
Suara pemuda sampai ke telinga Tanabata yang sedang memintal dengan alat tenun di atas langit.
�Wah, jangan-jangan ini suara�.�
Ia mencoba mengintip dari atas awan, dan betul, ternyata suara itu suara suaminya yang tercinta.
�Sayangku, sayangku!�
�Tanabata, Tanabata!�
Tanabata menjulurkan yangannya lalu mengangkat si pemida ke atas awan.
�Tanabata, aku rindu padamu�.�
Dua orang itu meraih tangan satu sama lain dan merasa bahagia.

Pada saat itu, muncullah muka seorang laki-laki di sela-sela awan. Ia adalah ayah Tanabata.
�Siapa laki-laki itu?� Tanya ayah Tanabata.
�Ini suami saya,� jawab Tanabata.
�Senang berjumpa dengan Anda,� ujar si Pemuda.
Ayah Tanabata tidak suka putrinya menikah dengan laki-laki dari dunia bawah. Karena itu, ayah Tanabata berpikir untuk menyuruh Pemuda melakukan kerja yang sulit untuk menyusahkan si Pemuda.
�Hmm! Jadi kamu melakukan kerja apa di dunia bawah?�
�Saya bekerja di ladang atau gunung.�
�Kalau begitu baiklah. Aku minta kamu mengerjakan ini.�
Ayah Tanabata menyuruh si Pemuda menaburkan biji-biji di ladang dalam tiga hari. Pemuda itu berusaha, lalu selesai menaburkan biji-biji dalam tiga hari seperti diminta. Tapi ayah Tanabata berkata lagi,
�Aku bilang menaburkan biji-biji di sawah sebelah sana.�
�Lho, kok�.�
Pemuda itu kecewa sekali. Tanabata yang melihat keadaan ini merasa ingin membantu suaminya. Lalu ia meminta bantuan seekor merpati.
�Tolong panggil kawan-kawanmu dan taburkan biji-biji yang ada di ladang ke sawah.�
Merpati itu mengumpulkan kawan-kawannya dan mematuki biji-biji di ladang. Lalu terbang ke atas sawah dan menaburkan biji-biji itu dari atas. Pekerjaan ini selesai dalam sekejap mata.

Kali ini Ayah Tanabata yang merasa kesal menyuruh kerja yang lebih sulit lagi.
Ia meminta si Pemuda supaya menjaga ladang labu selama tiga hari tiga malam. Kalau menjaga ladang labu biasanya akan merasa sangat haus. Tetapi kalau labu itu dimakan, akan terjadi masalah yang gawat.
�Pokoknya jangan makan labu!� pesan Tanabata.

Namun, walaupun si Pemuda telah diberitahu oleh Tanabata, ia tidak bisa menahan rasa hausnya. Akhirnya ia tidak tahan lagi dan memakan buah labu itu. Dalam sekejap mata, air tumpah dari labu itu. Air yang tumpah itu menjadi sungai dan mulai mengalir dan mengeluarkan suara yang bergemuruh.
�Sayangaku!�
�Tanabata!�
Tanabata dan si Pemuda terpisah secara tiba-tia.
Dengan demikian, sosok dua orang yang berhadap-hadapan mengapit sungai itu menjadi bintang Altair dan Vega.
Kedua orang ini mendapat izin ayah Tanabata untuk bertemu hanya sekali dalam setahun, yaitu pada malam hari tanggal 7 Juli.
Kedua bintang itu sampai sekarang pun masih nerkilau-kilauan indah, mengapit bimasakti.

Diambil dari: 12 Cerita Rakyat Jepang dan Musim-musim yang Mengiringinya